Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Hristo Stoichkov (1): Ibarat Bisul Pecah

Teka-teki siapa yang akan menjadi pemain terbaik Eropa 1994 terjawab sudah. Hristo Stoichkov-lah bintangnya. Ia pantas diacungi jempol atas prestasinya itu, mengingat persaingan antarpemain di Eropa sangatlah ketat. Bagaimana gelandang menyerang tim nasional Bulgaria dan klub Barcelona (Spanyol) ini mencapai prestasi puncak? Mulai di edisi ini, kisah hidup dan perjalanan kariernya dituturkan.

Hristo Stoichkov: Ibarat Bisul Pecah

Sungguh tidak mudah menjadi yang terbaik di Eropa. Siapapun orangnya, semahal apapun, kalau tidak berprestasi secara khusus atau fenomenal, jangan harap dinobatkan sebagai yang terbaik. Terlebih lagi bagi mereka yang berasal dari Eropa Timur. Ini perlu dimaklumi. Soalnya dibanding belahan Eropa lainnya, pemain yang berasal dari negara-negara Blok Timur biasanya akan kurang diperhatikan jika bermain di klub-klub negara mereka sendiri.

Penguasaan media baik cetak maupun visual di negara-negara Eropa Barat menjadi salah satu sebab. Maka, beruntunglah Stoichkov, yang didukung obsesi dan juga karakternya, dapat menembus dogma seperti itu. Yang perlu dicatat, dengan prestasi itu pemain berusia 28 tahun ini juga mengembalikan lagi kejayaan pemain Blok Timur.

Delapan tahun belakangan ini, Blok Timur bak anak tiri di lingkup UEFA (Persatuan Sepak Bola Eropa). Kali ini, lewat pemilihan yang dianggap representatif, Stoichkov berhasil menyisihkan saingan terdekatnya, Roberto Baggio (Italia/Juventus) dan Paolo Maldini (Italia/AC Milan).
Hristo Stoichkov: Ibarat Bisul Pecah

Pemilihan yang diorganisasi oleh majalah sepak bola ternama di Eropa, France Football, ini dilakukan oleh 49 wartawan sepak bola Eropa dan bisa jadi lebih obyektif ketimbang pemilihan pemain terbaik dunia versi majalah World Soccer yang melakukan pemilihan lewat pembacanya

Puncak Karier

"Ini merupakan impian saya sejak kecil dan ketika menjadi pemain profesional. Sejajarnya nama saya dengan Johan Cruijff, Michel Platini, dan Jean-Pierre Papin adalah hal yang luar biasa bagi diri saya," ungkap Stoichkov di Paris usai menerima trofi penghargaan, akhir Desember 1994. Dengan bangga ia mengatakan bahwa penghargaan ini dapat dianggap sebagai puncak karier hidupnya di sepak bola.

Dalam kurun waktu hampir dua puluh tahun ternyata baru tiga pemain Eropa Timur yang terpilih sebagai pemain terbaik, termasuk Stoichkov. Dua sebelumnya berasal dari negara yang sama (Uni Soviet) dan klub yang sama (Dynamo Kyiv). Pertama adalah Oleg Blokhine (1975), dan yang kedua Igor Belanov (1986). Untuk Stoichkov sendiri prestasi ini jelas dianggap fenomenal, tidak saja oleh dirinya tapi juga oleh bangsa Bulgaria.

Stoichkov adalah orang pertama Bulgaria yang terpilih menjadi pemain terbaik Eropa sejak federasi sepak bola negara itu berdiri pada tahun 1924. Apa kriteria terpilihnya Stoichkov? Ada tiga faktor utama. Pertama, bangkitnya persepak bolaan Eropa Timur sejak Wind of Change dikumandangkan awal 1990-an. Buntutnya bisa dilihat sekarang bagaimana bangkitnya Rusia, Rumania, Bulgaria, Kroasia, Cekoslowakia bahkan Moldova di kancah sepak bola Eropa.

Kedua, kontribusi yang diberikan pada klubnya beberapa tahun belakangan. Sejak ditransfer dengan harga 2 juta poundsterling (sekitar Rp 6 milyar) pada 1990 lalu, Stoichkov selalu berperan dalam mengantar klubnya itu menjuarai La Liga empat kali berturut-turut 1991-1994, termasuk di Piala Champion.

Terakhir adalah kiprah di Piala Dunia 1994 dengan mengantarkan negaranya ke semifinal setelah menumbangkan juara bertahan Jerman. Eksistensinya kian dalam karena ia juga tercatat sebagai pencetak gol terbanyak bersama Oleg Salenko (Rusia). 

Wajarlah jika Stoichkov memetik hasil dari jerih payahnya selama ini. "Saya tidak kaget kalau ia (Stoichkov) yang terpilih," kata Baggio seusai pemilihan. "Ia sangat pantas untuk mendapat penghargaan seperti itu." Bagi Stoichkov, penghargaan ini ibarat bisul yang akhirnya pecah. Bayangkan, di dua tahun terakhir, 1992 dan 1993, ia disisihkan Marco van Basten dan Baggio yang sempat membuatnya mangkel.

"Milan dan Barcelona sama-sama juara liga. Tapi saya lebih pantas terpilih karena sayalah pencetak gol terbanyak dan mengantarkan klub saya menjuarai Eropa," protes Stoichkov setelah Van Basten yang menang. Tahun berikutnya giliran Baggio yang menyisihkannya. Sekarang Stoichkov bisa melupakan hari-hari dendamnya itu. Perasaan peka yang dimilikinya sudah memaafkan hal-hal yang pernah dibencinya.

Piala Dunia 1994

Piala Dunia 1994 bagi Bulgaria sepertinya membawa berkah. Selain prestasi fenomenal dengan mencapai semifinal, atau terpilihnya Stoichkov menjadi pemain terbaik Eropa 1994, ternyata ada penghargaan lain yang mengangkat harkat negara berpopulasi 9 juta jiwa ini. Apa saja?

Pertama, pelatih Dimitar Penev dinominasikan majalah World Soccer sebagai pelatih terbaik dunia ketujuh setelah Carlos Alberto Parreira (Brasil), Fabio Capello (Milan), Alex Ferguson (Manchester United, Arrigo Sacchi (Italia), Kevin Keegan (Newcastle United) dan Anghel Iordanescu (Rumania). 

Lalu tim nasional Bulgaria sendiri juga kecipratan berkah. Menurut daftar peringkat yang dikeluarkan FIFA 20 Desember 1994, semifinalis Piala Dunia di AS ini meloncat 15 tingkat dari posisi 31 ke posisi 16. Belum lagi ranking yang disusun World Soccer yang menganggap Bulgaria sebagai tim terbaik keenam di dunia setelah AC Milan, Brasil, Manchester United, Italia, dan Juventus. Yang lain? Masih menurut World Soccer, Stoichkov juga dipilih sebagai pemain terbaik dunia nomor lima.

Masih lumayan karena di bawahnya terdapat pemain kelas kakap macam Franco Baresi, Gabriel Batistuta, Eric Cantona, Juergen Klinsmann dan Tomas Brolin. Sedang di atasnya, Paolo Maldini, Roberto Baggio, Romario Faria dan Gheorghe Hagi.


Sebenarnya berbagai penghargaan tak asing bagi pemain yang punya naluri 'pembunuh' ini. Golden Boot Award alias pencetak gol terbanyak di Eropa 1990 pernah direnggut, dan selama empat tahun (1989-1992) ia juga dinobatkan sebagai pemain terbaik Bulgaria.

Kalau saja Barcelona tidak kalah 1-2 dari Sao Paulo di final Piala Toyota 1992, barangkali Stoichkov sudah terpilih pemain terbaik pertandingan (man of the match) dengan gol yang dilesakkannya. Tapi sayangnya dua gol balasan dari Rai Souza De Oliveira memupus harapan itu. Gol semata wayang untuk Barcelona begitu indah mencocor pojok kanan gawang Zetti, kiper Sao Paulo, yang hanya bisa terpana menyaksikan. Stoichkov menghantam dengan tendangan kaki kirinya yang terkenal keras.

Kini kekecewaan sudah terhapus. Akhirnya Stoichkov puas dengan prestasi puncak sebagai yang terbaik di Eropa. Ya, Piala Dunia 1994 ternyata membawa nasib Stoichkov menjadi terang benderang.

(foto: mundodeportivo/colgadosporelfutbol/forzaitalianfootball)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini