Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Marco Simone: Peter Pan Dari Milano

Bintang dari segala bintang Kejuaraan Antarklub Eropa tak pelak lagi adalah Marco Simone, pemain depan Milan. Di klub Rossoneri, dia kerap dijuluki Peter Pan, jagoan dalam cerita anak-anak yang berciri mungil, tengil, gesit, memiliki senjata khas serta sering dibantu oleh peri sakti bernama Tinkerbell.

Marco Simone: Peter Pan Dari MilanoSecara tak diduga, kali ini Simone benar-benar menjadi Peter Pan sungguhan di lapangan hijau. Bukan karena tubuhnya yang terbilang mungil untuk ukuran Eropa. Tentu ada faktor lain. Rupanya tahun ini ia benar-benar menemukan kebintangannya. Kehebatan ciri-ciri tokoh fiktif itu hampir semua melekat pada dirinya. Ia juga dibantu oleh keberuntungan yang tengah memayunginya. Dalam waktu kurang dari seminggu, ia telah membelalakkan mata pelatihnya, Fabio Capello. Bayangkan, ia menyumbangkan enam buah gol untuk klubnya, AC Milan, dalam empat hari. Sesuatu yang boleh dikatakan ajaib, mengingat Milan salah satu tim yang paling mandul di Serie A Italia saat ini.

Dua gol yang dilesakkan ke gawang Michel Preud’Homme saat Rossoneri memukul Benfica 2-0 pada putaran pertama perempatfinal Liga Champion 1994-95, awal Maret dan empat gol ke gawang Brescia pada laga Serie A, Ahad lalu, membuktikan pada Capello bahwa ia patut menjadi The New Goal-Getter bagi Milan. “Gol-gol itu saya persembahkan untuk Milan yang telah mempercayakan saya kembali sebagai pemain utama,” aku Simone jujur.

Memang, sepeninggal Marco van Basten, juara 14 kali Liga Italia ini tak lagi punya mesin gol yang ulung. Memang benar, pernah ada Jean-Pierre Papin atau Florin Raducioiu, tapi akhirnya mereka dianggap tidak menyatu dengan permainan tim karena pengaruh waktu.

Dianggap Mandul

Marco Simone: Peter Pan Dari MilanoHal ini berlainan dengan Simone. Makin lama ia dinilai makin dinamis dan yang terpenting kian tajam. Ketika Arrigo Sacchi masih menjadi pelatih, pemain berusia 26 tahun itu sering dipasangkan bersama Van Basten yang kebetulan menjadi idolanya. Capello-lah yang sering membangkucadangkannya, sebagai pengganti Daniele Massaro.

Meski begitu, Simone adalah salah satu pemain yang paling lama bertahan di Milan sejak bergabung enam tahun lalu. Simone juga pemains atu angkatan dengan Van Basten. Bahkan setelah Diego Fuser, Papin, dan Raducioiu hengkang, ia masih stabil dan tetap dipakai. Ia juga tak lekang disaingi Gianluca Lentini, Zvonimir Boban bahkan Dejan Savicevic.

Sebenarnya hanya satu kendala Simone, yang pada mulanya Capello kurang berkenan, yaitu seringnya Simone menahan bola terlalu lama. Akibatnya kesempatan mencetak gol sering terlupakan. Apalagi ia merupakan seorang penyerang, bukan gelandang. Maka Capello pun mempunyai kesan bahwa Simone seorang pemain yang bagus namun tidak produktif.

Padahal hal ini tidak disukai Capello, yang mempunyai prinsip “pergerakan pemain merupakan kunci serangan.” Akibatnya ia baru dipasang ketika Massaro, Savicevic, atau Boban, dianggap lelah atau memang tengah cedera. Simone meniru-niru gerakan balet kaki Van Basten.

Tampaknya kini Simone menyadari kekeliruannya. Secara fisik saja, ia jauh lebih pendek dibandingkan dengan idolanya itu. Maka pemain berbintang Capricorn itu berlatih keras meningkatkan kecepatan. Hasilnya segera terlihat. Bak Peter Pan, ia bergerak amat lincah dan liar.

Buktinya ada pada dua pertandingan terakhir yakni melawan Benfica dan Brescia. Gol yang tercipta kebanyakan hasil bola muntah. Tanda kecepatannya semakin sempurna. Dalam kancah Piala Champion 1994/95, ia juga sedang memburu posisi George Weah sebagai pencetak gol terbanyak, dengan empat gol yang telah dicetaknya.

Kalau terus begini, bukan tidak mungkin, ia akan dimasukkan lagi ke dalam tim nasional Italia. Patut ditunggu. “Ia amat pantas masuk lagi ke tim nasional. Bahkan kalau dibandingkan Vialli, ia lebih pantas,” ujar Capello. Memang setelah dilihat tumpul, tim nasional Italia kini sedang mengincar penyerang lain teman dari Pierluigi Casiraghi. Gianluca Vialli dari Juventus menjadi calon kuat sebelum Simone mencuat.

Peran Sacchi

Dilahirkan di Castelanza, 7 Januari 1969, Marco Sione mengawali karier profesional di klub Como. Saat usia 17 tahun, ia sudah bermain di kompetisi Serie A. Namun itu bukan menjadi ukuran bagi kariernya, sebab ia hanya bermain dua kali tanpa satu pun gol yang diciptakan.

Marco Simone: Peter Pan Dari Milano
Akibatnya ia dianggap belum pantas bermain di kompetisi elite itu dan dipinjamkan pada klub kecil yang berkiprah di Serie C. Virescit. Sungguh mengejutkan karena di sini ia menjadi pencetak gol utama klub itu dengan mencetak 15 gol dari 33 pertandingan.

Dinilai lebih matang, ia kembali direkrut Como. Celakanya klub ini malah terkena degradasi ke Serie B, karena menduduki urutan buncit. Di sini ia mencetak enam gol. Hebatnya ia tak pernah absen pada setiap pertandingan.

Tim pemandu bakat AC Milan ternyata sudah mengamati sebagian besar penampilannya. Maka mulai musim 1989/90, tak lama setelah Milan menggaet Frank Rijkaard, bos besar Silvio Berlusconi pun menyetujui kedatangannya di markas Milanello. Hasilnya buruk, dari 21 kali pertandingan, Simone hanya mencetak satu gol!

Akan tetapi keberuntungan kembali menyertainya, sebab untuk pertama kali ia mendapat pengalaman internasional tatkala pelatih Arrigo Sacchi memainkannya di final Piala Super Eropa melawan Barcelona pada 7 Desember 1989.

Yang lebih berkesan lagi adalah ketika dipercaya Sacchi menggantikan Daniele Massaro pada final Piala Toyota 1989 melawan National Medellin (Kolombia). Simone bermain bagus selama 50 menit dan memberikan andil bagi klubnya sebelum Alberigo Evani mencetak gol emas di menit 119! Sedang debut di tim nasional tercatat pada 19 Desember 1992 ketika Italia mengalahkan tuan rumah Malta 2-1. Di situ ia menggantikan rekan seklubnya, Roberto Donadoni.

Pada kompetisi liga, hingga kini ia telah bermain 93 kali untuk Milan dengan 26 gol yang disumbangkannya. Sampai minggu ke-22 kompetisi, namanya mulai masuk ke jajaran pencetak gol liga dengan Sembilan gol. Itu adalah akibat pada Ahad lalu ia mencetak empat buah gol. Perjalanan kompetisi masih panjang. Artinya ia masih bisa menambah pundi-pundi golnya. Begitu pula di Liga Champion.

(foto: mondedufoot.fr /forzamilan/soocernostalgia)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini