Keberhasilan Juventus merebut scudetto yang pertama sejak delapan tahun silam, ternyata menyisakan dilema bagi sang kapten, Roberto Baggio. Tak ada kegembiraan berlebih pada dirinya. Ada apa? Seusai pertarungan Juventus vs Parma yang berakhir 4-0, sebagian besar publik mengelu-elukan Baggio dan juga Gianluca Vialli secara khusus. Keduanya dianggap bermain luar biasa dan didaulat menjadi bintang lapangan.
Sebagian malah berteriak-teriak agar Baggio tidak pindah dari Juventus. Ya, kapten Juventus ini memang santer dikabarkan akan hengkang dari Bianconeri. “Gelar ini bukan saja untuk mereka, tapi juga buat seluruh tim,” ungkap Lippi sambil terus tersenyum manis.
Wajar jika pelatih berwajah ganteng bin adem ini berkomentar seperti itu. Mendedikasikan kemenangan buat tifosi memang penting, namun dia juga tak mau melupakan jasa para pemainnya yang sedang berpesta kemenangan. Selain itu tentunya untuk menetralisasi perasaan para pemain lainnya atas kebintangan Baggio dan Vialli.
Seperti diketahui, kontrak Baggio di Juve akan habis saat kompetisi berakhir awal Juni mendatang. Belum apa-apa, pengurus klub sudah menetapkan nilai kontrak baru sebesar Rp 2,5 miliar setahun untuk Baggio. Tawaran ini tentu saja ditolak oleh pemain kelahiran 18 Februari 1967 itu.
Padahal waktu ditransfer dari Fiorentina 1990 lalu, nilai kontraknya sebesar 26 miliar rupiah. Ini yang membuat Baggio uring-uringan. Tak lama kemudian, ia mengatakan akan hengkang dari Juve mulai musim kompetisi mendatang. Kebetulan Barcelona dan Internazionale amat meminatinya.
Gaji Baggio
Selama ini dari Rp 48 miliar – total gaji yang diterima seluruh pemain Juve – bagian Baggio dan Vialli merupakan yang terbesar. Baggio digaji 6,5 miliar lira atau hampir 10 miliar rupiah per tahun, atau bersih 833 juta lebih per bulan karena sudah dipotong pajak. Sedangkan Vialli sebesar 5,9 miliar lira.
Bahkan gaji keduanya yang total berjumlah 12,4 miliar lira itu lebih besar ketimbang gaji seluruh para pemain Torino. Klub pesaing sekota Bianconeri ini hanya menganggarkan gaji sebesar 10,69 miliar lira per tahun untuk menopang seluruh pemainnya.
“Bagi kami tak ada keinginan untuk menahan pemain mana saja jika ingin pindah, silakan,” kata presiden klub Vittorio Chiusano. Bisa jadi pernyataan itu terlalu pongah, mengingat ia sudah kesengsem berat pada pemain berusia 20 tahun, Alessandro Del Piero, yang dijuluki sebagai Baggio Baru.
Padahal kalau melihat permainan Baggio saat melawan Parma, kekhawatiran Baggio akan pindah tidak beralasan. Soalnya ia bermain habis-habisan dan menjadi motor serangan Juve bersama Paulo Sousa. Pada pertandingan yang disiarkan tunda di Indonesia oleh RCTI itu, terlihat sekali dendam kesumat tim Zebra, akibat kekalahan di Piala UEFA – dilampiaskan di lapangan. Nyaris seluruh pemain Juve bermain baik dan tampil ngotot.
Berkat scudetto teranyar ini, Juve dipastikan berhak lolos langsung ke putaran final Liga Champion musim 1995/96, antara lain bersama Real Madrid, Ajax Amsterdam, FC Porto, dan Blackburn Rovers. Parma yang masih mabuk kemenangan d Piala UEFA, ternyata tidak mampu menandingi pola super-ofensif yang diterapkan oleh pasukan Lippi pada partai yang disaksikan 68.000 lebih penonton itu.
