Duet George Weah dan David Ginola amat ditakuti di Liga Champion musim ini lantaran perpaduan kultur dan karakter permainan. Namun jangan risau dengan tandem Paris Saint-Germain tersebut. Soal produktivitas gol, baik di dalam maupun di luar negeri, duo Ajax Amsterdam ini lebih unggul. Siapa otak serangan mereka? Dia tidak lain dan tidak bukan adalah Ronald De Boer. Tandemnya bersama striker ulung yang masih muda, Patrick Kluivert, pantas diacungi jempol.
Tengok gol yang diciptakan tim ini pada kompetisi Liga Belanda, hampir tiga gol setiap pertandingan. Ajax merupakan klub yang paling produktif di kompetisi Eropa saat ini. Tombak kembar Ronald dan Patrick menjadi tajam karena dukungan barisan tengah mereka yang kesemuanya mempunyai ‘naluri membunuh’.
Hampir semua pemain Ajax, termasuk cadangannya, bisa dan biasa menyerang serta piawai mencetak gol. Maka, jika Kluivert absen, masih ada Jari Litmanen, John van den Broem, atau Nwankwo Kanu. Peran Marc Overmars sebagai pendobrak pun masih ada pelapisnya, yakni Peter van Vossen dan Winston Bogarde.
Tajamnya serangan Ajax, yang dikuasai Overmars di kiri serta Finidi George di kanan, membuat Ronald dengan leluasa menguasai bola yang memang cepat dialihkan oleh kedua sayapnya itu. Belum lagi Clarence Seedorf dan Frank De Boer memperkuat dari sektor tengah.
Ketika pemain kelahiran 15 Mei 1970 itu menerobos, hampir semua penyerang lainnya ikut bergerak, termasuk Overmars dan Finidi. Inilah yang membuat Ajax sering mengurung pertahanan lawan hingga puluhan menit sebelum akhirnya gol terjadi.
“Nikmat sekali rasanya bermain bola seperti ini,” ungkap Ronald menggambarkan kekuatan serangan Ajax yang juga ditopang oleh Jari Litmanen. “Kami selalu diajari pelatih 1.001 cara mencetak gol. Pertahanan kami adalah penguasaan bola dan menyerang,” timpal Kluivert tanpa bermaksud sombong. Sombong atau rendah hati, bukanlah persoalan besar bagi bek-bek lawan. Bagaimana mematikan atau menghentikan aliran gol dari Ronald dan Kluivert itulah yang jadi inti masalah.
(foto: discuss)
Tengok gol yang diciptakan tim ini pada kompetisi Liga Belanda, hampir tiga gol setiap pertandingan. Ajax merupakan klub yang paling produktif di kompetisi Eropa saat ini. Tombak kembar Ronald dan Patrick menjadi tajam karena dukungan barisan tengah mereka yang kesemuanya mempunyai ‘naluri membunuh’.
Hampir semua pemain Ajax, termasuk cadangannya, bisa dan biasa menyerang serta piawai mencetak gol. Maka, jika Kluivert absen, masih ada Jari Litmanen, John van den Broem, atau Nwankwo Kanu. Peran Marc Overmars sebagai pendobrak pun masih ada pelapisnya, yakni Peter van Vossen dan Winston Bogarde.
Tajamnya serangan Ajax, yang dikuasai Overmars di kiri serta Finidi George di kanan, membuat Ronald dengan leluasa menguasai bola yang memang cepat dialihkan oleh kedua sayapnya itu. Belum lagi Clarence Seedorf dan Frank De Boer memperkuat dari sektor tengah.
Ketika pemain kelahiran 15 Mei 1970 itu menerobos, hampir semua penyerang lainnya ikut bergerak, termasuk Overmars dan Finidi. Inilah yang membuat Ajax sering mengurung pertahanan lawan hingga puluhan menit sebelum akhirnya gol terjadi.
“Nikmat sekali rasanya bermain bola seperti ini,” ungkap Ronald menggambarkan kekuatan serangan Ajax yang juga ditopang oleh Jari Litmanen. “Kami selalu diajari pelatih 1.001 cara mencetak gol. Pertahanan kami adalah penguasaan bola dan menyerang,” timpal Kluivert tanpa bermaksud sombong. Sombong atau rendah hati, bukanlah persoalan besar bagi bek-bek lawan. Bagaimana mematikan atau menghentikan aliran gol dari Ronald dan Kluivert itulah yang jadi inti masalah.