Tifosi atau pendukung Torino mempunyai ulah yang lain pada minggu lalu ketika mereka menjamu Padova. Di stadion yang biasanya dipenuhi oleh spanduk berisi slogan klub, sanjungan, dan sejenisnya, muncul beberapa spanduk dan poster yang kali ini tampak unik dan penuh tanda tanya. Isinya "Kami kehilanganmu, Moana". Lalu juga "Moana Viva!", atau "Ciao, Moana!" Lho, siapa sih Moana ini tiba-tiba marak namanya di stadion?
Usut punya usut, ternyata dia adalah Moana Pozzi yang berusia 32 tahun. Dari namanya dia hampir pasti seorang wanita. Dan benar, perempuan ini bukan seorang pemain sepak bola, melainkan seorang artis porno yang meninggal pada 18 September lalu karena tumor hati.
Ia pernah mengikuti jejak bintang porno lainnya yang terkenal yaitu Ilona Staller atau Cicciolina dalam aktivitas politik dengan mendirikan Partito dell' Amore (Partai Cinta). Ketika hidup Moana tidak berhasil berpolitik, sekaligus untuk mempopulerkan namanya. Setelah meninggal, barangkali baru bisa. Alamak.
Yang pertama tentu cerita dari Baggio, dan ini terjadi di Piala Dunia lalu. Kostum bernomor 10 milik Baggio ternyata bertuah. Seorang dokter di Hartford, Connecticut, AS, bernama David Domenichini, belum lama ini mengirim surat pada Pemimpin Redaksi koran Corriere dello Sport-Stadio, Italo Cucci.
Dalam suratnya itu ia menulis bahwa seorang anak berusia 14 tahun, Ryan Marocco, yang menjadi penggemar berat Baggio, sejak setahun lalu menunggu-nunggu penampilan idolanya di Piala Dunia. Tapi dua hari sebelum pesta sepak bola itu berlangsung dia terserang penyakit Erythrophagocyte Syndrome, yang berasal dari virus dan di AS hanya terdapat 4-5 kasus setahun.
Ketika Italia kalah dari Irlandia di laga perdananya, anak itu hampir saja meninggal dunia. Tetapi ketika dia menerima kostum nomor 10 dari Baggio plus tandatangannya, hari demi hari membaik. Anehnya lagi, permainan tim nasional Italia pun semakin membaik. Puncaknya ketika Italia mengalahkan Bulgaria 2-1, anak itu menyaksikan langsung dua gol idolanya. Kini Ryan benar-benar sembuh total.
Lalu bagaimana dengan cerita Roberto yang satunya lagi, Mancini? Dia kini mempunyai kelompok mode bernama Pink Brothers. Lambang perkumpulan itu wajahnya sendiri, yang berdampingan dengan angka 10 dan bertulisan Born to be number 10.
Atas kejadian ini, Laziale masih marah dan menyimpan dendam pada Sacchi. Tifosi lainnya yang tersebar di beberapa tempat pun berdiri dan ikut mencaci-maki orang itu. Sacchi dianggap yang menggagalkan Italia menjadi juara dunia gara-gara tidak menurunkan Signori di final. Siapapun tahu se-Italia, Signori adalah dewa penalti.
Tapi ngomong-ngomong caci-maki mereka di Olimpico tiba-tiba serentak berhenti. Kenapa dan ada apa? Ternyata orang yang dimaksud itu bukan Sacchi melainkan orang terkenal lainnya yang punya wajah mirip Sacchi, yaitu Profesor Turchetti, seorang dokter yang pernah merawat sutradara film Italia, Federico Fellini. Sacchi yang asli sendiri saat itu sedang berada di Cremona, menyaksikan kejatuhan Milan di tangan tuan rumah Cremonese.
(foto: carbonated/zmnapoli)
Usut punya usut, ternyata dia adalah Moana Pozzi yang berusia 32 tahun. Dari namanya dia hampir pasti seorang wanita. Dan benar, perempuan ini bukan seorang pemain sepak bola, melainkan seorang artis porno yang meninggal pada 18 September lalu karena tumor hati.
Ia pernah mengikuti jejak bintang porno lainnya yang terkenal yaitu Ilona Staller atau Cicciolina dalam aktivitas politik dengan mendirikan Partito dell' Amore (Partai Cinta). Ketika hidup Moana tidak berhasil berpolitik, sekaligus untuk mempopulerkan namanya. Setelah meninggal, barangkali baru bisa. Alamak.
Cerita Dua Roberto
Dalam pertandingan Juventus lawan Sampdoria, Ahad lalu, dua Roberto - yang satu Baggio dan lainnya Mancini - tidak tampil. Tapi, ada saja cerita di luar lapangan tentang keduanya, yang kebetulan sama-sama bernomor punggung 10 dan menyandang ban kapten.Yang pertama tentu cerita dari Baggio, dan ini terjadi di Piala Dunia lalu. Kostum bernomor 10 milik Baggio ternyata bertuah. Seorang dokter di Hartford, Connecticut, AS, bernama David Domenichini, belum lama ini mengirim surat pada Pemimpin Redaksi koran Corriere dello Sport-Stadio, Italo Cucci.
Dalam suratnya itu ia menulis bahwa seorang anak berusia 14 tahun, Ryan Marocco, yang menjadi penggemar berat Baggio, sejak setahun lalu menunggu-nunggu penampilan idolanya di Piala Dunia. Tapi dua hari sebelum pesta sepak bola itu berlangsung dia terserang penyakit Erythrophagocyte Syndrome, yang berasal dari virus dan di AS hanya terdapat 4-5 kasus setahun.
Ketika Italia kalah dari Irlandia di laga perdananya, anak itu hampir saja meninggal dunia. Tetapi ketika dia menerima kostum nomor 10 dari Baggio plus tandatangannya, hari demi hari membaik. Anehnya lagi, permainan tim nasional Italia pun semakin membaik. Puncaknya ketika Italia mengalahkan Bulgaria 2-1, anak itu menyaksikan langsung dua gol idolanya. Kini Ryan benar-benar sembuh total.
Lalu bagaimana dengan cerita Roberto yang satunya lagi, Mancini? Dia kini mempunyai kelompok mode bernama Pink Brothers. Lambang perkumpulan itu wajahnya sendiri, yang berdampingan dengan angka 10 dan bertulisan Born to be number 10.
Kena Tipu Sacchi
Ini cerita dari pertandingan Lazio lawan Parma yang berakhir 2-2. Ahad silam. Ketika Giuseppe Signori, penyerang Lazio, mencetak gol pertama klubnya, meledaklah teriakan caci-maki tifosi Lazio ke arah satu orang yang duduk di tribun VIP di Stadion Olimpico. Orang itu disangka mereka Arrigo Sacchi, pelatih tim nasional Italia yang tidak pernah lagi memainkan Signori sejak babak perempatfinal pada Piala Dunia 1994 di AS.Atas kejadian ini, Laziale masih marah dan menyimpan dendam pada Sacchi. Tifosi lainnya yang tersebar di beberapa tempat pun berdiri dan ikut mencaci-maki orang itu. Sacchi dianggap yang menggagalkan Italia menjadi juara dunia gara-gara tidak menurunkan Signori di final. Siapapun tahu se-Italia, Signori adalah dewa penalti.
Tapi ngomong-ngomong caci-maki mereka di Olimpico tiba-tiba serentak berhenti. Kenapa dan ada apa? Ternyata orang yang dimaksud itu bukan Sacchi melainkan orang terkenal lainnya yang punya wajah mirip Sacchi, yaitu Profesor Turchetti, seorang dokter yang pernah merawat sutradara film Italia, Federico Fellini. Sacchi yang asli sendiri saat itu sedang berada di Cremona, menyaksikan kejatuhan Milan di tangan tuan rumah Cremonese.
(foto: carbonated/zmnapoli)