Piala FA kembali membawa korban. Bukan nyawa atau benda, tapi sejarah. Siapa nyana tim yang tengah berjuang menghindari degradasi di Liga Inggris, Everton, mampu mengubur ambisi Tottenham Hotspur yang ingin juara untuk kesembilan kali pada kejuaraan sepak bola tertua di dunia itu?
Namun yang terjadi pada Ahad (9/4) lalu di stadion milik Leeds United, Elland Road, meroketkan Everton. Melalui permainan luar biasa, klub yang didirikan oleh John Houlding pada 1878 itu membuktikan pada masyarakat sepak bola di Inggris khususnya bahwa untuk Piala FA, kejuaraan paling tradisional di dunia, mereka akan mengerahkan segala-galanya.
Tidak tanggung-tanggung, mereka memukul Spurs yang lebih diunggulkan dengan skor 4-1 lewat gol Matthew Johnson, Graham Stuart, dan dua gol dari kaki pemain asal Nigeria, Daniel Amokachie. Hasil ini tentu saja mengejutkan mengingat klub dari London utara itu disarati oleh enam pemain nasional mancanegara, tiga diantaranya dari Inggris, yaitu Darren Anderton, Nick Barmby, dan Teddy Sheringham.
Yang lain adalah tiga pemain asing - Juergen Klinsmann (Jerman), Gheorghe 'Gica' Popescu (Rumania), dan Ronny Rosenthal (Israel). Tanda-tanda kemenangan Everton sudah terlihat begitu kick-off. Dimotori oleh David Unsworth dan pemain nasional Swedia Anders Limpar, serangan demi serangan digeber langsung ke jantung pertahanan Spurs melalui Paul Rideout atau Graham Stuart, yang membuat kalang kabut Gary Mabbutt dkk.
Tidak Adil
Sebaliknya Tottenham tampil miskin inovasi. Anderton yang agak cedera kurang tajam menusuk, begitu juga Barmby kadang sering bekerja sendirian. Akibatnya aliran bola ke Klinsmann dan Sheringham terputus. Inilah yang membuat pertahanan The Toffees dengan mudah meng-cover sekaligus melancarkan serangan balik yang cepat.
Masuknya si gempal Amokachie di menit 20 menit terakhir membawa bencana nyata bagi Spurs. Saat giat-giatnya mereka mengejar ketinggalan 1-2 dibarengi harapan dan keyakinan tinggi untuk menyamai skor, dua gol tak terduga Amokachie sungguh meruntuhkan mental pasukan Gerry Francis lewat dua gol di menit ke-82 dan 89. Tamatlah Spurs.
"Pertandingan yang tidak adil, karena banyak pemain kami yang cedera. Namun, lepas dari itu, Everton tampil memikat dan layak memenangkan pertandingan," ucap Francis. Banyak suporter Tottenham meninggalkan stadion saat kedudukan 1-3. Mereka tidak tahan melihat suporter Everton merayakan keberhasilan timnya tampil di final kelima dalam 11 tahun terakhir ini.
"Kami bermain lebih baik dan tak mau dikendalikan mereka. Saya salut pada perjuangan pemain kami," kata pelatih Everton, Joe Royle, usai pertandingan ke-23 kalinya di semifinal bagi Everton dalam sejarah Piala FA.
Gelar pertama yang direnggut The Toffees terjadi di 1906 dengan mengalahkan Newcastle United 1-0. Sedang yang terakhir terjadi pada 1984 tatkala menghentikan perlawanan Watford 2-0. Saat itu Everton masih dibela Graeme Sharp, Kevin Sheedy, Trevor Stevens, Peter Reid, dan Gary Steven serta kiper Neville Southall.
Kehebatan Everton menjalar ke tahun berikutnya. Berkat juara FA mereka tampil di Piala Winner lalu menjuarainya dengan mengalahkan Rapid Wina (Austria) 3-1 pada final di Rotterdam. Di musim berikut, 1986/87, Everton malah mencapai prestasi puncak dengan menjuarai Liga Inggris.
