Pada akhir Januari lalu, penahanan SIM bintang top Genoa Tomas Skuhravy, oleh polisi telah berakhir. Ada apa? Begini. Pertengahan Januari, waktu itu Senin pukul 03.40 dinihari, striker dari Republik Czek itu kena razia sepulangnya dari pesta. Saat itu dia sedang bersama John Van’t Schip (Belanda) serta dua pemain asing lainnya asal Padova, Alexi Lalas (AS) dan Michael Kreek (Belanda).
Mobil yang dikendarai Skuhravy dihentikan patroli jalan raya. Alasannya, selain ngebut diduga ia menyetir ngaco sebab dalam kondisi teler. Karena dilihat-lihat mabuk dan ‘bau naga’ digiringlah mereka ke pos polisi.
Gawatnya, Skuhravy pakai ngotot dan protes! Wah. “Saya nggak mabuk. Saya memang minum anggur, tapi itu sedikit dan tidak sampai teler kok,” begitu dia berkilah di depan interogator yang hampir pasti bukan tifosi Genoa ini. Namun tetap saja ia ditilang. Polisi membujuk secara baik-baik agar Skuhravy mengakui kesalahannya sembari memberikan surat tilang setelah menahan SIM-nya.
Singkat kata, penyerang tim nasional Czek yang gondrong serta tinggi besar itu rupanya salah mengerti karena menganggap penilangannya bukan karena perkara menyetir mobil sambil teler. Merasa nama besarnya sebagai sebagai salah satu pesepak bola top di Eropa tetap aman, dia pun ngeloyor pergi.
Namun akhirnya Skuhravy tahu, ia telah dikelabui polisi. Ketika ditanyakan oleh para wartawan setelah mengambil SIM-nya kembali, Skuhravy beralasan begini, “Saya menerima tilang itu karena tadinya polisi itu menulis dengan istilah yang saya tidak mengerti artinya. Saya pikir artinya bukan mabuk. Maka saya terima saja.”
Omong-omong, apa yang ditulis polisi? Si petugas, yang barangkali tifosi Sampdoria itu, menuliskan kata ebrezza. Sedang kata umum untuk mabuk yang dikenal Skuhravy adalah ubriaco. Padahal keduanya punya makna yang sama, yakni mabuk! Alamak…Ini pelajaran penting buat Skuhravy agar memperdalam lagi perbendaharaan kata-kata dalam bahasa Italia-nya untuk ‘modal’ ke depan. Di sisi lain cara, alasan serta siasat polisi saat itu benar dan patut dipuji, mana ada orang yang mabuk mengakui kalau dirinya mabuk ketika ditanya. Wong lagi teler. Iya nggak? Bravo pak polisi kalau begitu!
Bukan. Yang pasti dia ternyata takut cedera, setidaknya takut patah kaki! Bayangan betapa sadisnya sepak bola Italia telah membatu di hatinya, apalagi kini dilakoninya, benar-benar berpengaruh. Gejala lainnya adalah dia agaknya tidak percaya dengan sistem perwasitan di negeri pizza. Contohnya sudah ada.
Ketika klubnya menggelar laga melawan Novara (Serie C2), yang berakhir 2-0, Bergkamp menyatakan seusai babak pertama kepada wartawan bahwa ia tidak mau melanjutkan pertandingan lantaran lawannya itu bermain keras. Kemudian ia juga mengatakan bakalan tidak tampil dalam laga Serie A melawan Sampdoria dengan dalih tidak dalam kondisi fit.
Sepertinya ia menafikan dirinya yang disorot dunia sebagai salah satu calon bintang besar dan berharga mahal. Namun baru baru ini Bergkamp kena batunya. Apa karena ancaman? Tidak. Dipaksa? Sama sekali bukan. Yang pasti ia kena sindir! Bukan sembarang sindir, ini sindiran ala Italia.
Rupanya ia langsung ‘marah’ sekaligus risih oleh judul headline harian olah raga Corriere dello Sport Stadio yang ditulis besar-besaran: “Bergkamp Si Raja Kelinci!” Sebagai salah satu pemain top dunia harga dirinya terusik dengan judul yang meremehkan itu. Selain itu tentu saja dia merasa malu hati dan sadar akan sikapnya selama ini.
Mamma mia, sindiran ala Italia ternyata memang maut karena sanggup melunakan kekerasan hati orang seperti Bergkamp. Tapi, tahukah Anda arti sindiran itu? Buat orang Italia, hewan yang namanya kelinci, secara figuratif melambangkan orang yang pengecut, tidak punya nyali. Nah, kena rupanya!
(foto: it.wiki/zmnapoli)
Mobil yang dikendarai Skuhravy dihentikan patroli jalan raya. Alasannya, selain ngebut diduga ia menyetir ngaco sebab dalam kondisi teler. Karena dilihat-lihat mabuk dan ‘bau naga’ digiringlah mereka ke pos polisi.
Gawatnya, Skuhravy pakai ngotot dan protes! Wah. “Saya nggak mabuk. Saya memang minum anggur, tapi itu sedikit dan tidak sampai teler kok,” begitu dia berkilah di depan interogator yang hampir pasti bukan tifosi Genoa ini. Namun tetap saja ia ditilang. Polisi membujuk secara baik-baik agar Skuhravy mengakui kesalahannya sembari memberikan surat tilang setelah menahan SIM-nya.
Singkat kata, penyerang tim nasional Czek yang gondrong serta tinggi besar itu rupanya salah mengerti karena menganggap penilangannya bukan karena perkara menyetir mobil sambil teler. Merasa nama besarnya sebagai sebagai salah satu pesepak bola top di Eropa tetap aman, dia pun ngeloyor pergi.
Namun akhirnya Skuhravy tahu, ia telah dikelabui polisi. Ketika ditanyakan oleh para wartawan setelah mengambil SIM-nya kembali, Skuhravy beralasan begini, “Saya menerima tilang itu karena tadinya polisi itu menulis dengan istilah yang saya tidak mengerti artinya. Saya pikir artinya bukan mabuk. Maka saya terima saja.”
Omong-omong, apa yang ditulis polisi? Si petugas, yang barangkali tifosi Sampdoria itu, menuliskan kata ebrezza. Sedang kata umum untuk mabuk yang dikenal Skuhravy adalah ubriaco. Padahal keduanya punya makna yang sama, yakni mabuk! Alamak…Ini pelajaran penting buat Skuhravy agar memperdalam lagi perbendaharaan kata-kata dalam bahasa Italia-nya untuk ‘modal’ ke depan. Di sisi lain cara, alasan serta siasat polisi saat itu benar dan patut dipuji, mana ada orang yang mabuk mengakui kalau dirinya mabuk ketika ditanya. Wong lagi teler. Iya nggak? Bravo pak polisi kalau begitu!
Sindiran Ala Italia
Melempemnya Dennis Bergkamp di Inter banyak dinilai oleh pengamat bukan karena cedera atau tidak berada dalam kondisi prima. Akan tetapi akibat tidak pernah bermain sungguh-sungguh alias setengah hati. Tidak cocokkah dia di Inter?Bukan. Yang pasti dia ternyata takut cedera, setidaknya takut patah kaki! Bayangan betapa sadisnya sepak bola Italia telah membatu di hatinya, apalagi kini dilakoninya, benar-benar berpengaruh. Gejala lainnya adalah dia agaknya tidak percaya dengan sistem perwasitan di negeri pizza. Contohnya sudah ada.
Ketika klubnya menggelar laga melawan Novara (Serie C2), yang berakhir 2-0, Bergkamp menyatakan seusai babak pertama kepada wartawan bahwa ia tidak mau melanjutkan pertandingan lantaran lawannya itu bermain keras. Kemudian ia juga mengatakan bakalan tidak tampil dalam laga Serie A melawan Sampdoria dengan dalih tidak dalam kondisi fit.
Sepertinya ia menafikan dirinya yang disorot dunia sebagai salah satu calon bintang besar dan berharga mahal. Namun baru baru ini Bergkamp kena batunya. Apa karena ancaman? Tidak. Dipaksa? Sama sekali bukan. Yang pasti ia kena sindir! Bukan sembarang sindir, ini sindiran ala Italia.
Rupanya ia langsung ‘marah’ sekaligus risih oleh judul headline harian olah raga Corriere dello Sport Stadio yang ditulis besar-besaran: “Bergkamp Si Raja Kelinci!” Sebagai salah satu pemain top dunia harga dirinya terusik dengan judul yang meremehkan itu. Selain itu tentu saja dia merasa malu hati dan sadar akan sikapnya selama ini.
Mamma mia, sindiran ala Italia ternyata memang maut karena sanggup melunakan kekerasan hati orang seperti Bergkamp. Tapi, tahukah Anda arti sindiran itu? Buat orang Italia, hewan yang namanya kelinci, secara figuratif melambangkan orang yang pengecut, tidak punya nyali. Nah, kena rupanya!
(foto: it.wiki/zmnapoli)