Keempat gol yang tercipta oleh Didier Deschamps, Gianluca Vialli, dan dua kali oleh Fabrizio Ravanelli, merupakan andil Baggio dan Sousa dengan cara menggedor pertahanan Parma yang tampil tanpa tiga pemain terasnya, Luigi Apolloni, Roberto Sensini, dan Antonio Benarrivo. “Stamina kami sudah habis setelah merebut Piala UEFA, Rabu lalu. Tak ada kepercayaan diri untuk bersaing dengan mereka, meski kesempatan masih ada,” keluh pelatih Parma, Nevio Scala.
Semangat Abadi
Ungkapan bombastis yang sering diteriakkan oleh Juventini, Juventus sempre spetaccolo, atau Juventus selalu spektakuler, dibangun dari prestasi mereka di Serie A. Kini di akhir musim ini, ucapan itu kembali terkuak. Sepanjang sejarahnya, berarti Bianconeri telah merenggut scudetto sebanyak 23 kali, terbanyak di Italia.
Juventus juga merupakan klub paling tua ketiga di Italia karena dibentuk pada 1897. Yang tertua adalah Genoa (1893) lalu Udinese (1896). Di bawah itu berturut-turut adalah Ascoli (1898) lalu AC Milan (1899).
Klub yang punya julukan elegan La Vecchia Signora alias Si Nyonya Besar ini terbentuk lewat andil beberapa pelajar Massimo D’Azeglio School, yang terletak di sudut jalan Corso Re Umberto dan Corso Vittorio Emanuele, Torino, tepat 1 November 1897.
Terpilih sebagai ketua klub pertama kali adalah Eugenio Canfari. Nama Juventus sendiri diambil dari kata dasar bahasa Latin, Iuvenibus, yang bermakna Anak Muda. Dalam bentuk jamak ia menjadi Iuventus. Ketika masuk dalam istilah Inggris, sebagaimana mazhab yang dianut sekolah Massimo D’Azeglio, kata tersebut juga dapat berarti Juvenile alias Pemuda. Oleh sebab itu penyebutan Juve oleh lidah Italia dilafalkan dengan Iuve atau Yuve, bukan Juve seperti lidah orang Indonesia.
Setelah nama, ditetapkan pula corak atau warna kostum yang dipakai. Jangan terkejut sebab jersey asli Juve berwarna merah muda, pink, atau juga fuschia. Lucunya ini dipilih lantaran faktor ekonomis, sebab pada waktu itu warna merah muda banyak tersedia di pasaran. Baru di 1903, Juve mengubah corak dan warna kostumnya menjadi belang hitam dan putih seperti zebra (bianconeri) yang terkenal hingga kini. Perubahan ini juga diwarnai oleh cerita unik.
Adalah pedagang tekstil asal Nottingham, Inggris, John Savage, yang awalnya mengusahakan dan merealisasikan segalanya. Para pribumi Italia yang mengurusi Juve usai berkunjung dan melakukan laga persahabatan di kota Savage dilahirkan.
Mereka terpesona lalu mengadaptasi melek-melek kostum klub sepak bola tertua di dunia, Nottingham County (Notts County).
Tidak heran jika kostum Juve sama persis dengan seragam klub klasik Inggris yang kini berada di divisi satu itu. Gelar pertama Juve diraih pada 1905 (musim 1904/05) tatkala ketua klub dipegang oleh Alfredo Dick, seorang pengusaha asal Swiss. Baru 21 tahun kemudian, Juve bisa merebut titel keduanya pada 1925/26. Ketika itu klub yang sedang jaya-jayanya justru tim sekota mereka, AC Torino.
Awal Kejayaan
Sejak merebut titel kedua, Juve mencanangkan diri untuk menjadi yang terkuat dan terobsesi untuk mengungguli Torino. Pada 1929, Bianconeri mendatangkan dua pemain Brasil, Raymundo Orsi dan Renato Cesarini untuk memulai membangun dinasti. Namun hasil kongkrit baru didapat dua musim kemudian. Tidak tanggung-tanggung, mereka mampu menjuarai Serie A lima musim beruntun (1931-1935)!
Skuad Juventus periode inilah yang menjadi tulang punggung tim Gli Azzurri, saat memenangkan gelar perdana juara dunia 1934. Di dalam tubuh tim nasional Italia yang dilatih Vittorio Pozzo tersebut terdapat sembilan pemain Juventus! Namun di awal 1940-an, usai Perang Dunia II, imperium sepak bola negeri pizza kembali diambil alih oleh tetangga terdekat Torino yang punya julukan Grande Torino.
Faktor lain yang menghentikan kejayaan Juve adalah karena tewasnya Edoardo Agnelli, presiden Bianconeri, akibat kecelakaan pesawat terbang. Sang anak, Gianni Agnelli, otomatis mewariskan kedudukan ayahnya. Anehnya, tak lama kemudian, giliran Torino yang ketiban sial dan duka luar biasa akibat tragedi Superga, kecelakaan pesawat terbang yang menewaskan skuad inti Il Granata.
Pesawat Avio Linee Italiane yang ditumpangi dari kunjungan laga persahabatan di Lisbon melawan Benfica, menghantam sebuah bukit lalu jatuh di Basilika Superga, di luar kota Torino pada 4 Mei 1949. Dari 31 korban tewas, 18 diantaranya adalah pemain! Nyawa para bintang Serie A seperti Valentino Mazzola, Romeo Menti, Ezio Loik, Mario Rigamonti dan lain-lain ikut melayang.
Uniknya, dan ini khas Italia - penuh dengan drama - Torino kemudian dideklarasikan sebagai scudetto, meski di empat sisa laga Serie A hanya memakai pemain cadangan. Atas kejadian ini, secara kebetulan pastinya Juve bak mendapat berkah. Dan benar saja, selang semusim, The Old Lady langsung menjuarai Serie A lagi pada 1949/50 dengan kontribusi besar dua bintang asal Denmark dan Inggris, John Hansen dan Jesse Carver serta Giampiero Boniperti, yang kelak akan menjadi salah satu legenda terbesar Juventus.
Dominasi Juve paling terasa baru dibangkitkan lagi di era 1980-an tatkala diperkuat Michel Platini, gelandang elegan dari Prancis yang berdarah Italia. Puncak dari kejayaan ini adalah dua titel internasional berupa Piala Champion dan Piala Toyota 1985.
Kini dengan menjadi scudetto musim ini, peluang Juve untuk mengulangi kejayaan lama sangat terbuka. Sesuatu yang tak mustahil melihat komposisi skuad asuhan Marcello Lippi, allenatore kelahiran 11 April 1948 yang sukses mengobarkan spirit asli Juventus: Semangat Abadi Anak Muda. Inilah pasukan terbaik Juventus setelah era Platini. Selamat, Juventus!
(foto: blogtfcorp/ lagaleriadelfutbol/akiku/imgrum/wiki)
Parade pesta juara Juventus di Delle Alpi. |
Wajar jika pelatih berwajah ganteng bin adem ini berkomentar seperti itu. Mendedikasikan kemenangan buat tifosi memang penting, namun dia juga tak mau melupakan jasa para pemainnya yang sedang berpesta kemenangan. Selain itu tentunya untuk menetralisasi perasaan para pemain lainnya atas kebintangan Baggio dan Vialli.
Seperti diketahui, kontrak Baggio di Juve akan habis saat kompetisi berakhir awal Juni mendatang. Belum apa-apa, pengurus klub sudah menetapkan nilai kontrak baru sebesar Rp 2,5 miliar setahun untuk Baggio. Tawaran ini tentu saja ditolak oleh pemain kelahiran 18 Februari 1967 itu.
Padahal waktu ditransfer dari Fiorentina 1990 lalu, nilai kontraknya sebesar 26 miliar rupiah. Ini yang membuat Baggio uring-uringan. Tak lama kemudian, ia mengatakan akan hengkang dari Juve mulai musim kompetisi mendatang. Kebetulan Barcelona dan Internazionale amat meminatinya.
Gaji Baggio
Selama ini dari Rp 48 miliar – total gaji yang diterima seluruh pemain Juve – bagian Baggio dan Vialli merupakan yang terbesar. Baggio digaji 6,5 miliar lira atau hampir 10 miliar rupiah per tahun, atau bersih 833 juta lebih per bulan karena sudah dipotong pajak. Sedangkan Vialli sebesar 5,9 miliar lira.
Bahkan gaji keduanya yang total berjumlah 12,4 miliar lira itu lebih besar ketimbang gaji seluruh para pemain Torino. Klub pesaing sekota Bianconeri ini hanya menganggarkan gaji sebesar 10,69 miliar lira per tahun untuk menopang seluruh pemainnya.
“Bagi kami tak ada keinginan untuk menahan pemain mana saja jika ingin pindah, silakan,” kata presiden klub Vittorio Chiusano. Bisa jadi pernyataan itu terlalu pongah, mengingat ia sudah kesengsem berat pada pemain berusia 20 tahun, Alessandro Del Piero, yang dijuluki sebagai Baggio Baru.
Roberto Baggio ditempel Lorenzo Minotti. |
Berkat scudetto teranyar ini, Juve dipastikan berhak lolos langsung ke putaran final Liga Champion musim 1995/96, antara lain bersama Real Madrid, Ajax Amsterdam, FC Porto, dan Blackburn Rovers. Parma yang masih mabuk kemenangan d Piala UEFA, ternyata tidak mampu menandingi pola super-ofensif yang diterapkan oleh pasukan Lippi pada partai yang disaksikan 68.000 lebih penonton itu.
Skor babak pertama. |
Semangat Abadi
Klasemen Akhir Serie A 1994/95. |
Juventus juga merupakan klub paling tua ketiga di Italia karena dibentuk pada 1897. Yang tertua adalah Genoa (1893) lalu Udinese (1896). Di bawah itu berturut-turut adalah Ascoli (1898) lalu AC Milan (1899).
Klub yang punya julukan elegan La Vecchia Signora alias Si Nyonya Besar ini terbentuk lewat andil beberapa pelajar Massimo D’Azeglio School, yang terletak di sudut jalan Corso Re Umberto dan Corso Vittorio Emanuele, Torino, tepat 1 November 1897.
Terpilih sebagai ketua klub pertama kali adalah Eugenio Canfari. Nama Juventus sendiri diambil dari kata dasar bahasa Latin, Iuvenibus, yang bermakna Anak Muda. Dalam bentuk jamak ia menjadi Iuventus. Ketika masuk dalam istilah Inggris, sebagaimana mazhab yang dianut sekolah Massimo D’Azeglio, kata tersebut juga dapat berarti Juvenile alias Pemuda. Oleh sebab itu penyebutan Juve oleh lidah Italia dilafalkan dengan Iuve atau Yuve, bukan Juve seperti lidah orang Indonesia.
Setelah nama, ditetapkan pula corak atau warna kostum yang dipakai. Jangan terkejut sebab jersey asli Juve berwarna merah muda, pink, atau juga fuschia. Lucunya ini dipilih lantaran faktor ekonomis, sebab pada waktu itu warna merah muda banyak tersedia di pasaran. Baru di 1903, Juve mengubah corak dan warna kostumnya menjadi belang hitam dan putih seperti zebra (bianconeri) yang terkenal hingga kini. Perubahan ini juga diwarnai oleh cerita unik.
Adalah pedagang tekstil asal Nottingham, Inggris, John Savage, yang awalnya mengusahakan dan merealisasikan segalanya. Para pribumi Italia yang mengurusi Juve usai berkunjung dan melakukan laga persahabatan di kota Savage dilahirkan.
Mereka terpesona lalu mengadaptasi melek-melek kostum klub sepak bola tertua di dunia, Nottingham County (Notts County).
Tidak heran jika kostum Juve sama persis dengan seragam klub klasik Inggris yang kini berada di divisi satu itu. Gelar pertama Juve diraih pada 1905 (musim 1904/05) tatkala ketua klub dipegang oleh Alfredo Dick, seorang pengusaha asal Swiss. Baru 21 tahun kemudian, Juve bisa merebut titel keduanya pada 1925/26. Ketika itu klub yang sedang jaya-jayanya justru tim sekota mereka, AC Torino.
Awal Kejayaan
Sejak merebut titel kedua, Juve mencanangkan diri untuk menjadi yang terkuat dan terobsesi untuk mengungguli Torino. Pada 1929, Bianconeri mendatangkan dua pemain Brasil, Raymundo Orsi dan Renato Cesarini untuk memulai membangun dinasti. Namun hasil kongkrit baru didapat dua musim kemudian. Tidak tanggung-tanggung, mereka mampu menjuarai Serie A lima musim beruntun (1931-1935)!
Skuad Juventus periode inilah yang menjadi tulang punggung tim Gli Azzurri, saat memenangkan gelar perdana juara dunia 1934. Di dalam tubuh tim nasional Italia yang dilatih Vittorio Pozzo tersebut terdapat sembilan pemain Juventus! Namun di awal 1940-an, usai Perang Dunia II, imperium sepak bola negeri pizza kembali diambil alih oleh tetangga terdekat Torino yang punya julukan Grande Torino.
Faktor lain yang menghentikan kejayaan Juve adalah karena tewasnya Edoardo Agnelli, presiden Bianconeri, akibat kecelakaan pesawat terbang. Sang anak, Gianni Agnelli, otomatis mewariskan kedudukan ayahnya. Anehnya, tak lama kemudian, giliran Torino yang ketiban sial dan duka luar biasa akibat tragedi Superga, kecelakaan pesawat terbang yang menewaskan skuad inti Il Granata.
Pesawat Avio Linee Italiane yang ditumpangi dari kunjungan laga persahabatan di Lisbon melawan Benfica, menghantam sebuah bukit lalu jatuh di Basilika Superga, di luar kota Torino pada 4 Mei 1949. Dari 31 korban tewas, 18 diantaranya adalah pemain! Nyawa para bintang Serie A seperti Valentino Mazzola, Romeo Menti, Ezio Loik, Mario Rigamonti dan lain-lain ikut melayang.
Uniknya, dan ini khas Italia - penuh dengan drama - Torino kemudian dideklarasikan sebagai scudetto, meski di empat sisa laga Serie A hanya memakai pemain cadangan. Atas kejadian ini, secara kebetulan pastinya Juve bak mendapat berkah. Dan benar saja, selang semusim, The Old Lady langsung menjuarai Serie A lagi pada 1949/50 dengan kontribusi besar dua bintang asal Denmark dan Inggris, John Hansen dan Jesse Carver serta Giampiero Boniperti, yang kelak akan menjadi salah satu legenda terbesar Juventus.
Dominasi Juve paling terasa baru dibangkitkan lagi di era 1980-an tatkala diperkuat Michel Platini, gelandang elegan dari Prancis yang berdarah Italia. Puncak dari kejayaan ini adalah dua titel internasional berupa Piala Champion dan Piala Toyota 1985.
Kini dengan menjadi scudetto musim ini, peluang Juve untuk mengulangi kejayaan lama sangat terbuka. Sesuatu yang tak mustahil melihat komposisi skuad asuhan Marcello Lippi, allenatore kelahiran 11 April 1948 yang sukses mengobarkan spirit asli Juventus: Semangat Abadi Anak Muda. Inilah pasukan terbaik Juventus setelah era Platini. Selamat, Juventus!
(foto: blogtfcorp/ lagaleriadelfutbol/akiku/imgrum/wiki)