Babak perempatfinal Kejuaraan Antarklub Eropa 1994/95 mencuatkan kembali bintang-bintang dunia. Bahkan di tiga ajang yang digelar – Piala Champion, Piala Winner, dan Piala UEFA – semuanya melahirkan pula bintang-bintang baru. Inilah mereka.
George Weah (Paris Saint-Germain, Piala Champion)
Roger Milla adalah gurunya. Lelaki sangat berotot ini merupakan momok yang menakutkan bagi siapa saja yang merasa bertugas sebagai pemain belakang. Saat laga pertama di Paris lawan Paris SG, Barcelona terlalu menganggap enteng striker yang sebenarnya amat mematikan ini.
Kesalahan dimulai dengan instruksi Johan Cruijff yang meminta pemainnya lebih memperhatikan, atau mematikan sepak terjang bahkan pergerakan Candido Valdo ketimbang Weah. Akibatnya setelah George Weah mendapat lalu menguasai bola, tidak satu pun pemain Barca yang dapat menghentikannya kecuali harus dengan, maaf, klub sehebat Barca yang dilatih Cruijff Sang Legenda pun harus menabrak sportivitas.
Itulah yang dilakukan Ronald Koeman, yang rela diganjar kartu kuning hanya untuk menarik lengan Weah yang sedang memburu gawang Carlos Busquets. Potongannya yang tinggi besar, cepat, gesit, ditambah kemampuan olah bola yang prima, Weah juga pandai mencari tempat potensial untuk mengaduk-aduk pertahanan lawan yang membuat pelatih mereka menahan nafas.
Lebih menakutkan lagi adalah naluri dan aksinya dalam mencetak gol yang terbilang kelas satu. Jika punya peluang emas, kemungkinan suksesnya mencapai 99 persen. Maka tak salah jika Silvio Berlusconi mengikuti saran Fabio Capello untuk merekrutnya ke AC Milan pada bursa transfer musim depan. Saat ini Rossoneri tengah melakukan negosiasi dengan Paris Saint-Germain.
“Saya selalu bermain lepas, karena saya yakin Tuhan akan selalu melindungi. Saya yakin bisa bermain dalam level apa pun, di negara mana pun sebab saya punya ambisi dan alasan yang tepat,” ujar Weah, pemain terbaik Afrika 1994.
Di Liberia ia dianggap raja dan termasuk salah satu manusia terkaya di negeri pantai barat benua hitam tersebut. Bentuk aset kekayaan Weah antara lain memiliki tiga apartemen di New York, dua restoran di Brooklyn, dan dua istana di negaranya. Kekayaan dan ketenarannya sebagai pesepak bola, kemudian diolah dalam bentuk usaha oleh istrinya yang memang jago bisnis.
“Semua itu berkat istri saya. Dia wanita yang hebat, menarik, penuh ambisi dan pintar,” tambah pemain yang diisukan akan pindah menjadi warga negara Prancis ini. Yang menarik, Weah mengaku inspirator dan guru terbaik dalam kariernya adalah Roger Milla, bintang Kamerun yang sekarang sedang merumput di Liga Indonesia! “Saya ingin bermain sampai melebihi usia Milla yang sekarang,” ujarnya lagi dengan nada optimis.
Henrik Larsson (Feyenoord, Piala Winner)
Kalem bikin hanyut. Emosinya terbilang rendah, barangkali mirip-mirip striker legendaris Inggris Gary Lineker. Walhasil, penampilan dia selalu terkontrol dan stabil. Namun jangan salah, sebab itu bisa menipu.
Di kala bek lawan tertegun dengan keantengannya, saat itulah keluar aksi sesungguhnya. Lebih-lebih bila dia sudah berada di kotak penalti. Larsson bak macan liar dan galak. “Menjaga emosi adalah hal terberat yang pernah dilakukan seseorang, apalagi bagi pesepak bola,” ujarnya setengah berfalsafah.
Jadi tak salah jika Wim van Hanegem, pelatih Feyenoord, selalu menempatkan Larsson sebagai prioritas di timnya sekaligus harus menomor-duakan penyerang lokal yang terbilang paten, Gaston Taument. Di Belanda, Larsson disapa dengan ‘Henke’ serta menjadi pujaan seantero kota Rotterdam.
Gaya Henke yang beringas di sekitaran gawang lawan memang kontras dengan sifatnya yang kalem dan introvert. Pelatih nasional Swedia, Tommy Svensson, termasuk yang menyukainya. “Anak itu memang punya bakat istimewa. Tenang, kontrol bola yang prima dan instingnya tajam bila sudah masuk kotak penalti,” kata Svensson.
Sebelum hijrah ke kompetisi Eredivisie, penyerang yang diberojolkan ibunya pada 20 September 1971 bermain di Helsingborg, anggota divisi utama Swedia. Bakatnya yang bersinar membuat Feyenoord kesengsem dan segera mengontraknya pada awal 1993. Larsson merupakan satu-satunya pemain di Piala Winner musim ini yang selalu mencetak gol di setiap pertandingan. Terakhir, ia melukai gawang Real Zaragoza di putaran pertama perempatfinal, dengan golnya di menit 64.
Ulf Kirsten (Bayer Leverkusen, Piala UEFA)
Dari timur ke barat. Dia bomber andalan. Dragoslav Stepanovic sangat memujinya. “Beruntung kami memiliki dia. Ulf pemain brilyan yang dapat mengangkat moral tim,” kata pelatih asal Yugoslavia yang kecanduan rokok tersebut.
Ngotot, pantang menyerah, dan selalu berani ambil risiko merupakan ciri khas penyerang yang sejatinya berasal dari Jerman Timur. Di Bundesliga dia hanya kalah sebiji gol dari top skorer Eintracht Frankfurt asal Ghana, Anthony Yeboah.
Sebelum menyeberang ke Barat, Kirsten besar di Dynamo Dresden, salah satu klub terkuat di Jerman Timur sebelum runtuhnya Tembok Berlin, Oktobr 1990. Setelah terjadi unifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur ke dalam Jerman bersatu, dia mengikuti kiprah beberapa rekannya seperti Andreas Thom, Matthias Sammer atau Thomas Doll, merumput di Bundesliga.
Leverkusen tak mau menyia-nyiakan bakat pemain bertipe ‘pendekar’ (pendek tapi kekar) yang dilahirkan ibunya pada 4 Desember 1965. Tinggi jagoan bobol gawang lawan tim nasional Jerman Timur ini ‘hanya’ 172 cm, yang cukup pendek untuk ukuran Eropa. “Wind of Change mempengaruhi jalan sukses saya,” kata salah satu pria istimewa di Jerman karena bermain di dua tim nasional itu dengan jujur.
Kirsten jujur mengakui kehidupannya membaik setelah terjadi penyatuan Jerman. “Hanya sepak bola kemampuan yang saya miliki. Saya tak mau mengubahnya di saat usia beranjak dewasa,” katanya lagi. Dalam laga pertama perempatfinal Piala UEFA, Kirsten menghadiahi dua gol untuk Leverkusen mencatatkan kemenangan berkesan 5-1 atas wakil Prancis, Nantes. Atas pencapaian ini, mata tajam Bertie Vogts pasti tak luput untuk semakin melanggengkan Kirsten di skuad nasional Jerman yang telah dibelanya sejak 1993.
(foto: top10list.cz/b-12.by/agenda.ge)
George Weah (Paris Saint-Germain, Piala Champion)
Roger Milla adalah gurunya. Lelaki sangat berotot ini merupakan momok yang menakutkan bagi siapa saja yang merasa bertugas sebagai pemain belakang. Saat laga pertama di Paris lawan Paris SG, Barcelona terlalu menganggap enteng striker yang sebenarnya amat mematikan ini.
Kesalahan dimulai dengan instruksi Johan Cruijff yang meminta pemainnya lebih memperhatikan, atau mematikan sepak terjang bahkan pergerakan Candido Valdo ketimbang Weah. Akibatnya setelah George Weah mendapat lalu menguasai bola, tidak satu pun pemain Barca yang dapat menghentikannya kecuali harus dengan, maaf, klub sehebat Barca yang dilatih Cruijff Sang Legenda pun harus menabrak sportivitas.
Itulah yang dilakukan Ronald Koeman, yang rela diganjar kartu kuning hanya untuk menarik lengan Weah yang sedang memburu gawang Carlos Busquets. Potongannya yang tinggi besar, cepat, gesit, ditambah kemampuan olah bola yang prima, Weah juga pandai mencari tempat potensial untuk mengaduk-aduk pertahanan lawan yang membuat pelatih mereka menahan nafas.
Lebih menakutkan lagi adalah naluri dan aksinya dalam mencetak gol yang terbilang kelas satu. Jika punya peluang emas, kemungkinan suksesnya mencapai 99 persen. Maka tak salah jika Silvio Berlusconi mengikuti saran Fabio Capello untuk merekrutnya ke AC Milan pada bursa transfer musim depan. Saat ini Rossoneri tengah melakukan negosiasi dengan Paris Saint-Germain.
“Saya selalu bermain lepas, karena saya yakin Tuhan akan selalu melindungi. Saya yakin bisa bermain dalam level apa pun, di negara mana pun sebab saya punya ambisi dan alasan yang tepat,” ujar Weah, pemain terbaik Afrika 1994.
Di Liberia ia dianggap raja dan termasuk salah satu manusia terkaya di negeri pantai barat benua hitam tersebut. Bentuk aset kekayaan Weah antara lain memiliki tiga apartemen di New York, dua restoran di Brooklyn, dan dua istana di negaranya. Kekayaan dan ketenarannya sebagai pesepak bola, kemudian diolah dalam bentuk usaha oleh istrinya yang memang jago bisnis.
“Semua itu berkat istri saya. Dia wanita yang hebat, menarik, penuh ambisi dan pintar,” tambah pemain yang diisukan akan pindah menjadi warga negara Prancis ini. Yang menarik, Weah mengaku inspirator dan guru terbaik dalam kariernya adalah Roger Milla, bintang Kamerun yang sekarang sedang merumput di Liga Indonesia! “Saya ingin bermain sampai melebihi usia Milla yang sekarang,” ujarnya lagi dengan nada optimis.
Henrik Larsson (Feyenoord, Piala Winner)
Kalem bikin hanyut. Emosinya terbilang rendah, barangkali mirip-mirip striker legendaris Inggris Gary Lineker. Walhasil, penampilan dia selalu terkontrol dan stabil. Namun jangan salah, sebab itu bisa menipu.
Di kala bek lawan tertegun dengan keantengannya, saat itulah keluar aksi sesungguhnya. Lebih-lebih bila dia sudah berada di kotak penalti. Larsson bak macan liar dan galak. “Menjaga emosi adalah hal terberat yang pernah dilakukan seseorang, apalagi bagi pesepak bola,” ujarnya setengah berfalsafah.
Jadi tak salah jika Wim van Hanegem, pelatih Feyenoord, selalu menempatkan Larsson sebagai prioritas di timnya sekaligus harus menomor-duakan penyerang lokal yang terbilang paten, Gaston Taument. Di Belanda, Larsson disapa dengan ‘Henke’ serta menjadi pujaan seantero kota Rotterdam.
Gaya Henke yang beringas di sekitaran gawang lawan memang kontras dengan sifatnya yang kalem dan introvert. Pelatih nasional Swedia, Tommy Svensson, termasuk yang menyukainya. “Anak itu memang punya bakat istimewa. Tenang, kontrol bola yang prima dan instingnya tajam bila sudah masuk kotak penalti,” kata Svensson.
Sebelum hijrah ke kompetisi Eredivisie, penyerang yang diberojolkan ibunya pada 20 September 1971 bermain di Helsingborg, anggota divisi utama Swedia. Bakatnya yang bersinar membuat Feyenoord kesengsem dan segera mengontraknya pada awal 1993. Larsson merupakan satu-satunya pemain di Piala Winner musim ini yang selalu mencetak gol di setiap pertandingan. Terakhir, ia melukai gawang Real Zaragoza di putaran pertama perempatfinal, dengan golnya di menit 64.
Ulf Kirsten (Bayer Leverkusen, Piala UEFA)
Dari timur ke barat. Dia bomber andalan. Dragoslav Stepanovic sangat memujinya. “Beruntung kami memiliki dia. Ulf pemain brilyan yang dapat mengangkat moral tim,” kata pelatih asal Yugoslavia yang kecanduan rokok tersebut.
Ngotot, pantang menyerah, dan selalu berani ambil risiko merupakan ciri khas penyerang yang sejatinya berasal dari Jerman Timur. Di Bundesliga dia hanya kalah sebiji gol dari top skorer Eintracht Frankfurt asal Ghana, Anthony Yeboah.
Sebelum menyeberang ke Barat, Kirsten besar di Dynamo Dresden, salah satu klub terkuat di Jerman Timur sebelum runtuhnya Tembok Berlin, Oktobr 1990. Setelah terjadi unifikasi Jerman Barat dan Jerman Timur ke dalam Jerman bersatu, dia mengikuti kiprah beberapa rekannya seperti Andreas Thom, Matthias Sammer atau Thomas Doll, merumput di Bundesliga.
Leverkusen tak mau menyia-nyiakan bakat pemain bertipe ‘pendekar’ (pendek tapi kekar) yang dilahirkan ibunya pada 4 Desember 1965. Tinggi jagoan bobol gawang lawan tim nasional Jerman Timur ini ‘hanya’ 172 cm, yang cukup pendek untuk ukuran Eropa. “Wind of Change mempengaruhi jalan sukses saya,” kata salah satu pria istimewa di Jerman karena bermain di dua tim nasional itu dengan jujur.
Kirsten jujur mengakui kehidupannya membaik setelah terjadi penyatuan Jerman. “Hanya sepak bola kemampuan yang saya miliki. Saya tak mau mengubahnya di saat usia beranjak dewasa,” katanya lagi. Dalam laga pertama perempatfinal Piala UEFA, Kirsten menghadiahi dua gol untuk Leverkusen mencatatkan kemenangan berkesan 5-1 atas wakil Prancis, Nantes. Atas pencapaian ini, mata tajam Bertie Vogts pasti tak luput untuk semakin melanggengkan Kirsten di skuad nasional Jerman yang telah dibelanya sejak 1993.
(foto: top10list.cz/b-12.by/agenda.ge)