Memang berat. Tekad Gelora Dewata untuk minimal tidak kalah selama turnya di Kalimantan, gagal menjadi kenyataan. Akhirnya pada pertarungan ketiga, mereka tumbang juga. Adalah tim tuan rumah Putra Samarinda (Pusam) yang bertarung di kandang, Stadion Segiri, mampu menundukkan tim yang pernah menjuarai Piala Liga VII 1993/94 ini dengan skor 1-0.
Hasil ini terasa menyakitkan mengingat dalam empat kali pertemuan, Pusam belum pernah menang, dua diantaranya di tempat yang sama. Gelora, yang sebelumnya bermain imbang 0-0 dan 1-1 melawan Persiba Balikpapan dan PKT Bontang, terlihat kewalahan menghadapi Pusam.
Beberapa kali gempuran yang dilakukan dua striker Pusam, Jalil Jamaluddin dan Hendri Susilo, membuat morat-marit sektor belakang Gelora yang dikoordinasi oleh kapten tim Kadek Suwartama. Meski tanpa diperkuat beberapa pemain inti, antara lain Suradi dan Ibrahim Lestahulu, tim berkostum kebanggaan kuning-kuning itu bermain lebih taktis dan banyak menekan lawannya, terutama di babak kedua.
Tercatat dua peluang emas di babak pertama gagal dimanfaatkan oleh Jalil, yang sering terlepas dari kawalan Yanto dan Freddy Mulli. Sebaliknya, meski disaksikan oleh owner Gelora, Haji Mislan, tim ini terlihat kurang mengigit. Vata Matanu Garcia, yang kembali dipasangkan dengan Abel Campos dan Jeremi kerap belum padu kerjasamanya dengan Ida Bagus Mahayasa ataupun Agus Suryanto.
Eddy Gemilang
Apalagi pemain berkepala plontos itu kemana pun selalu dikawal ketat oleh gelandang bertahan Pusam, Abdul Rahim, sampai-sampai terlibat konflik yang bikin wasit Drs. Sakka Jamain (Ujung Pandang) memperingatkannya. Tak tampilnya Misnadi Amrizal memang membuat tusukan Geloran kurang tajam. Akibatnya, Mahayasa terlihat bekerja sendirian di depan.
Apalagi, Jeremie dan Campos tampil di bawah form terbaiknya. Lengkaplah sudah kemacetan serangan Gelora. Walau banyak ditekan, beberapa peluang toh tetap ada. Sayang, tendangan Jeremi dalam posisi bebas melambung dan sundulan Mahayasa hanya membentur mistar gawang Pusam.
Tak dipungkiri, salah satu bintang lapangan saat itu adalah kiper tuan rumah Eddy Harto. Mantan penjaga gawang nasional berumur 34 tahun ini bukan saja bermain gemilang, tapi juga taktis dalam memberikan komando dari belakang.
Gol Pusam yang membuat histeris penonton terjadi akibat kecerdikan gelandang Yance Katehokang. Pada menit ke-85, mendapat bola di garis penalti lawan, ia memanfaatkan pergerakan Jalil dan Hendri yang diikuti lawan. Ia akhirnya terus melaju dan berhadapan dengan kiper Gelora, Sutrisno Herlambang, dari sebelah kanan. Gol pun lahir di jelang akhir laga.
Faktor kelelahan pemain, yang sejak semula dikhawatirkan kubu Gelora, memang benar-benar terjadi. Tambahan recovery juga kurang berlangsung mulus. Ini yang tak bisa dipungkiri oleh kubu Gelora. Biang keladinya tak lain jadwal yang padat. “Anak-anak terlihat habis di babak kedua, mau bagaimana lagi?” kata pelatih Sutrisno.
“Kekalahan kami hanya faktor luck mereka saja. Coba lihat, mereka dapat memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan kami tidak,” keluh manajer tim gelora, Ir. Vigit Waluyo, usai pertandingan yang disaksikan sekitar 7.000 penonton itu.
“Pusam bermain lebih baik dan dapat memanfaatkan kelebihan anak-anak. Kalau mereka tenang, seharusnya gol sudah terjadi dari babak pertama,” tambah Mislan, yang khusus datang dari Semarang untuk menyaksikan pemainnya bertarung. Barangkali akan serupa nasib tim tamu yang melancong ke beberapa tempat dengan jadwal padat. Aturlah jadwal lebih baik lagi dong, PSSI! Mau dibawa mutu kompetisi kalau dibiarkan?
