Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Final I Piala UEFA 1994/95: Gialloblu Lebih Dijagokan Menang

Parma atau Juventus? Lumayan sulit untuk menentukannya. Dua klub yang sedang bersaing ketat di Italia ini akan saling berhadapan di final Piala UEFA putaran pertama, Rabu (3/5) mendatang atau Kamis dinihari WIB di Stadion Ennio Tardini, Parma.
Final I Piala UEFA 1994/95: Gialloblu Lebih Dijagokan Menang
Fernando Couto versus Fabrizio Ravanelli. Saling kenal.
Beban mental terberat justru dipikul oleh Juventus, yang berambisi merebut triple champion sekaligus. Liga Italia, Piala Italia, dan Piala UEFA. Dan jangan lupa, mereka belum pasti merebutnya. Tapi di balik itu, faktor-faktor jadwal ketat, keletihan pemain, atau cedera pemain sudah mengintip dan menjadi musuh utama yang dapat menggagalkan impian mereka.

Belum lagi ketergantungan mereka pada pemain asingnya begitu besar jika dibanding Parma. Tanpa diperkuat Didier Deschamps, Juergen Kohler, dan Paulo Sousa, Minggu lalu dalam lanjutan Serie A, Juve tak diduga ditumbangkan Padova 0-1. Tanda-tanda bahwa mereka menghadapi tekanan mental yang berat jelas terbukti.

Duel antara Gianfranco Zola dan Roberto Baggio adalah kata lain dari duel Parma dan Juve. “Kami berbeda. Dia lebih merupakan seorang sutradara di lapangan. Sedang aktivitas saya hanya menyerang dan membuat gol,” kata Zola mengenai saingannya itu.

Dari kubu Parma juga diperoleh kepastian bahwa pemain asal Swedia, Tomas Brolin, kemungkinan akan diturunkan oleh pelatih Nevio Scala, setelah beristirahat lama setengah bulan akibat patah kaki. Ketika melumat Inter 3-0 Minggu lalu. Brolin sempat dimainkan Scala di seluruh menit akhir pertandingan.

Latihan Serius

Tampaknya Parma juga sangat berambisi untuk mendapatkan gelar internasionalnya yang kedua setelah Piala Winner 1993. Hal itu dibuktikan dengan intensitas latihan yang diperberat, bahkan sangat serius. Sampai-sampai Scala menetapkan hukuman denda sebesar 5 sampai sepuluh juta lira bagi pemain yang terlihat tidak serius berlatih.

“Setiap klub tentu punya alasan dan sistem masing-masing untuk meraih yang terbaik. Begitu juga kami,” ujar pelatih nomor tiga di Liga Italia setelah Zdenek Zeman (Lazio) dan Marcello Lippi (Juventus) itu. Secara implisit Parma juga agak dijagokan dalam Piala UEFA ini. 

Alasannya adalah prestasi mereka yang meroket tanpa terpengaruh oleh tidak hadirnya pemain inti. Secara teknis hampir seluruh pemain Parma lebih mempunyai naluri mencetak gol yang tinggi ketimbang Juventus.

“Kemampuan seluruh pemain Juventus mencetak gol hanya 70 persen, sedang Parma 90 persen,” demikian hasil diskusi yang dilakukan beberapa pengamat menjelang pertarungan. Persaingan seru agaknya terjadi di lini tengah. Didukung Brolin, Massimo Crippa, dan Fernando Cuoto, atau Dino Baggio, peran Zola sebagai playmaker akan semakin berkembang dan agresif apalagi Alberto Di Chiara, Luigi Apolloni, dan Roberto Sensini merupakan pemain belakang yang bernaluri menyerang.

Mereka akan berhadapan dengan Baggio, Sousa, Antonio Conte, Didier Deschamps, atau Alessandro Del Piero yang juga akan berkutat di situ. Tinggal Fabrizio Ravanelli atau Gianluca Vialli bersaing dengan dua bomber Parma, Faustino Asprilla dan Marco Branca, untuk menentukan siapa yang terbaik.

Faktor Kiper

“Kami belum apa-apa, perjalanan masih sangat panjang. Belum lagi masalah yang kami hadapi dan semuanya masih berlum pasti,” ungkap Lippi dengan merendah. Titik kelemahan Bianconeri kelihatannya ada di sektor penjaga gawang. Angelo Peruzzi kemungkinan besar tidak diturunkan karena masih cedera dan posisinya dialihkan kepada Michelangelo Rampulla. Sedang Parma akan aman dengan kiper nasionalnya, Luca Bucci.

Selama ini Parma dan Juventus telah bertemu dua kali dari tujuh pertandingan yang dijadwalkan. Lima kali lagi dari satu pertandingan liga (12/5), dua di Piala UEFA (3/5 dan 17/5), serta dua di Piala Italia. Dua kekalahan 0-1 dan 1-3 diterima Parma pada pertandingan persahabatan dan kompetisi 8 Januari lalu. Bagi Juve, inilah final kedua di Piala UEFA sejak menghadapi Fiorentina pada 1990, di mana mereka meraih juara lewat kemenangan 3-1 dan 0-0.

Parma tampil ke final dengan meyakinkan setelah melabrak wakil Jerman, Bayer Leverkusen 2-1 dan 3-0. Sedangkan Juve menghentikan perlawanan Borussia Dortmund 2-2 dan 2-1. Kemenangan Juve dinilai agak berbau keberuntungan karena saat itu Dortmund harus tampil tanpa dibela lima pemain intinya, terutama tokoh kunci di lini tengah dan lini belakang, Andreas Moeller dan Matthias Sammer.

Di musim ini kiprah Parma untuk merengkuh banyak gelar juga setara dengan Juventus. Gialloblu masih aktif di Serie A, Piala Italia, dan Piala UFEA. Bedanya kans Dino Baggio cs. menjuarai Serie A lebih kecil dibandingkan Juventus.

DUEL TOKOH KUNCI

Gianfranco Zola

Status: Pemain nasional Italia
Posisi: Gelandang menyerang/Second-striker
Lahir: Oliena, 5 Juli 1966
Nomor: 10
Tinggi/Berat: 168 cm/65 kg
Keistimewaan: Penguasaan bola yang anggun. Karakter permainannya lebih mirip ke Diego Maradona. Tajam dan mempunyai keahlian menerobos dengan bola di kaki. Ahli dalam mengambil tendangan bebas dan penalti. Dalam mencetak gol lebih tajam dibanding Roberto Baggio. Umpan-umpan yang diberikannya biasanya memudahkan, tak akan mengecewakan rekan-rekannya.

Roberto Baggio

Status: Pemain nasional Italia
Posisi: Gelandang menyerang/Second-striker/Playmaker
Lahir: Caldogno, 18 Februari 1967
Nomor: 10
Tinggi/Berat: 174 cm/73 kg
Keistimewaan: Playmaker utama Juventus. Penguasaan bola yang prima, lembut, cenderung gemulai. Umpan-umpannya nyaris terukur. Ia juga bagus mengambil tendangan dari bola-bola mati. Kemampuan menerobos yang tinggi dan bagus dalam mengambil posisi. Juventus hampir selalu bergantung kepadanya dalam memulai serangan.

(foto: juventusparma/thefootyblog/thesun.ie)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini