Perjalanan, Pengalaman, & Pemahaman Permainan Terindah

Antarklub Eropa 1994/95: Format Baru Delapan Unggulan

Persaingan merebut Piala Champion musim ini lebih seru dan ketat dibanding periode sebelumnya. Soalnya mulai musim 1994/95 ini Persatuan Sepak Bola Eropa (UEFA) merancang format baru agar kompetisi lebih menarik dan berkualitas, yaitu ditetapkannya delapan tim unggulan.

Tim-tim unggulan itu adalah Manchester United dan Barcelona (Grup A), Bayern Muenchen dan Paris Saint-Germain (Grup B). Benfica dan Steaua Bucuresti (Grup C) serta AC Milan dan Ajax Amsterdam di Grup D. Mereka inilah yang diharapkan bertemu di perempatfinal. Namun untuk mencapai skenario di atas tidaklah mudah. Barcelona, Muenchen, dan AC Milan sudah bertumbangan di penyisihan grup.

Barcelona takluk 1-2 oleh IFK Goteborg, Muenchen dihempaskan Paris Saint-Germain 0-2 serta Milan ditekuk 0-2 di partai perdananya oleh Ajax Amsterdam. Yang mulus justru tim bukan unggulan Paris dan Ajax. Dalam dua pertandingan mereka mengumpulkan nilai maksimal empat. Sedangkan juara Inggris 1993/94 Manchester United dan Benfica masing-masing punya nilai tiga.

Antarklub Eropa 1994/95: Format Baru Delapan Unggulan
Ronald Koeman cs ditewaskan jagoan Swedia. 

Untuk menerka siapa yang akan muncul sebagai juara musim ini memang masih terlalu pagi. Apakah Milan yang masih terseok itu kembali merengkuh mahkota terhormat itu? Atau digantikan klub lain? Lalu, siapa penggantinya? Tapi yang menarik adalah grafik permainan Benfica.

Enam kali masuk final Piala Champion, dua kali di antaranya juara, bukan prestasi sembarangan bagi Si Elang Merah. Mereka merupakan calon serius untuk mendapat tempat di final. Masuknya striker Argentina, Claudio Caniggia, dan penjaga gawang nasional Belgia, Michel Preud'homme, membuat Benfica percaya diri maju ke final sekaligus mengulangi prestasi musim 1988/89, sebelum dikandaskan 0-1 oleh AC Milan.

Untungnya lagi, Benfica yang dulu pernah mempunyai superbintang si macan kumbang Eusebio Ferreira, masuk dalam grup lunak bersama Hajduk Split, Steaua Bucuresti, dan Anderlecht. Kesempatan tampil di perempat final amat terbuka lebar bagi dua kali juara Piala Champion 1960-62 ini.

Piala Winner

Bagaimana dengan Piala Winner? Arsenal tentu yang paling berambisi menapak ke atas. Apalagi mereka mempunyai penyerang yang sedang mempunyai motivasi tinggi karena baru mencetak gol yang ke-100, yaitu Ian Wright. Hanya sayang, rekornya itu tidak mampu mendongkrak ketinggalan 1-2 dari Palace di Liga Inggris.

Kalau akhirnya Arsenal merasa kekalahan itu modal buruk untuk berangkat ke putaran tiga Piala Winner yang akan berputar 20 Oktober mendatang, Wright malah kebalikannya. Ia merasa yakin kakinya masih mampu membobol Broendby IF (Denmark), calon lawan The Gunners di putaran tiga. "Motivasi saya sedang tinggi," tandas striker legam tersebut.

Tantangan ketat juara bertahan Piala Winner ini baru akan terlihat di babak semifinal. Karena, para semifinalis berkisar tak jauh dari Sampdoria (Italia) - klubnya eks pemain Arsenal David Platt - lalu Feyenord Rotterdam (Belanda), FC Porto (Portugal), Werder Bremen (Jerman), atau Auxerre (Prancis).

Piala UEFA

Pupusnya harapan Jerman di Piala Dunia 1994 lalu, agaknya membuat Borussia Dortmund, salah satu unggulan tim Jerman, ingin mendongeng di Piala UEFA. Modal sukses di putaran dua, dengan menekuk klub asal Skotlandia, Motherwell 1-0 dan 2-0 di putaran kedua, akan mereka bawa ke putaran tiga, 18 Oktober mendatang.

Dua tombak andalan di tim nasional masing-masing, Karl-Heinz Riedle (Jerman) dan Stephane Chapuisat (Swiss) yang bercokol di depan, serta dua mantan bintang Juventus, Andreas Moeller dan Julio Cesar, pengawal lini tengah dan belakang, siap menebar ancaman. Sementara itu Juventus, meski sempat terseok-seok di putaran pertama, masih menyimpan kartu As di diri Roberto Baggio. Di kubu Parma, Thomas Brolin kini didukung bintang Piala Dunia Italia, Dino Baggio.

Ancaman dari Spanyol datang dari pimpinan klasemen sementara Spanyol, Real Madrid, dan urutan dua Deportivo La Coruna. Setelah disuntik Michael Laudrup, Madrid seperti melejit menggapai bintang. Sedangkan La Coruna, yang ditombaki Bebeto, masih terus menciptakan rasa tak aman bagi penjaga gawang lawan.

Inggris? Tidak diunggulkan, malah membuat Newcastle United seperti bara dalam sekam. Sejak ditangani mantan bintang Inggris Kevin Keegan, tombak Andy Cole seperti menggeliat memakan korban di Liga Inggris. Napoli dan Lazio? Masih bisa bicara.

Tapi dengan cederanya Paul 'Gazza' Gascoigne di Lazio dan hilangnya pasangan sehati Jonas Thern-Daniel Fonseca yang hengkang ke AS Roma dari Napoli, membuat kedua tim ini menjadi lapis kedua.

Tentu yang paling menarik diikuti adalah langkah Marseille, yang kini berada di divisi dua Prancis. Kalau saja mereka menjadi juara, mereka menjadi klub divisi dua pertama yang merebut tempat terhormat itu. Dan itu bukan tidak mungkin dilakukan mereka.

(foto: ifkgoteborg)

Share:

Artikel Populer

Maurizio Sarri: Tantangan Baru Si Mantan Bankir

Buat tifosi Napoli yang militan dan fanatik, begitu melihat jagoannya cuma meraup dua poin dari tiga laga jelas bikin dongkol selain gundah...

Arsip

Intermeso

Wawancara

Arsip

Artikel Terkini