Masih ingat mantan pemain Juventus dan Roma yang juga pesepak bola top Polandia ini? Tentu. Dia gampang diingat karena keikutsertaannya di Piala Dunia selama tiga kali. Namun pada 1982 di Spanyol yang paling berkesan. Zbigniew ‘Zibi’ Boniek mencetak empat gol dalam satu pertandingan, yakni ketika Polandia menghantam Peru 5-1. Saat menang lawan Belgia 3-0, dia juga menciptakan hattrick. Kenangan itu menjadi lengkap sebab Polandia ‘sukses’ meraih tempat ketiga.
Kabar terakhir dari Zibi Boniek adalah ditawari menjadi pelatih nasional Polandia. Reaksinya? Dia menyatakan ok asal PZPN (PSSI Polandia) percaya sepenuhnya. Zibi memang berpengalaman melatih di Italia, tapi maaf, semua klub yang ditanganinya berstatus gurem.
Pertama pernah melatih Lecce di Serie A, lalu Bari di Serie B, dan Sambenedettese di Serie C. Semuanya menghasilkan pengalaman buruk sebab gagal total hasilnya. Maka melihat kegagalannya itu banyak orang yang geleng-geleng kepala, dan tawaran dari PZPN dianggap sebagai rekomendasi berlebihan. Setelah lulus dari kursus kepelatihan, Zibi langsung menangani Lecce di Serie A. Padahal ini jarang terjadi di Serie A sebab dianggap melanggar aturan.
Usut punya usut, orang jadi penasaran dan mulai mencari-cari jawaban. Isu pun bermunculan. Siapa sebenarnya yang memberi rekomendasi Boniek untuk melatih tim nasional Polandia? Ssst, cukup mencengangkan ternyata. Kabarnya sih titah dari Vatikan langsung! Siapa? Siapa lagi kalau bukan dari Paus Paulus II alias Karol Jozef Wojtyla, yang memang orang Polandia. Waduh, repot dong.
Alkisah De Napoli yang terbiasa dengan keramaian Tahun Baru merasa tidak betah dengan keheningan di Milano. Dia ketika itu sedang berada di sebuah restoran dengan teman-teman dekat serta keluarganya. Memang sih yang dilakukan oleh si gelandang tengah yang dianggap pengkhianat oleh suporter Napoli ini terbilang gawat. Dia memecahkan gelas. Eh ternyata ‘pancingan’ itu tetap tidak mendapat gubrisan.
Tapi seseorang yang berada dekat dengannya tentu saja kaget. Dalam sekejap giliran De Napoli yang kaget lantaran orang itu langsung mengatainya “Terrone!” Apa arti Terrone? Ini adalah kata yang mengandung penghinaan buat orang-orang Selatan yang begitu dipandang rendah oleh orang-orang Utara. Lain lubuk memang lain ikannya, kata pepatah. Mengalami hal seperti ini barangkali De Napoli sangat menyesal pindah meninggalkan ‘tanah tumpah darahnya’ yaitu Napoli.
(foto: autografyrodgersa.blogspot/it.wiki/zainalmuttaqien)
Kabar terakhir dari Zibi Boniek adalah ditawari menjadi pelatih nasional Polandia. Reaksinya? Dia menyatakan ok asal PZPN (PSSI Polandia) percaya sepenuhnya. Zibi memang berpengalaman melatih di Italia, tapi maaf, semua klub yang ditanganinya berstatus gurem.
Pertama pernah melatih Lecce di Serie A, lalu Bari di Serie B, dan Sambenedettese di Serie C. Semuanya menghasilkan pengalaman buruk sebab gagal total hasilnya. Maka melihat kegagalannya itu banyak orang yang geleng-geleng kepala, dan tawaran dari PZPN dianggap sebagai rekomendasi berlebihan. Setelah lulus dari kursus kepelatihan, Zibi langsung menangani Lecce di Serie A. Padahal ini jarang terjadi di Serie A sebab dianggap melanggar aturan.
Usut punya usut, orang jadi penasaran dan mulai mencari-cari jawaban. Isu pun bermunculan. Siapa sebenarnya yang memberi rekomendasi Boniek untuk melatih tim nasional Polandia? Ssst, cukup mencengangkan ternyata. Kabarnya sih titah dari Vatikan langsung! Siapa? Siapa lagi kalau bukan dari Paus Paulus II alias Karol Jozef Wojtyla, yang memang orang Polandia. Waduh, repot dong.
Capodanno dan Fernando De Napoli
Tradisi menyambut Tahun Baru di Italia ternyata berbeda antara di wilayah selatan dan wilayah utara. Pengalaman ini dirasakan oleh Fernando De Napoli, mantan pemain Napoli yang kini terdaftar sebagai pemain AC Milan. Kebiasaan menyambut Capodanno, tahun baru, dirayakan dengan segala keriuhan terutama dengan ‘perang petasan’. Sedang di Italia Utara, seperti di rumah De Napoli di Milano, Capodanno tidak disambut seperti itu, malah terkesan tanpa keramaian berarti.Alkisah De Napoli yang terbiasa dengan keramaian Tahun Baru merasa tidak betah dengan keheningan di Milano. Dia ketika itu sedang berada di sebuah restoran dengan teman-teman dekat serta keluarganya. Memang sih yang dilakukan oleh si gelandang tengah yang dianggap pengkhianat oleh suporter Napoli ini terbilang gawat. Dia memecahkan gelas. Eh ternyata ‘pancingan’ itu tetap tidak mendapat gubrisan.
Tapi seseorang yang berada dekat dengannya tentu saja kaget. Dalam sekejap giliran De Napoli yang kaget lantaran orang itu langsung mengatainya “Terrone!” Apa arti Terrone? Ini adalah kata yang mengandung penghinaan buat orang-orang Selatan yang begitu dipandang rendah oleh orang-orang Utara. Lain lubuk memang lain ikannya, kata pepatah. Mengalami hal seperti ini barangkali De Napoli sangat menyesal pindah meninggalkan ‘tanah tumpah darahnya’ yaitu Napoli.
(foto: autografyrodgersa.blogspot/it.wiki/zainalmuttaqien)