Kalau tak pandai-pandai mencari kesibukan, mengarungi sendiri kehidupan di negeri orang, memang, kadang menjenuhkan. Hal itulah yang juga dialami oleh Kurniawan selama tiga bulan bermukim di Weggis, Swiss. Dari hari ke hari, waktunya sebagian besar dihabiskan untuk berlatih dan berlatih selain bertanding, seminggu sekali, tentunya. Jenuh Kur?
“Kadang iya, tapi sekarang mendingan karena saya sudah banyak kenal dengan teman-teman di hotel. Dengan merekalah saya sering mengisi hari-hari di kala tak ada latihan,” ungkap Ade, panggilan akrab Kurniawan. Selanjutnya ia bercerita bahwa pada lanjutan Liga Swiss, Minggu lalu, ia sempat diturunkan di menit 10 menit akhir oleh pelatih Jean-Paul Brigger. Saat itu klubnya, FC Luzern, menang 1-0 atas tamunya Aarau di Stadion Allmend.
“Tapi saya ditaruh di posisi sayap kiri dan oleh Brigger dipesan supaya membantu pertahanan karena kami sudah unggul,” kata Kurniawan, yang selama ini sudah bermain di empat posisi. Tak lama kemudian Kurniawan menanyakan acara HUT Mingguan BOLA yang berlangsung akhir Maret lalu. “Bagaimana ramai ya?” tanyanya cepat.
Kurniawan terpilih sebagai Atlet Harapan Terbaik 1994. Ia diundang tetapi karena padatnya jadwal kompetisi, ia tak bisa datang meski semula ia amat berminat untuk menghadirinya. Sebagai gantinya, beberapa hari lalu ia mengirimkan tulisannya ke BOLA yang dibacakan oleh ayahnya, yang datang mewakilinya, saat acara malam penganugerahan atlet terbaik versi pembaca BOLA.
“Tulisan itu saya buat di lab komputer milik kampus, dan kalau Pak Hayono Isman sampai ikut mendengarkan surat saya yang dibacakan ayah, wah saya bangga sekali,” ujar Kurniawan yang menitipkan salam bagi karyawan dan pembaca BOLA di Tanah Air.
Di dalam tulisannya yang dikirim lewat faks itu, Kurniawan antara lain mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada mereka yang telah membantunya, baik dalam berlatih maupun kehidupan sehari-hari untuk mencapai keadaan seperti sekarang ini.
“Saya sadari bahwa sampai sekarang pun saya masih merasa harus banyak belajar seperti yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia. Dan pada kesempatan itu pula, saya ingin mohon doa restu agar PSSI Primavera yang akan terjun dalam kejuaraan Pra-Olimpiade nanti dapat mencapai sukses sesuai target yang diharapkan,” begitu bunyi akhir tulisannya. Kami doakan, Kur!
(foto: Stefan Sihombing)
“Kadang iya, tapi sekarang mendingan karena saya sudah banyak kenal dengan teman-teman di hotel. Dengan merekalah saya sering mengisi hari-hari di kala tak ada latihan,” ungkap Ade, panggilan akrab Kurniawan. Selanjutnya ia bercerita bahwa pada lanjutan Liga Swiss, Minggu lalu, ia sempat diturunkan di menit 10 menit akhir oleh pelatih Jean-Paul Brigger. Saat itu klubnya, FC Luzern, menang 1-0 atas tamunya Aarau di Stadion Allmend.
“Tapi saya ditaruh di posisi sayap kiri dan oleh Brigger dipesan supaya membantu pertahanan karena kami sudah unggul,” kata Kurniawan, yang selama ini sudah bermain di empat posisi. Tak lama kemudian Kurniawan menanyakan acara HUT Mingguan BOLA yang berlangsung akhir Maret lalu. “Bagaimana ramai ya?” tanyanya cepat.
Kurniawan terpilih sebagai Atlet Harapan Terbaik 1994. Ia diundang tetapi karena padatnya jadwal kompetisi, ia tak bisa datang meski semula ia amat berminat untuk menghadirinya. Sebagai gantinya, beberapa hari lalu ia mengirimkan tulisannya ke BOLA yang dibacakan oleh ayahnya, yang datang mewakilinya, saat acara malam penganugerahan atlet terbaik versi pembaca BOLA.
“Tulisan itu saya buat di lab komputer milik kampus, dan kalau Pak Hayono Isman sampai ikut mendengarkan surat saya yang dibacakan ayah, wah saya bangga sekali,” ujar Kurniawan yang menitipkan salam bagi karyawan dan pembaca BOLA di Tanah Air.
Di dalam tulisannya yang dikirim lewat faks itu, Kurniawan antara lain mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada mereka yang telah membantunya, baik dalam berlatih maupun kehidupan sehari-hari untuk mencapai keadaan seperti sekarang ini.
“Saya sadari bahwa sampai sekarang pun saya masih merasa harus banyak belajar seperti yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia. Dan pada kesempatan itu pula, saya ingin mohon doa restu agar PSSI Primavera yang akan terjun dalam kejuaraan Pra-Olimpiade nanti dapat mencapai sukses sesuai target yang diharapkan,” begitu bunyi akhir tulisannya. Kami doakan, Kur!
(foto: Stefan Sihombing)