Memasuki paruh waktu, kompetisi Serie A semakin panas. Pekan lalu merupakan putaran yang penuh dengan kejadian kontroversial, antara lain banyaknya pemain yang diusir wasir akibat terkena espulsi, kartu merah. Namun di sisi lain, justru yang paling produktif. Bertebarannya kartu merah ternyata dibarengi oleh jumlah gol yang fantastis, 31 gol, yang sudah termasuk laga tunda Milan vs Reggiana, Rabu kemarin.
Dari rata-rata gol yang mencapai 3,4 gol – 13 gol telah dilesakkan oleh para stranieri, pemain asing. Diantara mereka, dua paling mantap punya adalah Alen Boksic dan Dejan Savicevic, benar-benar kebetulan mengingat keduanya orang-orang dari Eropa Timur, lebih tepatnya lagi dari Tanah Balkan. Nah jika lebih hebat mana Boksic dan Savicevic? Jawabannya jelas setelah melihat sepak terjang mereka. Boksic mencetak tripletta alias hattrick ke gawang Foggia saat Lazio menang besar 7-1.
Lalu Savicevic? Sederhana saja. Walau Milan ‘cuma’ menang 5-3 atas tuan rumah Bari, namun dia membuat empat gol! Jadilah dia bintang pekan ini. Ketagihan bikin gol Savicevic ternyata belum kelar sebab selang tiga hari, giliran gawang Reggiana dijebolnya pada menit-menit akhir untuk memenangkan Rossoneri 2-1 di San Siro. Kini gelandang serang ber-KTP Yugoslavia itu telah membukukan total enam gol, satu pencapaian lumayan buat pemain yang telat panas di awal musim ini.
Ketika ditanya jurnalista perihal ketagihan mendadak bikin gol, pria kelahiran 16 September 1966 itu mengaku dia telah menemukan semangatnya lagi setelah dilanda kejenuhan. Waduh! Selanjutnya dia mengungkapkan kenapa dirinya diserang kejenuhan. Rupanya cedera yang diderita cukup lama membuat spirit bermainnya karam. Namun sekarang hal itu menjadi berkah.
Pelatih Fabio Capello pun ikut senang. Saking dianggap amat berharga, sebelumnya Capello tidak mau mengutak-atik atau berjudi untuk memainkan Savicevic jika belum 100 persen. Buat Milan dan Capello, sepeninggal Ruud Gullit ke Sampdoria, siapa lagi kalau bukan Savicevic – pemain yang berharga 12 juta pound sebagai sumber daya dobrak Milan.
Kejelian Capello patut dipuji. Pada dua laga terakhir, dia menaruh Savicevic di belakang striker Daniele Massaro. Tugas khusus ini amat disukai Savicevic sebab dia memang merasa punya kapabilitas utuk menjadi bomber. Posisinya itu tak tergantikan walau Massaro kemudian diganti oleh Marco Simone.
“Sekarang kami tidak bisa dianggap remeh lagi, lihat saja nanti,” kata Capello tanpa bermaksud jumawa kecuali untuk menangkis segala kritikan pers melihat start Milan yang dianggap buruk. Pantaslah buat klub yang telah mencapai segalanya di musim-musim sebelumnya. Apalagi yang didapat setelah mencapai sukses besar? Namun hati kecil Capello tentu tahu, harapannya muncul lagi melihat Savicevic telah kembali.
(foto: twitter)
Dari rata-rata gol yang mencapai 3,4 gol – 13 gol telah dilesakkan oleh para stranieri, pemain asing. Diantara mereka, dua paling mantap punya adalah Alen Boksic dan Dejan Savicevic, benar-benar kebetulan mengingat keduanya orang-orang dari Eropa Timur, lebih tepatnya lagi dari Tanah Balkan. Nah jika lebih hebat mana Boksic dan Savicevic? Jawabannya jelas setelah melihat sepak terjang mereka. Boksic mencetak tripletta alias hattrick ke gawang Foggia saat Lazio menang besar 7-1.
Lalu Savicevic? Sederhana saja. Walau Milan ‘cuma’ menang 5-3 atas tuan rumah Bari, namun dia membuat empat gol! Jadilah dia bintang pekan ini. Ketagihan bikin gol Savicevic ternyata belum kelar sebab selang tiga hari, giliran gawang Reggiana dijebolnya pada menit-menit akhir untuk memenangkan Rossoneri 2-1 di San Siro. Kini gelandang serang ber-KTP Yugoslavia itu telah membukukan total enam gol, satu pencapaian lumayan buat pemain yang telat panas di awal musim ini.
Ketika ditanya jurnalista perihal ketagihan mendadak bikin gol, pria kelahiran 16 September 1966 itu mengaku dia telah menemukan semangatnya lagi setelah dilanda kejenuhan. Waduh! Selanjutnya dia mengungkapkan kenapa dirinya diserang kejenuhan. Rupanya cedera yang diderita cukup lama membuat spirit bermainnya karam. Namun sekarang hal itu menjadi berkah.
Pelatih Fabio Capello pun ikut senang. Saking dianggap amat berharga, sebelumnya Capello tidak mau mengutak-atik atau berjudi untuk memainkan Savicevic jika belum 100 persen. Buat Milan dan Capello, sepeninggal Ruud Gullit ke Sampdoria, siapa lagi kalau bukan Savicevic – pemain yang berharga 12 juta pound sebagai sumber daya dobrak Milan.
Kejelian Capello patut dipuji. Pada dua laga terakhir, dia menaruh Savicevic di belakang striker Daniele Massaro. Tugas khusus ini amat disukai Savicevic sebab dia memang merasa punya kapabilitas utuk menjadi bomber. Posisinya itu tak tergantikan walau Massaro kemudian diganti oleh Marco Simone.
“Sekarang kami tidak bisa dianggap remeh lagi, lihat saja nanti,” kata Capello tanpa bermaksud jumawa kecuali untuk menangkis segala kritikan pers melihat start Milan yang dianggap buruk. Pantaslah buat klub yang telah mencapai segalanya di musim-musim sebelumnya. Apalagi yang didapat setelah mencapai sukses besar? Namun hati kecil Capello tentu tahu, harapannya muncul lagi melihat Savicevic telah kembali.
(foto: twitter)