Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Kekalahan Membawa Hikmah

Sirna sudah peluang FC Luzern (FCL) di Piala Swiss. Dengan tak diduga mereka dijegal oleh klub yang gagal tampil di babak play-off Liga Swiss, BSC Young Boys 0-1 di laga perempatfinal di kandang sendiri, Stadion Allmend, Selasa (2/5) lalu. Namun secara implisit ternyata hal itu malah menguntungkan Kurniawan Dwi Yulianto. Lho, mengapa?

Kekalahan Membawa Hikmah“Sudahlah, malah ada baiknya. Saya kemungkinan jadi cepat bergabung dengan teman-teman. Rasanya sudah tidak sabarlagi tampil di Senayan,” ucapnya. Ia juga mengakui bahwa dengan kekalahan ini konsentrasi pada Pra-Olimpiade di Jakarta kian terfokus. “Terus terang, saya siap. Dukunglah kami sepenuhnya,” lanjutnya dengan nada serius.

Tapi ia juga tak bisa menutupi kekecewaannya, mengingat pada perempatfinal itu, sebenarnya FCL amat mendominasi pertandingan hampir 90 menit. Praktis Young Boys – klub asal ibukota Bern – hanya mengandalkan pertahanan yang rapat.

Saat asyik menyerang, mereka malah kecolongan. Gaetano Giallanza, striker BSC bernomor 13, melesat sendirian dan berhadapan dengan kiper FCL, Beat Mutter. Dengan sekali sentuh, tercipta gol emas yang membungkam seisi stadion di menit 88! “Amat sakit rasanya, karena kita nyerang terus dan yakin menang. Tapi pertahanan mereka luar biasa,” tandas Kurniawan yang setelah laga itu langsung pulang ke apartemennya.

Bermain 90 Menit

Begitu pertandingan usai, suasana kamar ganti menjadi mencekam. Mereka terhenyak, menyesal, dan amat terpukul. “Semua terdiam dan tak saling bicara. Saya jadi teringat saat Primavera gagal di Piala Asia,” ungkap Kurni – sapaan akrab publik FCL buat Kurniawan – dengan suara perlahan.

“Begitulah Piala Swiss, lengah sedikit saja di sini, yang didapat adalah kehancuran. Sudahlah kita segera pulang untuk beristirahat,” kata pelatih FCL, Jean-Paul Brigger. Sementara ketua klub, Romano Simioni hanya tertunduk diam. Atas kegagalan ini, FCL gagal mengulangi sukses juara pada 1992.

Penyesalan tersendiri juga dirasakan Kurniawan. Bayangkan pada babak pertama saja, ia mendapat dua peluang emas namun dapat digagalkan kiper Young Boys, Peter Kobel, yang bermain luar biasa. Peluang pertama Kurni adalah ketika bola lambungnya mengenai mistar atas, padahal gawang sudah kosong melompong! Yang kedua, sundulannya ditepis Kobel.

Yang mengagumkan lagi, Kurni bermain total 90 menit. Ia pun dinilai bermain lebih baik lagi dari biasanya. Malah striker Urs Guentensperger yang diganti oleh Agent Sawu. Boleh dibilang meski kalah, tapi permainan Kurni semakin menunjukkan grafik ke atas. Menjelang tengah malam, berbagai TV di Swiss lewat siaran olah raganya menayangkan cuplikan pertandingan itu. Yang paling sering di-shoot adalah dua peluang emas Kurniawan tersebut. Besoknya, harian LNN Zeitung mengulas kekalahan FCL yang diperkirakan akibat faktor kelelahan. Maklum, tiga hari sebelumnya mereka juga bertanding di kompetisi liga.

Sementara itu dengan keberhasilan ini, Young Boys yang diperkuat oleh Rene Sutter – kakak dari pemain nasional asal Bayern Muenchen Alain Sutter – dan beberapa pemain nasional Swiss, akan berhadapan dengan Grasshopper. Klub asal Zuerich ini menggulung FC Wil 2-0 pada partai lain. Semifinal lain mempertemukan FC Sion dan FC Delemont. Sion sukses mengalahkan AC Bellinzona 1-0, dan Delemont menundukkan FC Schaffhausen 2-1.

Dengan tersisihnya FCL, waktu bergabung Kurniawan dengan PSI Pra-Olimpiade yang akan berujicoba di Singapura mulai 15 Mei menjadi terbuka. “Saya tinggal menunggu instruksi dari Jakarta saja,” cetusnya singkat.

(foto: stefan sihombing)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini