Franco Baresi akhirnya benar-benar gantung sepatu dari tim nasional Italia. Mundurnya kali ini bukan main-main, sudah bulat. Bukan seperti dua tahun lalu, saat dia pertama kali menyatakan mundur tapi diralat kembali. "Untuk kali ini tidak ada diralat lagi. Saya benar-benar mundur dari tim nasional. Saya harus membuka kesempatan kepada pemain-pemain muda," kilah Baresi.
Permisinya kapten Rossoneri ini sudah ia rencanakan sejak Piala Dunia 1994 berakhir, Juli lalu. Namun pelatih nasional Arrigo Sacchi masih menahannya. Barulah setelah dia melihat sendiri tidak mungkin lagi berkiprah lebih baik lagi, keputusan bulat diambil.
"Sudah banyak kelemahan saya kini. Lari sudah tidak kencang, gerak tidak segesit dulu, dan yang lebih saya rasakan adalah ketahanan fisik saya," tambahnya. Dua minggu lalu saat Milan bertemu Casino Salzburg di Liga Champion, ia merasakan benar bagaimana ketahanan fisiknya sudah menurun, cenderung rapuh.
Suatu saat Baresi bertabrakan dengan pemain depan Salzburg. Tabrakan itu sebenarnya tidak berat, tapi buat dia terasa keras sekali. Wajahnya langsung bengkak. Walhasil matanya pun sukar dibuka lebar. "Usai pertandingan saya merenung. ternyata saya sudah tidak sekuat dulu lagi. Dari situlah saya menelpon Sacchi untuk mengutarakan maksud saya," tuturnya apa adanya.
Jadi Pelatih
Kini muncul pertanyaan, setelah mundur dari tim nasional kapan Baresi mundur pula secara total dari Milan, yang berarti dari sepak bola? Lalu setelah mundur apa yang akan dia kerjakan? Akankah dia seperti rekannya terdahulu, Carlo Ancelotti, yang ditarik oleh Sacchi untuk menjadi asistennya? Memang semuanya masih menjadi teka teki, sebab Baresi sendiri sampai sekarang belum mengutarakan kelanjutan dari pernyataan mundurnya.
Ia tidak bisa memastikan kapan ia harus meninggalkan sepak bola secara total. Ia pun tidak tahu akan menjadi apa setelah berhenti bermain. Yang menarik justru orang-orang di belakang sukses Baresi selama ini, khususnya di Milan. Klub kaya itu berjanji akan melakukan penghormatan besar jika bek berjulukan La Roccia atau The Rock alias Si Batu Karang mundur dari Milan.
"Terlalu besar jasa Baresi buat Milan," ujar Adriano Galliani, sekretaris AC Milan. Bahkan kubu Milan pun akan membuka pintu lebar-lebar bagi sang kapten jika ia ingin menjadi pelatih di sana yang kemungkinan dimulai dengan menjadi pelatih tim junior Milan. Tapi, tentu semua akan bergantung pada Baresi sendiri.
Soal siapa suksesornya di tim nasional maupun di Milan, bek tengah bertubuh pendek ini langsung menyatakan pendapatnya. Kebetulan baik dirinya maupun Sacchi atau pun Fabio Capello, pelatih Rossoneri saat ini, punya pendapat yang sama. Siapa dia? Paolo Maldini! Posisi memang beda, namun kepemimpinan harus dilanjutkan pada putra Cesare Maldini, yang secara tradisional memang terlahir sebagai Milanista.
Tanda-tanda itu semakin tampak. Saat Italia berujicoba melawan Estonia, belum lama ini, Maldini sudah memakai nomor punggung 6 yang melegenda dimiliki Baresi di tim nasional maupun di Milan. Tapi khusus di Milan tampaknya Maldini emoh mengubah nomor kesukaannya, 3.
Lalu bagaimana soal kemampuan Maldini mengatasi tekanan sebagai pusat koordinasi pertahanan di Milan nanti? "Saya kira Maldini bisa lebih baik dari saya. Ia masih muda dan mempunyai kesempatan memperbaiki diri lebih banyak," ujar Baresi dengan nada bijaksana. Oke selamat menikmati pensiun sebagai pemain Don Franco, Ciao!
DATA DIRI
Nama: Franco Baresi
Lahir: Travagliato, Brescia, 8 Mei 1960
Tinggi/Berat: 177 kg/72 kg
Julukan: La Roccia (Si Batu Karang)
Istri: Maura (istri terdahulu; Nella Pagina)
Anak: Eduardo Baresi (2 tahun)
Klub: AC Milan (1976-1994)
Alamat: Via Turati 3 -210121, Milano, Telp.: 02/62.281 -Fax: 02/65.98.876.
Debut Serie A: 23 April 1978 (Verona vs AC Milan 1-2)
Debut tim nasional: 21 Februari 1982 (vs Rumania 0-0)
Penampilan terakhir tim nasional: 7 September 1994 (vs Slovenia 1-1)
Penampilan di Serie A: 390 kali (13 gol)
Penampilan tim nasional: 85 kali (2 gol)
Tokoh berpengaruh: Niels Liedholm, Guido Settembre, Silvio Berlusconi
Prestasi:
juara Serie A: 1978/79, 1987/88, 1991/92, 1992/93, 1993/94
juara Piala Super Italia: 1989
juara Piala Mitropa: 1989
juara Liga Champion: 1989/90, 1990/91, 1993/94
juara Piala Super Eropa: 198/89, 1989/90
juara Piala Toyota: 1989/90, 1990/91
(foto: junglekey/ledieci)
Permisinya kapten Rossoneri ini sudah ia rencanakan sejak Piala Dunia 1994 berakhir, Juli lalu. Namun pelatih nasional Arrigo Sacchi masih menahannya. Barulah setelah dia melihat sendiri tidak mungkin lagi berkiprah lebih baik lagi, keputusan bulat diambil.
"Sudah banyak kelemahan saya kini. Lari sudah tidak kencang, gerak tidak segesit dulu, dan yang lebih saya rasakan adalah ketahanan fisik saya," tambahnya. Dua minggu lalu saat Milan bertemu Casino Salzburg di Liga Champion, ia merasakan benar bagaimana ketahanan fisiknya sudah menurun, cenderung rapuh.
Suatu saat Baresi bertabrakan dengan pemain depan Salzburg. Tabrakan itu sebenarnya tidak berat, tapi buat dia terasa keras sekali. Wajahnya langsung bengkak. Walhasil matanya pun sukar dibuka lebar. "Usai pertandingan saya merenung. ternyata saya sudah tidak sekuat dulu lagi. Dari situlah saya menelpon Sacchi untuk mengutarakan maksud saya," tuturnya apa adanya.
Jadi Pelatih
Kini muncul pertanyaan, setelah mundur dari tim nasional kapan Baresi mundur pula secara total dari Milan, yang berarti dari sepak bola? Lalu setelah mundur apa yang akan dia kerjakan? Akankah dia seperti rekannya terdahulu, Carlo Ancelotti, yang ditarik oleh Sacchi untuk menjadi asistennya? Memang semuanya masih menjadi teka teki, sebab Baresi sendiri sampai sekarang belum mengutarakan kelanjutan dari pernyataan mundurnya.
Ia tidak bisa memastikan kapan ia harus meninggalkan sepak bola secara total. Ia pun tidak tahu akan menjadi apa setelah berhenti bermain. Yang menarik justru orang-orang di belakang sukses Baresi selama ini, khususnya di Milan. Klub kaya itu berjanji akan melakukan penghormatan besar jika bek berjulukan La Roccia atau The Rock alias Si Batu Karang mundur dari Milan.
"Terlalu besar jasa Baresi buat Milan," ujar Adriano Galliani, sekretaris AC Milan. Bahkan kubu Milan pun akan membuka pintu lebar-lebar bagi sang kapten jika ia ingin menjadi pelatih di sana yang kemungkinan dimulai dengan menjadi pelatih tim junior Milan. Tapi, tentu semua akan bergantung pada Baresi sendiri.
Soal siapa suksesornya di tim nasional maupun di Milan, bek tengah bertubuh pendek ini langsung menyatakan pendapatnya. Kebetulan baik dirinya maupun Sacchi atau pun Fabio Capello, pelatih Rossoneri saat ini, punya pendapat yang sama. Siapa dia? Paolo Maldini! Posisi memang beda, namun kepemimpinan harus dilanjutkan pada putra Cesare Maldini, yang secara tradisional memang terlahir sebagai Milanista.
Tanda-tanda itu semakin tampak. Saat Italia berujicoba melawan Estonia, belum lama ini, Maldini sudah memakai nomor punggung 6 yang melegenda dimiliki Baresi di tim nasional maupun di Milan. Tapi khusus di Milan tampaknya Maldini emoh mengubah nomor kesukaannya, 3.
Lalu bagaimana soal kemampuan Maldini mengatasi tekanan sebagai pusat koordinasi pertahanan di Milan nanti? "Saya kira Maldini bisa lebih baik dari saya. Ia masih muda dan mempunyai kesempatan memperbaiki diri lebih banyak," ujar Baresi dengan nada bijaksana. Oke selamat menikmati pensiun sebagai pemain Don Franco, Ciao!
DATA DIRI
Nama: Franco Baresi
Lahir: Travagliato, Brescia, 8 Mei 1960
Tinggi/Berat: 177 kg/72 kg
Julukan: La Roccia (Si Batu Karang)
Istri: Maura (istri terdahulu; Nella Pagina)
Anak: Eduardo Baresi (2 tahun)
Klub: AC Milan (1976-1994)
Alamat: Via Turati 3 -210121, Milano, Telp.: 02/62.281 -Fax: 02/65.98.876.
Debut Serie A: 23 April 1978 (Verona vs AC Milan 1-2)
Debut tim nasional: 21 Februari 1982 (vs Rumania 0-0)
Penampilan terakhir tim nasional: 7 September 1994 (vs Slovenia 1-1)
Penampilan di Serie A: 390 kali (13 gol)
Penampilan tim nasional: 85 kali (2 gol)
Tokoh berpengaruh: Niels Liedholm, Guido Settembre, Silvio Berlusconi
Prestasi:
juara Serie A: 1978/79, 1987/88, 1991/92, 1992/93, 1993/94
juara Piala Super Italia: 1989
juara Piala Mitropa: 1989
juara Liga Champion: 1989/90, 1990/91, 1993/94
juara Piala Super Eropa: 198/89, 1989/90
juara Piala Toyota: 1989/90, 1990/91