Tim nasional 'Indonesia' di Piala Dunia 1938. Asia pertama. |
DIPLOMASI INDONESIA
Perlukah Indonesia melakukan diplomasi ke FIFA agar diakui mengingat ada tujuh pemain Dutch-Indies berdarah asli Indonesia? Alasannya sudah pasti karena waktu itu nama Indonesia belum ada, dan negeri nusantara masih dijajah Belanda serta belum punya pemerintahan sendiri alias merdeka.
Selain itu catatan lainnya termasuk negara-negara yang kini sudah tiada, seperti Cekoslowakia, yang sekarang terpecah menjadi Republik Ceko dan Slowakia. Atau Yugoslavia yang kini terpecah menjadi lima negara: Serbia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro dan Macedonia. Sedang tiga negara debutan di Piala Dunia 1994 adalah Nigeria, Arab Saudi, dan Yunani.
FAIR PLAY
Belgia boleh kecewa, karena Fair Play Award tidak jadi jatuh ke tangan mereka. Padahal merekalah yang semula paling dijagokan untuk meraih penghargaan itu berkat paling minim mendapat hukuman dari wasit, baik kartu kuning apalagi kartu merah. Bahkan Sekjen FIFA sendiri yang menyatakannya. Sepp Blatter mengumumkan bahwa mereka memperoleh nilai tertinggi di antara 24 negara peserta.
Lalu siapa yang akhirnya mendapatkan gelar tim terbersih itu? Ternyata Brasil. Berdasarkan jumlah kartu kuning dan kartu merah yang diterima, juga tingkah-laku seluruh anggota tim dan para pendukungnya, mereka dipandang paling berhak atas predikat tersebut. Berada di tempat kedua, Belanda dan ketiga, Swedia. Jadi pada akhirnya nama Belgia bahkan sama sekali tidak disebut-sebut. Kasihan.
TIM TERBAIK
Sepak terjang Brasil ternyata tidak berhenti sampai di situ. Setelah merebut Piala Dunia dan Fair Play Award, mereka merampas pula gelar tim berpenampilan terbaik. Dalam hal ini mereka menyingkirkan sensasi yang dibuat tim dari Afrika, Nigeria, serta lawan mereka di final, Italia. Brasil memang layak meraih predikat itu. Permainan cantik yang mereka tampilkan mampu memikat jutaan penonton di seluruh dunia. Selain itu, mereka juga menjadi satu-satunya tim yang tidak terkalahkan sejak babak pertama.
BOLA EMAS
Brasil lagi. Striker utama tim Samba, Romario de Souza Faria terpilih sebagai pemain terbaik Piala Dunia 1994. Tidak ada yang membantah meskipun dia bukan pencetak gol terbanyak seperti halnya Mario Kempes (1978), Paolo Rossi (1982) atau Salvatore Schillaci (1990).
Seperti Diego Maradona di tahun 1986, Romario dianggap berperan sangat besar dalam membawa timnya tampil sebagai juara. Dengan gelar ini Romario akan menerima Bola Emas dari Adidas dalam suatu acara khusus di Lisabon, Portugal, Januari 1995. Sedangkan penerima bola perak dan perunggu masing-masing akan diberikan kepada Roberto Baggio (Italia) dan Hristo Stoichkov (Bulgaria).
SEPATU EMAS
Jika mencetak satu gol dinilai tiga, dan membantu terciptanya satu gol (assist) dinilai satu, maka nilai Oleg Salenko (Rusia) dan Hristo Stoichkov (Bulgaria) sama-sama yang tertinggi dengan poin 19. Kedua penyerang ini masing-masing berhasil membukukan 6 gol dan satu assist. Di bawah mereka terdapat nama Romario Faria.
Ujung tombak Brasil ini menjebolkan gawang lawan 5 kali dan bikin 3 assist untuk rekan-rekannya sehingga mendapat nilai 18. Salenko dan Stoichkov dengan sendirinya menjadi pencetak gol terbanyak dan meraih sepatu emas.
Torehan gol mereka sekaligus menambah panjang daftar top scorer dengan 6 gol yang sebelumnya telah dibuat Mario Kempes (1978), Paolo Rossi (1982), Gary Lineker (1986) dan Salvatore Schillaci (1990). Dengan demikian, sejak Piala Dunia 1978, jumlah gol yang diciptakan seorang pencetak gol terbanyak tidak pernah beranjak dari angka 6.