Salah satu pemain yang turut andil adalah Gary Lineker. Itulah tahun-tahun puncak prestasi mereka. Kini, di balik sukses tampil di final Piala FA untuk merebut gelar kelima kali pada 20 Mei mendatang, The Toffees harus melunasi utang terbesar: mengindari degaradasi ke divisi satu.
(foto: liverpoolecho/bleacherreport)
Namun yang terjadi pada Ahad (9/4) lalu di stadion milik Leeds United, Elland Road, meroketkan Everton. Melalui permainan luar biasa, klub yang didirikan oleh John Houlding pada 1878 itu membuktikan pada masyarakat sepak bola di Inggris khususnya bahwa untuk Piala FA, kejuaraan paling tradisional di dunia, mereka akan mengerahkan segala-galanya.
Tidak tanggung-tanggung, mereka memukul Spurs yang lebih diunggulkan dengan skor 4-1 lewat gol Matthew Johnson, Graham Stuart, dan dua gol dari kaki pemain asal Nigeria, Daniel Amokachie. Hasil ini tentu saja mengejutkan mengingat klub dari London utara itu disarati oleh enam pemain nasional mancanegara, tiga diantaranya dari Inggris, yaitu Darren Anderton, Nick Barmby, dan Teddy Sheringham.
Yang lain adalah tiga pemain asing - Juergen Klinsmann (Jerman), Gheorghe 'Gica' Popescu (Rumania), dan Ronny Rosenthal (Israel). Tanda-tanda kemenangan Everton sudah terlihat begitu kick-off. Dimotori oleh David Unsworth dan pemain nasional Swedia Anders Limpar, serangan demi serangan digeber langsung ke jantung pertahanan Spurs melalui Paul Rideout atau Graham Stuart, yang membuat kalang kabut Gary Mabbutt dkk.
Tidak Adil
Sebaliknya Tottenham tampil miskin inovasi. Anderton yang agak cedera kurang tajam menusuk, begitu juga Barmby kadang sering bekerja sendirian. Akibatnya aliran bola ke Klinsmann dan Sheringham terputus. Inilah yang membuat pertahanan The Toffees dengan mudah meng-cover sekaligus melancarkan serangan balik yang cepat.
Selebrasi yang pantas dari Daniel Amokachie. |
"Pertandingan yang tidak adil, karena banyak pemain kami yang cedera. Namun, lepas dari itu, Everton tampil memikat dan layak memenangkan pertandingan," ucap Francis. Banyak suporter Tottenham meninggalkan stadion saat kedudukan 1-3. Mereka tidak tahan melihat suporter Everton merayakan keberhasilan timnya tampil di final kelima dalam 11 tahun terakhir ini.
"Kami bermain lebih baik dan tak mau dikendalikan mereka. Saya salut pada perjuangan pemain kami," kata pelatih Everton, Joe Royle, usai pertandingan ke-23 kalinya di semifinal bagi Everton dalam sejarah Piala FA.
Gelar pertama yang direnggut The Toffees terjadi di 1906 dengan mengalahkan Newcastle United 1-0. Sedang yang terakhir terjadi pada 1984 tatkala menghentikan perlawanan Watford 2-0. Saat itu Everton masih dibela Graeme Sharp, Kevin Sheedy, Trevor Stevens, Peter Reid, dan Gary Steven serta kiper Neville Southall.
Kehebatan Everton menjalar ke tahun berikutnya. Berkat juara FA mereka tampil di Piala Winner lalu menjuarainya dengan mengalahkan Rapid Wina (Austria) 3-1 pada final di Rotterdam. Di musim berikut, 1986/87, Everton malah mencapai prestasi puncak dengan menjuarai Liga Inggris.
Salah satu pemain yang turut andil adalah Gary Lineker. Itulah tahun-tahun puncak prestasi mereka. Kini, di balik sukses tampil di final Piala FA untuk merebut gelar kelima kali pada 20 Mei mendatang, The Toffees harus melunasi utang terbesar: mengindari degaradasi ke divisi satu.
(foto: liverpoolecho/bleacherreport)