Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Jari Litmanen: Gilang Gemilang Berkat Rayuan Ayah

“Saya datang ke Ajax untuk belajar,” ini kalimat pertama Jari Litmanen ketika dipastikan dirinya ditransfer ke Ajax Amsterdam musim 1992/93 dari klub Myllykosen Pallo (My Pa), Finlandia. Dia tahu, Ajax adalah jaminan mutu. Sebuah universitas sepak bola yang terpercaya di Eropa.

Baginya, bermain di situ ibarat mengejar pendidikan untuk mendapatkan titel sarjana. Sikapnya yang selalu merendah, sopan, dan tahu diri membuat Litmanen disukai publik De Amsterdammers, begitu menginjakkan kakinya di ibukota Belanda itu.

Padahal semua tahu, Litmanen – yang dijuluki Diego oleh pendukung fanatik Ajax – adalah pencetak gol ulung, sekaligus pemain harapan pengganti bintang Ajax, Dennis Bergkamp yang tidak lama sebelumnya resmi pindah ke Internazionale Milano alias Inter, bersama rekannya, Wim Jonk.

Memang Diego bukan orang Finlandia pertama yang bermain di Ajax. Saat Jari Olavi Litmanen berusaha belasan tahun, Petri Tiainen, telah mencatatkan diri sebagai yang pertama ketika ditransfer pada 1986. Setelah Ajax merebut Piala UEFA 1992, seketika pula klub-klub Italia ngebet untuk mendapatkan para pemain Ajax.

Dengan bayaran mahal, Bergkamp dan Wim Jonk dibeli Inter. Lalu Bryan Roy ditarik Foggia, begitu juga Marciano Vink, dan John Van’t Schip terbang ke Genova bergabung dengan Genoa, serta Aron Winter ikut hijrah ke kota Roma untuk bergabung ke Lazio.

Jari Litmanen: Gilang Gemilang Berkat Rayuan Ayah
Presiden AFC Ajax, Michael van Praag adalah ahli taktik Ajax di luar lapangan. Di sisi bisnis maksudnya. Tanpa rasa sungkan ia langsung menyuruh pelatih Louis van Gaal untuk segera mengambil Litmanen. Alasannya tiada lain untuk menutup kekosongan tim, selain punya nilai beli yang rendah tapi efektif untuk permainan. Salah satu pemain lain yang direkrut adalah Marc Overmars dari Willem II Tilburg.

Tapi khusus untuk Litmanen, Van Praag amat jor-joran sebab bakatnya istimewa dan bernilai jual tinggi jika diasah di Ajax. Apalagi Barcelona, Leeds United dan PSV Eindhoven tertarik juga pada Litti yang saat itu berusia 21 tahun. Selama di negerinya, Litmanen beken dipanggil Litti.

Awal Kejayaan

“Dialah yang utama. Litti telah melupakan kami atas Bergkamp, saya yakin jika ia dipasangkan dengan orang yang cocok, maka kami bisa kembali berjaya paling tidak sampai lima tahun,” ucap van Praag saat itu. Kelak, Van Praag benar.

Ketika Van Gaal mulai meramu Litti dan Overmars untuk dipasangkan di depan, sejak itu pula kejayaan Ajax mulai tampak. Ditambah dengan Peter van Vossen yang diambil lagi dari Anderlecht, klub yang didirikan 18 Maret 1900 ini semakin tajam dan produktif. Saat-saat manis pun mulai direguk. Tiada tahun tanpa prestasi.

Jari Litmanen: Gilang Gemilang Berkat Rayuan Ayah
Pada 1993, Ajax merebut Piala Liga serta Piala Super Belanda, dan setahun kemudian kembali menjuarai Liga secara beruntun sejak 1990. Yang mengagumkan, Litti terpilih sebagai Pemain Terbaik Belanda dan Pencetak Gol Terbanyak 1994 dengan 26 gol. Maka resmilah ia mendapat titel dari “kampusnya” itu.

Pencinta fanatik Ajax tambah berharu-biru tatkala Litti lewat keandalannya mencetak gol, juga memberi andil keberhasilan mereka lolos ke final Piala Champion 1995, pertama kali sejak 22 tahun lalu, atau di eranya Johan Cruijff.

Hingga kini ia sudah mencatat enam gol, terpaut satu gol dari George Weah yang tak tampil lagi di Piala Champion. Belum lagi siap mengantarkan Ajax mempertahankan gelar di liga tahun ini dengan 15 gol yang telah dilesakkannya.

Rijkaard dan Bergkamp

Siapa sebenarnya Litti? Hingga remaja dia masih bermain hoki es. Dan ia pun mempunyai cita-cita tampil di liga hoki es Amerika Utara. Namun berkat rayuan ayahnya – mantan pemain klub Reipas Lahti – Litti kepincut juga dengan sepak bola.

Jari Litmanen: Gilang Gemilang Berkat Rayuan Ayah
Maklum, bagaimana juga dia punya DNA  bola. “Jika kamu ingin dikenal dunia jadilah pesepak bola, bukan hoki es. Dengan hoki es kamu hanya didengar di Amerika. Kamu punya modal sebab di tubuh kamu mengalir darah sepak bola,” kata sang ayah, Olavi Litmanen.

Kini semuanya menjadi kenyataan. Cita-citanya bermain dengan idolanya, Frank Rijkaard, kesampaian. Litti juga amat mengidolakan Bergkamp meski tak mau disamakan. “Saya tak akan berusaha menyamai mereka. Amat puas jika sudah mencetak gol dan memberikan kemenangan bagi Ajax,” ujar salah satu pria terganteng di Finlandia ini.

Kecintaan publik Ajax terhadapnya juga dibalas dengan permainan menawan sesudah sembuh dari cedera, mulai semifinal kedua melawan Bayern Muenchen, April lalu. Di situ ia menyumbang dua gol dan mengantar Ajax ke final, 24 Mei mendatang di Wina.

“Dengan menguasai bahasa Belanda, kecintaan saya terhadap Ajax dan Amsterdam kian bertambah. Saya akan memperpanjang kontrak baru lagi,” ujar Litti. Klop sudah, karena Ajax pun menerimanya. Litti kembali memperpanjang kontrak dua tahun lagi hingga ke musim 1997/98.

Tidak perlu sampai lima tahun, boleh jadi Ajax akan menuai apa yang diyakininya dulu. Litmanen baru berusia 24 tahun, sehingga impian ayahnya agar anaknya terkenal ke seluruh dunia tampaknya mendekati kenyataan. Itulah gunanya menurut pada ayah. Selamat!

DATA DIRI

Jari Litmanen: Gilang Gemilang Berkat Rayuan AyahNama: Jari Olavi Litmanen
Lahir: Lahti, 20 Februari 1971
Tinggi/Berat: 180 cm/79 kg
Posisi: Gelandang Serang, Penyerang Kedua
Klub:1987–1990 Reipas (86 main/28 gol); 1991 HJK (27/16); 1992; MyPa (18/7); 1992 Ajax Amsterdam
Debut Liga: 3 Mei 1987 (vs Koparit)
Debut  Timnas: 29 Oktober 1989 (vs Trinidad-Tobago 1-0)
Prestasi/Juara: Piala Finlandia 1992, Pemain Terbaik Finlandia 1992, 1993, 1994; Piala Super Belanda 1992/93, Liga Belanda 1993/94, Pemain Terbaik Belanda 1993/94, Pencetak Gol Terbanyak Liga Belanda 1993/94

(foto: mtv.fi/pinterest/thesun/ess/urheilumuseo)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini