Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Louis van Gaal: Kisah dari Catatan Ernst Happel

Setelah Ajax menjuarai Liga Champion 1994/95 pada 24 Mei 1995, semua orang baru tersadar dengan sosok Louis van Gaal. Siapa dia, dari mana asalnya, atau bagaimana dia melakukannya. Tampaknya ada satu hal yang rada mengganjal di diri Van Gaal. Kalau saja Ernst Happel masih hidup, mungkin ia akan menyalami Louis van Gaal seraya meminta maaf.

Louis van Gaal: Kisah dari Catatan Ernst Happel
Sayangnya, hal itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Sebabnya manajer sepak bola terkemuka asal Austria itu telah wafat pada 18 November 1992. Namun sekarang setidaknya dia sudah merasakan getaran maaf dari mendiang mantan bek terhebat dalam sejarah sepak bola Austria tersebut. Apa alasannya? Tidak lain karena Ajax meraih titel supremasi Eropa yang ditunggu 22 tahun itu di Stadion Ernst Happel!

Dulu stadion nasional yang berada di Wina itu bernama Prater. Nama Happel masih terngiang di gendang telinga Van Gaal sebab ketika dia masih menjadi gelandang tengah sekaligus kapten Sparta Rotterdam, namanya dicatat khusus oleh Happel, pelatih Hamburg SV.

Klub Bundesliga ini adalah lawan Sparta di ajang Piala UEFA 1985/86. Apa yang dicatat oleh orang Austria yang membawa Feyenoord menjadi klub Belanda pertama yang menjuarai Liga Champion di musim 1969/70? Catatan itu bertuliskan, “Van Gaal, permainannya lambat” dan apesnya coretan itu digoreskan Happel pada bungkus rokoknya! Kejadian sepuluh tahun silam kini tinggal menjadi kenangan indah bagi Van Gaal. Tatkala tahu dari pers Belanda, Van Gaal diam saja. Seolah menerima apa adanya.

Maklum satu Belanda amat menghormati Happel. Bukan Rinus Michels atau Johan Cruijff yang pertama kali membawa klub Eredivisie menjuarai titel Eropa, tapi Happel sang pelatih Feyenoord (1969-1973). Nama Happel juga bersejarah se-Jerman sebab sukses membuat Hamburg menjuarai Piala Champion 1982/83, klub kedua Bundesliga setelah Bayern Muenchen yang mampu berbuat begitu. Belum ada klub ketiga Jerman yang sukses memenangi kejuaraan tertinggi antarklub di benua biru itu.

Louis van Gaal: Kisah dari Catatan Ernst Happel
Omong-omong, apa maksud Happel memberi catatan khusus buat Van Gaal? Benarkah demikian? Sulit diperdebatkan. Tampaknya hanya almarhum Happel atau Van Gaal sendiri yang bisa menjelaskannya. Namun hikmahnya adalah lihatlah pencapaian manajer Ajax yang dikenal temperamental ini. Dia boleh lambat dan tidak sukses sebagai pemain, namun sebagai pelatih suksesnya diraih dengan cepat sebab pola pikirnya memang cepat, cenderung jenius.

Van Gaal dikenal sebagai pelatih visioner, paling preventif dan antisipatif yang pernah ada sekarang ini. Kekuatannya adalah sikap hati-hati dan persiapan matang menghadapi lawan yang dikuliknya secara detil. Setelah datanya lengkap, barulah dia melatih satu per satu para pemainnya mulai dari pola latihan fisik dan strategi; juga posisional, fungsional, dan seluruh apa yang harus dilakukan mereka.

Setelah dua dekade lebih, formulasi Van Gaal terbukti sukses. Bahkan Cruijff sendiri harus melakukan yang sama di negeri Spanyol sebab dia merasa tidak sabar dan frustrasi merajutnya di Belanda. Ingat, hanya ada dua nama senior yang ada di tim inti Van Gaal sekarang ini. Frank Rijkaard (34 tahun) dan Danny Blind (35 tahun). Selebihnya adalah pemain muda atau remaja belasan tahun.

Walau lama main di klub kota Rotterdam, namun Van Gaal asli anak Amsterdam. Dia dilahirkan di sini pada 8 Agustus 1951. Impiannya membela Ajax segera karam sebab sebelum merumput resmi pada rentang 1971-1972, dia dioper Ajax ke klub Belgia, Royal Antwerpen. Di sini dia juga tidak bersinar. Bayangkan, selama empat tahun ada di Belgia, masak dia hanya tampil 41 kali dengan 7 gol? Akhirnya diputuskan mudik pulang kampung. Celaka, yang mau menerima cuma SC Telstar, sebuah klub kecil Belanda yang tidak berani dan tidak berambisi kuat berlaga di Divisi Utama Liga Belanda.

Awal Karier

Di Sparta, Van Gaal sanggup merumput sebanyak 248 kali dengan 26 gol, sebuah rekor yang lumayan. Saking lumayannya itulah seorang Happel nan hebat harus nyatet tentang dirinya meski tidak mengenakkan. Van Gaal mengakhiri karier sebagai pemain di AZ Alkmaar pada musim 1986/87 dengan 17 kali penampilan.

Menjelang pensiun dini sebagai pemain, dia mulai ikut manajemen kepelatihan di AZ sebagai asisten pelatih. Jika ada pemain yang kurang sehat, atau karena kebutuhan taktik, barulah dia ikut main. Sebelum musim 1988/89 dimulai akhirnya impiannya ke Ajax kesampaian juga. Perjalanan panjang telah dilalui, dan ia datang ke De Meer bukan sebagai pemain tetapi sebagai asisten pelatih Ajax, Leo Beenhakker.

Louis van Gaal: Kisah dari Catatan Ernst Happel
Komitmennya sanggup meluluhkan petinggi Ajax. Tak heran setelah Beenhakker angkat pantat dari kursinya, 28 September 1991, Van Gaal secara aklamasi dipilih langsung bin otomatis sebagai suksesornya. Tak perlu berlama-lama, gelar pertama datang dari ajang Piala UEFA. Dengan duet di jantung pertahanan Rijkaard-Blind, lewat kelihaian taktiknya mendobrak pertahanan ala Italia, Ajax memukul Torino - yang dibela trio hebat Rafael Martin Vasquez (Spanyol), Gianluigi Lentini (Italia), Enzo Scifo (Belgia) - dengan skor 2-2 dan 3-0.

Sikap tidak puasnya terlihat ketika skuad besutan Beenhakker ini langsung dirombak di musim berikutnya. “Di Amsterdam ini banyak bakat muda yang belum mendapat kesempatan. Membentuk mereka lebih mudah karena mereka lebih kuat dan cepat,” sebut Van Gaal waktu itu. Uniknya Van Gaal justru melepas Bryan Roy, Aron Winter, Win Jonk ke berbagai klub Eropa untuk memberi jalan pada pemain akademi-nya seperti Clarence Seedorf, Patrick Kluivert, Edgar Davids, Michael Reiziger, si kembar De Boer (Ronald dan Frank) dan seterusnya.

Seperti lazimnya, Van Gaal juga membangun rezim. Ia membentuk tim pemenang yang terdiri dari pemain muda berbakat yang kelak mengubah arah permainan Ajax selamanya. Dia hanya menyisakan duet senior Rijkaard-Blind sebagai mentor. 

Louis van Gaal: Kisah dari Catatan Ernst Happel
“Dia menghidupkan kembali totaal voetbal,” puji Cruijff. Tapi di sisi kecepatan dan kreatif, Van Gaal masih kurang sumber daya. Untungnya dia menemukan Marc Overmars (Willem II), Jari Litmanen dari MyPa, sebuah klub di Finlandia, serta Finidi George yang diciduknya langsung dari Afrika. Keberanian Van Gaal untuk menengok masa depan mendapat banyak pujian. 

Secepat itu pula tujuan klub tercapai secara komplit, dari sisi bakat, potensi, dan permainan. Tidak ada yang menyangka, hanya dalam empat tahun Van Gaal meraih segalanya. Kampiun di Belanda, jawara di Eropa. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Cruijff atau Happel sendiri. Van Gaal meraih apa yang suka orang sebut from nothing to something atau from zero to hero. Ah, andai Happel masih hidup...

(foto: thesun/paddypower/espn.uo/fussballtraining)
Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini