Luar biasa. Tak terbayangkan dengan waktu hanya 16 detik bisa tercipta gol. Tapi itulah yang dilakukan Christopher Ray Sutton, striker Blackburn Rovers, ketika mengandaskan Everton Sabtu pekan lalu. Gol pertama dari dua gol Blackburn itu akhirnya memecahkan rekor gol terkilat Liga Utama Inggris. Sebelumnya gol tercepat dibuat oleh John Spencer, penyerang Chelsea, dengan 19 detik.
Satu gol lain kemenangan The Rovers atas tamunya itu dibuat oleh goal-getter Alan Shearer, enam menit setelah gol Chris Sutton. Nama Chris Sutton sebagai penyerang yang patut disegani makin tampak ketika sebelumnya dia juga membuat gol emas di menit 67 tatkala Blackburn melabrak Queen’s Park Rangers. Sekarang ini duet 2S atau SAS, Shearer-Sutton, adalah pasangan penyerang terbaik di Inggris.
Kemenangan atas Everton membuat peluang The Rovers semakin dekat untuk menjuarai Liga Inggris musim ini. Persaingannya dengan Manchester United kembali merenggang di kala kompetisi menyisakan enam laga lagi. Untuk membidik sejarah baru, pelatih Kenny Dalglish jelas semakin giat membawa Blackburn untuk menjuarai Liga Inggris yang pertama sejak 1914, atau lebih dari 80 tahun silam!
Pasar taruhan di Inggris telah menjagokan Blackburn ketimbang Setan Merah. Ukurannya adalah The Rovers hanya memiliki tiga lawan terberat dari enam sisa laganya: Leeds United (kandang, 15/4), Newcastle United (kandang, 6/5), dan Liverpool (tandang, 13/5). Tampak jelas, lawan tim kuat pun Blackburn diuntungkan menjadi tuan rumah.
Faktor Cantona
Manchester United kini dalam posisi sulit. Perjuangan mereka mempertahankan titel memang berat tanpa kehadiran Eric Cantona, yang dihukum FA hingga akhir musim ini. Absennya Cantona semakin terasa. Di kala Cantona tenang-tenang saja menjalani hukuman kerja sosial, manajer United Alex Ferguson terlihat semakin puyeng oleh situasi yang menjepit timnya.
Percaya atau tidak, sosok Cantona adalah tuah terpercaya yang menjadi ukuran sukses tidaknya sebuah klub menjuarai Premier League. Pada 1991/92, Leeds United meraihnya. Lalu dua musim berikutnya giliran Manchester United yang memanfaatkannya. Publik Inggris yang menyukai klenik, amat percaya United akan gagal mempertahankan titelnya.
Tanda-tandanya terlihat. Pekan lalu Setan Merah tanpa disangka diimbangi Leeds tanpa gol di Old Trafford. Sebanyak 43.500 penonton tak percaya dengan hasil 0-0, sebab sebelumnya mereka yakin klub kebanggaannya akan mampu terus menempel Blackburn.
Dalam laga yang berakhir mengecewakan itu, Ferguson sangat stres sehingga dia lebih sering berdiri di pinggir lapangan ketimbang duduk. Ditemani asistennya, Brian Kidd, beliau keseringan berteriak untuk memberi komando. Tindakannya itu ternyata percuma. Hingga pertandingan usai, Paul Ince dkk. tetap tidak bisa membobol gawang John Lukic.
Pola serangan mereka dari lini tengah yang khas dilakoni Cantona, kali ini tak terlihat. Di laga itu Ferguson sangat mengandalkan manuver Ryan Giggs di sisi kiri serta overlapping bek kanan Gary Neville untuk lebih langsung menerobos pertahanan The Whites. Praktis, United telah mengubah pola serangan dari lini tengah menjadi serangan dari kedua sisi ke kotak penalti.
Kualitas Ince, Mark Hughes, atau Brian McClair, untuk mendobrak jantung pertahanan Leeds yang diotaki duet Gary Speed-Carlton Palmer di tengah lalu tandem John Pemberton-David Wetherall bak menemui tembok beton. Di kiri, peran John Dorigo untuk menahan laju Neville atau David Beckham dinilai luar biasa. Begitu juga yang dilakukan Gary Kelly di sektor kanan melawan Giggs.
Leeds memang dikenal menjadikan United sebagai musuh bebuyutannya sehingga kapan pun, di mana pun mereka akan tampil menggila. Di laga pertama musim ini, 11 September 1994, mereka sukses membetot Setan Merah 2-1 di Elland Roads.
Liverpool Juarai Piala Liga
Tidak di Old Trafford saja, pekan ke-36 menghasilkan deretan laga mencengangkan. Hujan gol lahir di Stadion Hillsborough ketika Notthingham Forest menghantam tan rumah Sheffield Wednesday 7-1!
Selain menghebohkan, namun kemenangan ini memang amat penting buat pasukan Frank Clark yang mengandalkan Bryan Roy dan Stan Collymore sebagai playmaker dan striker mematikan, untuk memelihara peluangnya ke pentas Eropa musim depan. Gol-gol Forest dilesakkan oleh Stuart Pearce (17), Ian Woan (20), Bryan Roy (48, 64), Lars Bohinen (86), dan Collymore (78, 80).
Arsenal juga menguliti Norwich City 5-1 di Stadion Highbury, London. Sumbangan John Hartson (4, 13) Lee Dixon (6), Paul Merson (75), serta gol bunuh diri Rob Newman (90) menjadi pemanasan hebat pasukan caretaker Stewart Houston, pengganti George Graham yang dipecat 22 Februari 1995, sebelum meladeni Sampdoria di semifinal Piala Winner.
Tapi kemenangan telak The Gunners belum sanggup mengubah posisi mereka di papan tengah. Tim papan atas lainnya, Newcastle United, juga berkomitmen demi menjaga peluangnya ke Eropa dengan pembuktian hasil 1-1 di Stamford Bridge, kandang Chelsea.
Sementara itu, hasil di Piala Liga telah menghasilkan Liverpool sebagai juaranya. Dalam laga final di Stadion Wembley, London, Dalam ajang yang resmi bernama The Coca Cola Cup itu, The Reds mengalahkan tim divisi satu Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Dua pasukan Roy Evans diborong oleh penyerang sayap kiri Steve McManaman. Ini merupakan titel kelima Liverpool di ajang yang pertama kali digelar pada 1961. Terakhir kali mereka menyimpan trofi ini pada 1992. Atas sukses ini, Liverpool otomatis meraih tiket ke Piala UEFA musim 1995/96.
(foto: playbuzz/liverpoolfc)
Chris Sutton, si pembuat rekor gol tercepat. |
Kemenangan atas Everton membuat peluang The Rovers semakin dekat untuk menjuarai Liga Inggris musim ini. Persaingannya dengan Manchester United kembali merenggang di kala kompetisi menyisakan enam laga lagi. Untuk membidik sejarah baru, pelatih Kenny Dalglish jelas semakin giat membawa Blackburn untuk menjuarai Liga Inggris yang pertama sejak 1914, atau lebih dari 80 tahun silam!
Pasar taruhan di Inggris telah menjagokan Blackburn ketimbang Setan Merah. Ukurannya adalah The Rovers hanya memiliki tiga lawan terberat dari enam sisa laganya: Leeds United (kandang, 15/4), Newcastle United (kandang, 6/5), dan Liverpool (tandang, 13/5). Tampak jelas, lawan tim kuat pun Blackburn diuntungkan menjadi tuan rumah.
Faktor Cantona
Manchester United kini dalam posisi sulit. Perjuangan mereka mempertahankan titel memang berat tanpa kehadiran Eric Cantona, yang dihukum FA hingga akhir musim ini. Absennya Cantona semakin terasa. Di kala Cantona tenang-tenang saja menjalani hukuman kerja sosial, manajer United Alex Ferguson terlihat semakin puyeng oleh situasi yang menjepit timnya.
Percaya atau tidak, sosok Cantona adalah tuah terpercaya yang menjadi ukuran sukses tidaknya sebuah klub menjuarai Premier League. Pada 1991/92, Leeds United meraihnya. Lalu dua musim berikutnya giliran Manchester United yang memanfaatkannya. Publik Inggris yang menyukai klenik, amat percaya United akan gagal mempertahankan titelnya.
Tanda-tandanya terlihat. Pekan lalu Setan Merah tanpa disangka diimbangi Leeds tanpa gol di Old Trafford. Sebanyak 43.500 penonton tak percaya dengan hasil 0-0, sebab sebelumnya mereka yakin klub kebanggaannya akan mampu terus menempel Blackburn.
Dalam laga yang berakhir mengecewakan itu, Ferguson sangat stres sehingga dia lebih sering berdiri di pinggir lapangan ketimbang duduk. Ditemani asistennya, Brian Kidd, beliau keseringan berteriak untuk memberi komando. Tindakannya itu ternyata percuma. Hingga pertandingan usai, Paul Ince dkk. tetap tidak bisa membobol gawang John Lukic.
Pola serangan mereka dari lini tengah yang khas dilakoni Cantona, kali ini tak terlihat. Di laga itu Ferguson sangat mengandalkan manuver Ryan Giggs di sisi kiri serta overlapping bek kanan Gary Neville untuk lebih langsung menerobos pertahanan The Whites. Praktis, United telah mengubah pola serangan dari lini tengah menjadi serangan dari kedua sisi ke kotak penalti.
Kualitas Ince, Mark Hughes, atau Brian McClair, untuk mendobrak jantung pertahanan Leeds yang diotaki duet Gary Speed-Carlton Palmer di tengah lalu tandem John Pemberton-David Wetherall bak menemui tembok beton. Di kiri, peran John Dorigo untuk menahan laju Neville atau David Beckham dinilai luar biasa. Begitu juga yang dilakukan Gary Kelly di sektor kanan melawan Giggs.
Leeds memang dikenal menjadikan United sebagai musuh bebuyutannya sehingga kapan pun, di mana pun mereka akan tampil menggila. Di laga pertama musim ini, 11 September 1994, mereka sukses membetot Setan Merah 2-1 di Elland Roads.
Liverpool Juarai Piala Liga
Tidak di Old Trafford saja, pekan ke-36 menghasilkan deretan laga mencengangkan. Hujan gol lahir di Stadion Hillsborough ketika Notthingham Forest menghantam tan rumah Sheffield Wednesday 7-1!
Selain menghebohkan, namun kemenangan ini memang amat penting buat pasukan Frank Clark yang mengandalkan Bryan Roy dan Stan Collymore sebagai playmaker dan striker mematikan, untuk memelihara peluangnya ke pentas Eropa musim depan. Gol-gol Forest dilesakkan oleh Stuart Pearce (17), Ian Woan (20), Bryan Roy (48, 64), Lars Bohinen (86), dan Collymore (78, 80).
Arsenal juga menguliti Norwich City 5-1 di Stadion Highbury, London. Sumbangan John Hartson (4, 13) Lee Dixon (6), Paul Merson (75), serta gol bunuh diri Rob Newman (90) menjadi pemanasan hebat pasukan caretaker Stewart Houston, pengganti George Graham yang dipecat 22 Februari 1995, sebelum meladeni Sampdoria di semifinal Piala Winner.
Tapi kemenangan telak The Gunners belum sanggup mengubah posisi mereka di papan tengah. Tim papan atas lainnya, Newcastle United, juga berkomitmen demi menjaga peluangnya ke Eropa dengan pembuktian hasil 1-1 di Stamford Bridge, kandang Chelsea.
Liverpool meraih gelar penghibur di tengah kompetisi. |
(foto: playbuzz/liverpoolfc)