(foto: Arief Natakusumah)
Hasil ini terasa menyakitkan mengingat dalam empat kali pertemuan, Pusam belum pernah menang, dua diantaranya di tempat yang sama. Gelora, yang sebelumnya bermain imbang 0-0 dan 1-1 melawan Persiba Balikpapan dan PKT Bontang, terlihat kewalahan menghadapi Pusam.
Beberapa kali gempuran yang dilakukan dua striker Pusam, Jalil Jamaluddin dan Hendri Susilo, membuat morat-marit sektor belakang Gelora yang dikoordinasi oleh kapten tim Kadek Suwartama. Meski tanpa diperkuat beberapa pemain inti, antara lain Suradi dan Ibrahim Lestahulu, tim berkostum kebanggaan kuning-kuning itu bermain lebih taktis dan banyak menekan lawannya, terutama di babak kedua.
Tercatat dua peluang emas di babak pertama gagal dimanfaatkan oleh Jalil, yang sering terlepas dari kawalan Yanto dan Freddy Mulli. Sebaliknya, meski disaksikan oleh owner Gelora, Haji Mislan, tim ini terlihat kurang mengigit. Vata Matanu Garcia, yang kembali dipasangkan dengan Abel Campos dan Jeremi kerap belum padu kerjasamanya dengan Ida Bagus Mahayasa ataupun Agus Suryanto.
Eddy Gemilang
Apalagi pemain berkepala plontos itu kemana pun selalu dikawal ketat oleh gelandang bertahan Pusam, Abdul Rahim, sampai-sampai terlibat konflik yang bikin wasit Drs. Sakka Jamain (Ujung Pandang) memperingatkannya. Tak tampilnya Misnadi Amrizal memang membuat tusukan Geloran kurang tajam. Akibatnya, Mahayasa terlihat bekerja sendirian di depan.
Apalagi, Jeremie dan Campos tampil di bawah form terbaiknya. Lengkaplah sudah kemacetan serangan Gelora. Walau banyak ditekan, beberapa peluang toh tetap ada. Sayang, tendangan Jeremi dalam posisi bebas melambung dan sundulan Mahayasa hanya membentur mistar gawang Pusam.
Tak dipungkiri, salah satu bintang lapangan saat itu adalah kiper tuan rumah Eddy Harto. Mantan penjaga gawang nasional berumur 34 tahun ini bukan saja bermain gemilang, tapi juga taktis dalam memberikan komando dari belakang.
Gol Pusam yang membuat histeris penonton terjadi akibat kecerdikan gelandang Yance Katehokang. Pada menit ke-85, mendapat bola di garis penalti lawan, ia memanfaatkan pergerakan Jalil dan Hendri yang diikuti lawan. Ia akhirnya terus melaju dan berhadapan dengan kiper Gelora, Sutrisno Herlambang, dari sebelah kanan. Gol pun lahir di jelang akhir laga.
Faktor kelelahan pemain, yang sejak semula dikhawatirkan kubu Gelora, memang benar-benar terjadi. Tambahan recovery juga kurang berlangsung mulus. Ini yang tak bisa dipungkiri oleh kubu Gelora. Biang keladinya tak lain jadwal yang padat. “Anak-anak terlihat habis di babak kedua, mau bagaimana lagi?” kata pelatih Sutrisno.
“Kekalahan kami hanya faktor luck mereka saja. Coba lihat, mereka dapat memanfaatkan peluang yang ada, sedangkan kami tidak,” keluh manajer tim gelora, Ir. Vigit Waluyo, usai pertandingan yang disaksikan sekitar 7.000 penonton itu.
“Pusam bermain lebih baik dan dapat memanfaatkan kelebihan anak-anak. Kalau mereka tenang, seharusnya gol sudah terjadi dari babak pertama,” tambah Mislan, yang khusus datang dari Semarang untuk menyaksikan pemainnya bertarung. Barangkali akan serupa nasib tim tamu yang melancong ke beberapa tempat dengan jadwal padat. Aturlah jadwal lebih baik lagi dong, PSSI! Mau dibawa mutu kompetisi kalau dibiarkan?
(foto: Arief Natakusumah)