Entah mengapa tiba-tiba saja Fabio Capello menempatkan mereka sebagai pilihan utamanya mulai tahun ini. Seperti tidak ada pilihan lain. Seperti ingin membuktikan pada publik. Mereka juga membayar kontan kepercayaan sang pelatih dengan permainan yang kian memukau.
Sepeninggal Ruud Gullit dan masa penyembuhan Gianlugi Lentini, Savicevic yang juga pemain nasional Yugoslavia itu makin menancapkan ungkapan ketergantungan Milan padanya untuk mendobrak pertahanan lawan.
Peran bagi Simone lain lagi. Sempat dinomorduakan Capello setelah Daniele Massaro, namun penyerang kelahiran 7 Januari 1969 ini makin gigih berlatih dan hasilnya pun kemudian tampak. Jika dengan Massaro suka terlihat ‘malu-malu kucing’ dalam menuntaskan peluang atau serba salah, tidak demikian dengan Savicevic. Aura pengertian dan pemahaman duet ini cukup mumpuni, meski di masa depan tidak bisa diandalkan.
Inilah yang menjadikan mereka sebagai pasangan solid di depan, setidaknya di sisa musim ini di pentas Eropa. Savicevic yang mempunyai daya dobrak dan mencetak gol sama tajamnya lebih diandalkan Capello. Hampir pasti keseimbangan Milan akan terganggu jika penyerang kelahiran 15 September 1966 itu absen.
Lain dengan absennya Simone yang masih bisa dilapis oleh Paolo Di Canio, Alessandro Melli atau Massaro. Namun kalau tidak apa-apa, Capello lebih mempercayakan Simone karena punya keunggulan lebih cepat, gesit, serta pandai bergerak tanpa bola. Soal gol, tinggal tunggu waktu saja, yang penting peran Savicevic sebagai pisau serangan yang amat menyayat diberi keleluasaan bergerak.
“Savicevic amat mengerti keinginan saya ke mana pun saya bergerak. Selain itu urusan mencetak gol, tim tidak perlu bergantung pada saya sendiri karena dia juga jagonya,” puji Simone yang telah memperkuat tim nasional Italia tujuh kali itu.
Dari berbagai tayangan memang terlihat, gelontoran gol dari Savicevic banyak dibuka oleh gerakan melingkar Simone yang mengelabui bek-bek lawan, atau mengganggu konsentrasi. Siapapun tahu, penguasaan bola Savicevic begitu aduhai. Juga tendangan maut kaki kirinya. Jadi paham ‘kan, lakon Simone di mana, sesuai yang diingini Capello.
Sepeninggal Ruud Gullit dan masa penyembuhan Gianlugi Lentini, Savicevic yang juga pemain nasional Yugoslavia itu makin menancapkan ungkapan ketergantungan Milan padanya untuk mendobrak pertahanan lawan.
Peran bagi Simone lain lagi. Sempat dinomorduakan Capello setelah Daniele Massaro, namun penyerang kelahiran 7 Januari 1969 ini makin gigih berlatih dan hasilnya pun kemudian tampak. Jika dengan Massaro suka terlihat ‘malu-malu kucing’ dalam menuntaskan peluang atau serba salah, tidak demikian dengan Savicevic. Aura pengertian dan pemahaman duet ini cukup mumpuni, meski di masa depan tidak bisa diandalkan.
Inilah yang menjadikan mereka sebagai pasangan solid di depan, setidaknya di sisa musim ini di pentas Eropa. Savicevic yang mempunyai daya dobrak dan mencetak gol sama tajamnya lebih diandalkan Capello. Hampir pasti keseimbangan Milan akan terganggu jika penyerang kelahiran 15 September 1966 itu absen.
Lain dengan absennya Simone yang masih bisa dilapis oleh Paolo Di Canio, Alessandro Melli atau Massaro. Namun kalau tidak apa-apa, Capello lebih mempercayakan Simone karena punya keunggulan lebih cepat, gesit, serta pandai bergerak tanpa bola. Soal gol, tinggal tunggu waktu saja, yang penting peran Savicevic sebagai pisau serangan yang amat menyayat diberi keleluasaan bergerak.
“Savicevic amat mengerti keinginan saya ke mana pun saya bergerak. Selain itu urusan mencetak gol, tim tidak perlu bergantung pada saya sendiri karena dia juga jagonya,” puji Simone yang telah memperkuat tim nasional Italia tujuh kali itu.
Dari berbagai tayangan memang terlihat, gelontoran gol dari Savicevic banyak dibuka oleh gerakan melingkar Simone yang mengelabui bek-bek lawan, atau mengganggu konsentrasi. Siapapun tahu, penguasaan bola Savicevic begitu aduhai. Juga tendangan maut kaki kirinya. Jadi paham ‘kan, lakon Simone di mana, sesuai yang diingini Capello.
(foto. acmilan)