Ambisi Juventus untuk merebut hattrick pada tahun ini, tampaknya akan mendapat hambatan. Salah satunya adalah dari Borussia Dortmund di Piala UEFA. Ya, merekalah lawan yang amat setimpal bagi klub yang tengah naik daun itu. Keduanya akan saling bertemu di Stadion Delle Alpi, Torino, pada putaran pertama semifinal, Rabu (5/4) dinihari mendatang.
Juve memang spektakuler. Prestasi mereka bak meteor yang melesat cepat. Pembenahan yang dilakukan oleh ‘si jenius’ Marcello Lippi patut diacungi jempol. Juve Sempre Spetaccolo (Juventus selalu spektakuler) – pujian yang diberikan pers Italia – juga patut diterima.
Coba hitung saja kesempatan hattrick buat Juve. Setelah gelar juara Liga Italia ‘hampir’ aman di tangan mereka, lalu Piala Italia, di mana mereka telah masuk semifinal, dan yang terakhir, ya Piala UEFA ini. Apakah mereka berhasil? Untuk dua yang pertama, kemungkinan bisa. Tetapi yang terakhir, tunggu dulu.
Calon lawan mereka itu bukanlah tim sembarangan. Sama seperti mereka, Dortmund juga menghuni urutan pertama klasemen sementara Bundesliga. Pertarungan ini juga menandakan persaingan terselubung Jerman-Italia, khususnya di kancah Piala UEFA.
Dalam tujuh tahun terakhir, klub-klub kedua negara itu selalu bersaing paling tidak hingga semifinal, meski akhirnya Italia lebih unggul. Tahun 1988, gelar disabet Bayer Leverkusen. Pada 1989 oleh Napoli, 1990 dan 1993 diraih Juventus, lalu 1991 dan 1994 direbut Internazionale. Hanya Torino yang gagal di tangan Ajax Amsterdam pada 1992.
Ada sisi lain yang menarik dari pertemuan kedua klub itu, yakni kehadiran mantan tiga pemain Juventus, Andreas Moeller, Stefan Reuter, dan Julio Cesar di kubu Dortmund. Apakah ini menentukan hasil pertandingan? Tentu saja, sebab mereka pasti sudah memahami kekuatan Juve. Sebelumnya, ketiganya merupakan mantan pemain kunci Juve di lini belakang, tengah, dan depan.
Persaingan Terselubung
Maka tak mengherankan jika pelatih Dortmund, Ottmar Hitzfeld, menganggap Juventus bukanlah momok yang menakutkan namun juga sekaligus tak memungkirinya sebagai lawan yang berat. “Melihat penampilan kami selama ini, jangan samakan kami dengan dua tahun lalu,” ujar Hitzfeld setelah menggebuk Lazio di perempatfinal.
Secara tidak langsung, ia telah melakukan psy-war terhadap klub-klub Italia, khususnya kubu Juventus. Apalagi, dendam mereka harus dituntaskan mengingat kekalahan mereka dari Juve 1-3 dan 3-0 pada final Piala UEFA 1992/93. Padahal saat itu Bianconeri masih ditangani Giovanni Trapattoni dengan skuad yang kurang 'galak' dibanding sekarang. Oleh sebab itu Hitzfeld kekuatan Juve dengan punggawa macam Gianluca Vialli, Fabrizio Ravanelli, dan Roberto Baggio jauh lebih mumpuni lagi.
Sementara itu, partai semifinal lainnya akan menghadirkan perseteruan Jerman vs Italia II antara Parma melawan Bayer Leverkusen. Bagi kubu Parma, undian sangat menggembirakan. “Kami amat bergembira karena tidak bertemu Juventus di semifinal,” kata Battista Pastorello, salah seorang direktur di Parma.
Parma sendiri akan menjamu Leverkusen pada putaran pertama di kandang sendiri, Stadion Ennio Tardini. Meski begitu bukan hal yang gampang bagi tim asuhan Nevio Scala itu menggulung Leverkusen yang diperkuat oleh Bernd Schuster, Rudi Voeller, dan Ulf Kirsten. Keberhasilan menggulung jawara sementara Liga Prancis, Nantes dengan 5-1 dan 0-0 membuktikan semua itu. So? Perang Jerman-Italia memang perlu ditunggu.
DUEL TOKOH KUNCI
Andreas ‘Andy’ Moeller (Dortmund)
Setelah pulang kampung, gelandang serang kelahiran 2 September 1967 ini kian tajam. Dia kini tercatat dalam daftar pencetak gol terbanyak Bundesliga dengan 11 gol. Kontribusinya amat memengaruhi moral dan tingkat permainan Stefan Reuter dan Karl-Heinz Riedle, dua sahabatnya, sehingga pelatih Bertie Vogts kembali memanggil ketiganya ke dalam tim nasional Jerman. Sama sewaktu di Juve, posisi Moeller di Dortmund juga tak berubah. Ia tetap jadi kreator permainan, pengumpan bola-bola jitu sekaligus second striker.
Roberto 'Roby' Baggio (Juventus)
Sejak tampil lagi 5 Maret lalu pada pertandingan Piala Italia melawan Lazio, pemain kalem ini ternyata menepis keraguan pengamat. Istirahat karena cedera sejak Oktober 1994 tak membuat pemain kelahiran 18 Februari 1967 ini harus kikuk bekerja sama dengan Gianluca Vialli, Fabrizio Ravanelli, atau Alessandro Del Piero. Ketika mengandaskan Eintracht Frankfurt di putaran kedua perempatfinal dengan 3-0, hampir semua gol yang tercipta adalah berkat kerja sama dengan ketiga pemain itu. Jadi, kembalinya Baggio akan membuat Juventus lebih tangguh lagi.
(foto: uefa.com/ friendhood.net/soccernostalgia)
Juve memang spektakuler. Prestasi mereka bak meteor yang melesat cepat. Pembenahan yang dilakukan oleh ‘si jenius’ Marcello Lippi patut diacungi jempol. Juve Sempre Spetaccolo (Juventus selalu spektakuler) – pujian yang diberikan pers Italia – juga patut diterima.
Coba hitung saja kesempatan hattrick buat Juve. Setelah gelar juara Liga Italia ‘hampir’ aman di tangan mereka, lalu Piala Italia, di mana mereka telah masuk semifinal, dan yang terakhir, ya Piala UEFA ini. Apakah mereka berhasil? Untuk dua yang pertama, kemungkinan bisa. Tetapi yang terakhir, tunggu dulu.
Calon lawan mereka itu bukanlah tim sembarangan. Sama seperti mereka, Dortmund juga menghuni urutan pertama klasemen sementara Bundesliga. Pertarungan ini juga menandakan persaingan terselubung Jerman-Italia, khususnya di kancah Piala UEFA.
Dalam tujuh tahun terakhir, klub-klub kedua negara itu selalu bersaing paling tidak hingga semifinal, meski akhirnya Italia lebih unggul. Tahun 1988, gelar disabet Bayer Leverkusen. Pada 1989 oleh Napoli, 1990 dan 1993 diraih Juventus, lalu 1991 dan 1994 direbut Internazionale. Hanya Torino yang gagal di tangan Ajax Amsterdam pada 1992.
Ada sisi lain yang menarik dari pertemuan kedua klub itu, yakni kehadiran mantan tiga pemain Juventus, Andreas Moeller, Stefan Reuter, dan Julio Cesar di kubu Dortmund. Apakah ini menentukan hasil pertandingan? Tentu saja, sebab mereka pasti sudah memahami kekuatan Juve. Sebelumnya, ketiganya merupakan mantan pemain kunci Juve di lini belakang, tengah, dan depan.
Persaingan Terselubung
Maka tak mengherankan jika pelatih Dortmund, Ottmar Hitzfeld, menganggap Juventus bukanlah momok yang menakutkan namun juga sekaligus tak memungkirinya sebagai lawan yang berat. “Melihat penampilan kami selama ini, jangan samakan kami dengan dua tahun lalu,” ujar Hitzfeld setelah menggebuk Lazio di perempatfinal.
Giovanni Trapattoni raih titel Piala UEFA 1992/93 usai mengatasi Dortmund (1-3, 3-0). |
Sementara itu, partai semifinal lainnya akan menghadirkan perseteruan Jerman vs Italia II antara Parma melawan Bayer Leverkusen. Bagi kubu Parma, undian sangat menggembirakan. “Kami amat bergembira karena tidak bertemu Juventus di semifinal,” kata Battista Pastorello, salah seorang direktur di Parma.
Parma sendiri akan menjamu Leverkusen pada putaran pertama di kandang sendiri, Stadion Ennio Tardini. Meski begitu bukan hal yang gampang bagi tim asuhan Nevio Scala itu menggulung Leverkusen yang diperkuat oleh Bernd Schuster, Rudi Voeller, dan Ulf Kirsten. Keberhasilan menggulung jawara sementara Liga Prancis, Nantes dengan 5-1 dan 0-0 membuktikan semua itu. So? Perang Jerman-Italia memang perlu ditunggu.
DUEL TOKOH KUNCI
Andreas ‘Andy’ Moeller (Dortmund)
Setelah pulang kampung, gelandang serang kelahiran 2 September 1967 ini kian tajam. Dia kini tercatat dalam daftar pencetak gol terbanyak Bundesliga dengan 11 gol. Kontribusinya amat memengaruhi moral dan tingkat permainan Stefan Reuter dan Karl-Heinz Riedle, dua sahabatnya, sehingga pelatih Bertie Vogts kembali memanggil ketiganya ke dalam tim nasional Jerman. Sama sewaktu di Juve, posisi Moeller di Dortmund juga tak berubah. Ia tetap jadi kreator permainan, pengumpan bola-bola jitu sekaligus second striker.
Roberto 'Roby' Baggio (Juventus)
Sejak tampil lagi 5 Maret lalu pada pertandingan Piala Italia melawan Lazio, pemain kalem ini ternyata menepis keraguan pengamat. Istirahat karena cedera sejak Oktober 1994 tak membuat pemain kelahiran 18 Februari 1967 ini harus kikuk bekerja sama dengan Gianluca Vialli, Fabrizio Ravanelli, atau Alessandro Del Piero. Ketika mengandaskan Eintracht Frankfurt di putaran kedua perempatfinal dengan 3-0, hampir semua gol yang tercipta adalah berkat kerja sama dengan ketiga pemain itu. Jadi, kembalinya Baggio akan membuat Juventus lebih tangguh lagi.
(foto: uefa.com/ friendhood.net/soccernostalgia)