KIPER TERBAIK
Mungkin tidak ada yang menyangka kalau Lev Yashin Award akhirnya digaet penjaga gawang kawakan Belgia, Michel Preud'Homme. Tetapi itulah kenyataannya. Preud'homme, 35, dinyatakan sebagai kiper terbaik dan berhak atas penghargaan itu. Pemain asal klub Mechelen ini sekaligus masuk dalam tim terbaik dunia versi FIFA. Cadangannya adalah Thomas Ravelli (Swedia).
Padahal sementara pengamat menllai Ravelli yang menjadi pahlawan ketika Swedia menyingkirkan Rumania lewat drama penalti lebih baik dari Preud'homme. Bahkan Borislav Mihailov (Bulgaria) dan Claudio Taffarel (Brasil) sebelumnya jauh lebih gencar disebut-sebut akan menduduki posisi puncak. Kalau Taffarel, barangkali FIFA tidak enak. Masak Brasil lagi?
LEBIH EFEKTIF
Ya, itulah kesimpulan yang diperoleh FIFA setelah memperhatikan data yang dihimpun dari 44 laga putaran penyisihan grup. Waktu efektif dari 90 menit pertandingan rata-rata mencapai 61,37 menit atau sekitar 6 menit lebih banyak dari Piala Dunia 1990.
UCAPAN DARI CLINTON
Salah satu ucapan selamat paling berkesan yang diterima Brasil setelah menjuarai Piala Dunia 1994 datang dari Presiden AS Bill Clinton. Orang nomor satu di Amerika Serikat itu langsung menelpon pelatih Carlos Alberto Parreira di tengah-tengah penerbangan dinasnya dari Washington ke Miami.
"Kalian memenangkan sebuah kejuaraan yang menakjubkan dengan perjuangan keras," demikian ujar Clinton seperti ditirukan juru bicaranya, Dee Dee Myers. Sang jubir menambahkan, Clinton menyempatkan diri untuk menonton pertandingan yang menegangkan itu lewat siaran langsung televisi di Gedung Putih.
BAIK DAN BURUK
Kolombia tragis. Rumania dan Swiss berhasil mencapai prestasi terbaik. Yunani gagal dalam debutnya. Jerman tumbang karena pemainnya ketuaan. Norwegia sial. Saudi Arabia sebelumnya tidak pernah bermimpi akan menang atas Belgia dan Maroko, namun justru mengalahkan dua saingainnya dan menjadi tim Asia pertama yang lolos ke babak kedua setelah Korea Utara di tahun 1966.
Bulgaria tidak saja meraih kemenangan pertama di Piala Dunia, tetapi juga melaju ke semifinal dengan menyingkirkan sang juara bertahan. Nigeria adalah sensasi baru dari Afrika. Maroko dan Kamerun tidak lagi menakjubkan. Spanyol kemball tidak bisa melewati perempatfinal. Argentina merana setelah ditinggalkan Diego Maradona. Swedia balk sekali. AS cukup mengesankan karena strategi apik pelatihnya, Bora Milutinovic.
Rusia agak terhibur dengan memiliki Oleg Salenko. Irlandia kalah, namun tidak memalukan dan Jack Charlton tetap menjadi orang Inggris yang paling dicintai di negeri itu. Belgia dikalahkan keputusan wasit. Meksiko lagi-lagi terpuruk karena adu penalti. Bolivia tidak sehebat yang diduga seperti ketika sempat menggulingkan Brasil di penyisihan Piala Dunia 1994.
Italia banyak diselamatkan Roberto Baggio tapi juga dibenamkan peluangnya setelah drama adu penalti di final. Meski demikian Italia secara keseluruhan dianggap tidak buruk karena dipercaya dilingkupi faktor nasib sial. Dari semua fenomena itu, maka pantaslah jika Brasil yang layak menjadi juara.
TETRA BRASIL
Kata 'tetra' yang berarti empat sekarang ini sedang menjadi mantra sedap bagi setiap orang Brasil. Sejak mereka tampil sebagai juara dunia ketiga kali pada tahun 1970, julukan itu baru muncul 24 tahun kemudian. Maka begitu impian mereka tercapai hari Senin lalu, di seluruh Lembah Amazon bergema teriakan, "Brasil Tetracampeao!" Artinya: "Brasil juara dunia empat kali!" "Sebagai orang Brasil, kami akan memuja kata tetra seperti memuja dewa," ujar Joao Bezerra, seorang penjual bir, dengan bersemangat. Bukan main.