Kerutan di wajah Kenny Dalglish tampaknya akan bertambah pada pekan-pekan mendatang. Jelas ia sedang banyak pikiran. Ia kembali menanggung beban melihat posisi Blackburn semakin diusik oleh di juara bertahan Manchester United.
Tentunya Dalglish belum lupa dengan kejadian tahun lalu. Pada saat-saat akhir, justru timnya kalah bersaing dengan United. Hal ini harus dijadikan pengalaman, karena agaknya bakal terulang lagi. Siap-siaplah Dalglish! Mampukah Dalglish menciptakan sejarah dengan membawa Blackburn menjuarai Premier League yang pertama sejak 80 tahun lalu?
Lupakan kejadian Ahad lalu ketika mereka dilibas Tottenham Hotspur 1-3 di White Hart Lane. Lupakan pula kejadian sebelum itu, di mana penjaga gawang utama mereka, Tim Flowers, diusir wasit karena dianggap menerjang striker Leeds United, Brian Deane, pada laga kisruh di Ewood Park, pekan lalu yang berakhir 1-1.
Singkirkan pula perasaan kecewa saat mereka ‘dikerjai’ wasit Paul Durkin, sehingga kalah 0-1 pada pertandingan melawan Manchester United di Old Trafford, 22 Januari kemarin. Partai yang disebut-sebut sebagai “Pertandingan Rp 160 milyar”, mengingat mahalnya komposisi bintang di kedua tim, itu memang ketat dan mencekam.
Saat itu Dalglish mencak-mencak setelah gol balasan buatan Tim Sherwood dianulir Durkin yang menganggap Alan Shearer melakukan pelanggaran duluan sebelum mengumpan ke Sherwood. “Kejadian ini sangat memalukan! Seperti tiga musim terakhir, menjadi juara Premier League itu akan ditentukan oleh wasit!“ jerit Dalglish yang jelas-jelas menampar barisan pengadil baju hitam.
The Rovers masih menyisakan 15 pertandingan, 8 diantaranya akan dimainkan di kandang mereka, Ewood Park. Namun dari sisa laganya, Blackburn akan menemui rintangan berat di empat laga away mereka; vs Arsenal (7/3), vs Leeds United (15/4), vs Newcastle United (6/5), dan partai final mereka melawan Liverpool (13/5) di Anfield.
Kendala Terbesar
Sanggupkah mereka mengatasinya? Entahlah, namun yang pasti nasib mereka lumayan karena beruntung sudah bisa menurunkan the winning team-nya secara paripurna. Graeme Le Saux (bek kiri) dan Tim Flowers (kiper) siap turun ke lapangan menghadapi mereka setelah pulih dari cederanya masing-masing.
Bagaimana sebenarnya peluang Blackburn menjuarai Premier League musim ini? Mereka mesti memahami posisi Manchester United yang lebih dijagokan, menjadi favorit masyarakat hingga bursa taruhan. Namun gaya Dalglish adalah urusan lain. Dia selalu yakin nasib baik akan berpihak kepadanya, kepada timnya. “Keunggulan daya juang kami membuat kami tidak pernah gentar meladeni siapapun,” sergah Dalglish setengah beretorika.
Satu-satunya yang diwaspadai, bahkan yang paling dianggap kendala terbesar menggagalkan timnya mengukir sejarah baru adalah wasit. “Ya, kami sangat takut dengan keputusan mereka di lapangan,” akunya kali ini dengan nada pesimistis.
Walau masih tertinggal dalam pengumpulan angka, peluang United masih sangat terbuka. Pekan lalu pasukan Alex Ferguson mempecundangi tuan rumah Aston Villa lewat gol emas Andy Cole. Sama dengan pesaing utamanya, kiprah United ke depan juga ditentukan 15 laga.
Tanpa Eric ‘The King’ Cantona yang harus absen hingga akhir musim akibat kasus penganiayaan penonton di Selhurst Park, tampaknya masa depan United terancam. Terjadi peralihan kekuasaan di dalam tim sebab mandat komando sang raja akan dipindahkan sementara kepada Paul ‘The Governor’ Ince, gelandang bertahan sekaligus breaker andalan United.
Uniknya, sama seperti Blackburn, ada empat laga juga yang diprediksi banyak pihak, termasuk mereka sendiri, yang rentan dengan duka lara. Pertama saat menjamu Arsenal, Sabtu (18/2) depan. Berikutnya Tottenham Hotspur (11/3), yang disusul oleh laga klasik melawan Liverpool (18/3) di Anfield. Bentrok melawan Leeds United (1/4) juga jadi titik perhatian Red Devils karena secara tradisional mereka adalah musuh bebuyutan.
Faktor Cantona
Akankah Alex Ferguson memetik sukses dengan mengantarkan United merebut juara liga tiga kali berturut-turut? Terus terang, tanpa Cantona, gebyar dan kekuatan mereka akan berkurang. Seperti diketahui, sejauh ini Cantona telah berubah wujud menjadi ‘pembawa hoki’ bahkan ‘syarat utama’ sebuah klub yang ingin menjadi kampiun Premier League.
Anda boleh tidak percaya, namun faktanya ada. Bukan kebetulan, karena tidak terjadi sekali tetapi tiga kali! Siapa orangnya sangat jelas, ya Eric Cantona itu! Setelah menganggur jadi juara Inggris selama 26 tahun, terakhir pada 1966/67, tanpa diduga United sanggup memecah mental blok dan melepas belenggunya dengan merebut titel di musim 1992/93, gelar pertama Liga Inggris sejak berganti nama menjadi Premier League di musim itu.
Tahukah Anda penyebabnya? Ferguson? Bukan, bahkan orang ini juga kena ciprat keberkahan seperti halnya United. Menangani Red Devils sejak musim 1986/87, baru di tahun ketujuhnya Ferguson mencicipi titel pertama Liga Inggris-nya walau harus berganti nama dulu menjadi Premier League di musim 1992/93.
Di musim berikutnya, 1993/94, mereka kembali mengulanginya dengan mempertahankan titel di mana Cantona masih berada di dalamnya. Wait! Kita harus tepuk tangan buat Cantona, yang pantas disebut sebagai dewa penolong. Sebelumnya dia juga bertuah bagi Leeds United, ketika mengantarkan The Whites menjuarai Liga Inggris 1991/92 di musim pertamanya sejak pindah dari Nimes!
Seolah tahu punya potensi magis, bulan madunya di Leeds tiba-tiba kolaps karena secara konyol Ferguson mengidamkannya! Lebih konyol lagi, petinggi Leeds setuju menjual aset termahal dan teruniknya itu! Sisa cerita berikutnya adalah sejarah dan sejarah. Bukannya klenik, barangkali dari lintasan kisah di atas barusan Dalglish punya intuisi, punya firasat, sehingga begitu yakin akan peluang timnya, sebab he’s not there anymore!
Sementara itu, persaingan di papan atas lainnya cukup sengit. Liverpool, Newcastle, dan Nottingham Forest saling rebut posisi ketiga. Mereka dibayangi oleh Tottenham. Liverpool tampaknya akan bertahan, memanfaatkan redupnya Newcastle dan labilnya Forest, dan tentunya tereduksinya nilai Tottenham. Kita tunggu saja.
(foto: dailymail/thecolly.co.uk)
Tentunya Dalglish belum lupa dengan kejadian tahun lalu. Pada saat-saat akhir, justru timnya kalah bersaing dengan United. Hal ini harus dijadikan pengalaman, karena agaknya bakal terulang lagi. Siap-siaplah Dalglish! Mampukah Dalglish menciptakan sejarah dengan membawa Blackburn menjuarai Premier League yang pertama sejak 80 tahun lalu?
Lupakan kejadian Ahad lalu ketika mereka dilibas Tottenham Hotspur 1-3 di White Hart Lane. Lupakan pula kejadian sebelum itu, di mana penjaga gawang utama mereka, Tim Flowers, diusir wasit karena dianggap menerjang striker Leeds United, Brian Deane, pada laga kisruh di Ewood Park, pekan lalu yang berakhir 1-1.
Singkirkan pula perasaan kecewa saat mereka ‘dikerjai’ wasit Paul Durkin, sehingga kalah 0-1 pada pertandingan melawan Manchester United di Old Trafford, 22 Januari kemarin. Partai yang disebut-sebut sebagai “Pertandingan Rp 160 milyar”, mengingat mahalnya komposisi bintang di kedua tim, itu memang ketat dan mencekam.
Saat itu Dalglish mencak-mencak setelah gol balasan buatan Tim Sherwood dianulir Durkin yang menganggap Alan Shearer melakukan pelanggaran duluan sebelum mengumpan ke Sherwood. “Kejadian ini sangat memalukan! Seperti tiga musim terakhir, menjadi juara Premier League itu akan ditentukan oleh wasit!“ jerit Dalglish yang jelas-jelas menampar barisan pengadil baju hitam.
The Rovers masih menyisakan 15 pertandingan, 8 diantaranya akan dimainkan di kandang mereka, Ewood Park. Namun dari sisa laganya, Blackburn akan menemui rintangan berat di empat laga away mereka; vs Arsenal (7/3), vs Leeds United (15/4), vs Newcastle United (6/5), dan partai final mereka melawan Liverpool (13/5) di Anfield.
Kendala Terbesar
Sanggupkah mereka mengatasinya? Entahlah, namun yang pasti nasib mereka lumayan karena beruntung sudah bisa menurunkan the winning team-nya secara paripurna. Graeme Le Saux (bek kiri) dan Tim Flowers (kiper) siap turun ke lapangan menghadapi mereka setelah pulih dari cederanya masing-masing.
Satu-satunya yang diwaspadai, bahkan yang paling dianggap kendala terbesar menggagalkan timnya mengukir sejarah baru adalah wasit. “Ya, kami sangat takut dengan keputusan mereka di lapangan,” akunya kali ini dengan nada pesimistis.
Walau masih tertinggal dalam pengumpulan angka, peluang United masih sangat terbuka. Pekan lalu pasukan Alex Ferguson mempecundangi tuan rumah Aston Villa lewat gol emas Andy Cole. Sama dengan pesaing utamanya, kiprah United ke depan juga ditentukan 15 laga.
Tanpa Eric ‘The King’ Cantona yang harus absen hingga akhir musim akibat kasus penganiayaan penonton di Selhurst Park, tampaknya masa depan United terancam. Terjadi peralihan kekuasaan di dalam tim sebab mandat komando sang raja akan dipindahkan sementara kepada Paul ‘The Governor’ Ince, gelandang bertahan sekaligus breaker andalan United.
Uniknya, sama seperti Blackburn, ada empat laga juga yang diprediksi banyak pihak, termasuk mereka sendiri, yang rentan dengan duka lara. Pertama saat menjamu Arsenal, Sabtu (18/2) depan. Berikutnya Tottenham Hotspur (11/3), yang disusul oleh laga klasik melawan Liverpool (18/3) di Anfield. Bentrok melawan Leeds United (1/4) juga jadi titik perhatian Red Devils karena secara tradisional mereka adalah musuh bebuyutan.
Faktor Cantona
Akankah Alex Ferguson memetik sukses dengan mengantarkan United merebut juara liga tiga kali berturut-turut? Terus terang, tanpa Cantona, gebyar dan kekuatan mereka akan berkurang. Seperti diketahui, sejauh ini Cantona telah berubah wujud menjadi ‘pembawa hoki’ bahkan ‘syarat utama’ sebuah klub yang ingin menjadi kampiun Premier League.
Anda boleh tidak percaya, namun faktanya ada. Bukan kebetulan, karena tidak terjadi sekali tetapi tiga kali! Siapa orangnya sangat jelas, ya Eric Cantona itu! Setelah menganggur jadi juara Inggris selama 26 tahun, terakhir pada 1966/67, tanpa diduga United sanggup memecah mental blok dan melepas belenggunya dengan merebut titel di musim 1992/93, gelar pertama Liga Inggris sejak berganti nama menjadi Premier League di musim itu.
Tahukah Anda penyebabnya? Ferguson? Bukan, bahkan orang ini juga kena ciprat keberkahan seperti halnya United. Menangani Red Devils sejak musim 1986/87, baru di tahun ketujuhnya Ferguson mencicipi titel pertama Liga Inggris-nya walau harus berganti nama dulu menjadi Premier League di musim 1992/93.
Di musim berikutnya, 1993/94, mereka kembali mengulanginya dengan mempertahankan titel di mana Cantona masih berada di dalamnya. Wait! Kita harus tepuk tangan buat Cantona, yang pantas disebut sebagai dewa penolong. Sebelumnya dia juga bertuah bagi Leeds United, ketika mengantarkan The Whites menjuarai Liga Inggris 1991/92 di musim pertamanya sejak pindah dari Nimes!
Seolah tahu punya potensi magis, bulan madunya di Leeds tiba-tiba kolaps karena secara konyol Ferguson mengidamkannya! Lebih konyol lagi, petinggi Leeds setuju menjual aset termahal dan teruniknya itu! Sisa cerita berikutnya adalah sejarah dan sejarah. Bukannya klenik, barangkali dari lintasan kisah di atas barusan Dalglish punya intuisi, punya firasat, sehingga begitu yakin akan peluang timnya, sebab he’s not there anymore!
Sementara itu, persaingan di papan atas lainnya cukup sengit. Liverpool, Newcastle, dan Nottingham Forest saling rebut posisi ketiga. Mereka dibayangi oleh Tottenham. Liverpool tampaknya akan bertahan, memanfaatkan redupnya Newcastle dan labilnya Forest, dan tentunya tereduksinya nilai Tottenham. Kita tunggu saja.
(foto: dailymail/thecolly.co.uk)