Skenario sudah dirancang Jose Mourinho sebelum menceburkan diri lagi di pentas Premier League. Di usianya yang ke-50 tahun, usia emas seorang lelaki, tentu dia kian matang untuk bikin sesuatu yang lazim, terutama hubungannya dengan Arsene Wenger.
Sejujurnya ini kisah seseorang yang minta dimaklumi atas tindakan masa lalunya, satu dekade silam. Seseorang yang dengan superego besar, yang saat pertama kali tiba di Inggris langsung dipenuhi ambisi, cita-cita tinggi sekaligus tekanan dahsyat. Di klub biru-nya, juga di depan tiga manajer top yang langsung jadi pesaing utama reputasinya. Dengan kekuatan chutzpah-nya yang terkenal itu, pria berzodiak Aquarius ini kembali lagi bikin sensasi.
Mourinho menyadari, atas nama fakta, ternyata hanya dirinya dan Arsene Wenger, yang berpengalaman juara setelah tidak ada lagi Ferguson, Roberto Mancini dan Carlo Ancelotti. David Moyes dan Manuel Pellegrini jelas pesaing terberatnya. Tapi dirinya tak pernah mau menyingkirkan Wenger begitu saja. Nama ini selalu menghantuinya bila mana berada di London. Lantas bagaimana dua lagi?
Andres Villas-Boas selalu menjadi muridnya. Brendan Rodgers, pernah diminta Mou jadi salah satu pembantunya sewaktu memanajeri tim cadangan Chelsea di 2006. Tak ayal kalau semua media massa mengangkat pujian Mou untuk Wenger. The Sun memasang judul Weng' n Me Big Mates. Merangkul Wenger sebagai strategi baru memenangi kompetisi? Karena sesama Londoner, pria 175 cm itu pasti lebih menghitung AW dari yang lain.
Pengakuan Mou santer dipublikasikan media massa di Inggris. Entah kenapa dia ingin merangkul Wenger, menghormatinya sebagai senior seperti halnya Wenger kepada Ferguson dulu. Dari lubuk hati yang terdalam, tampaknya Mou memang ingin berhubungan baik dengan sang profesor, karena butuh advis Wenger untuk meminta kiatnya agar dia bisa menjadi pelatih Chelsea selama 17 tahun ke depan.
Mou mengakui ternyata Wenger orang yang menyenangkan dan mau berbagi. Dia mengaku hubungan buruknya di masa lalu dengan Wenger akibat tekanan pekerjaan yang berimbas ke masalah pribadi. Hubungan personal mereka kini membaik setelah beberapa pertemuan UEFA di Swiss, bahkan beberapa kali semeja saat santap malam dengan suasana yang harmonis.
Tidak seperti dengan Ferguson, seumur-umur Wenger dan Mourinho cuma sekali berseteru hebat secara personal. Itu tak lama setelah Special One menangani Chelsea di 2004. Penyebabnya, gara-gara Mou lambat laun karisma Wenger memudar di London.
Ketika ingin mencari tahu, masalah pun muncul dan membesar. Mou tak senang Wenger menganalisis Chelsea lebih jauh. Responsnya kelewatan sebab memakai kata voyeur kepada Wenger. Voyeur adalah istilah seksual sebagai tukang intip. Wenger murka dan siap menuntut ke pengadilan seraya memaki Mou sebagai stupid people.
Kalau dipikir-pikir, makian itu amat dalam sebab bersifat kultural, yaitu persepsi bangsa Jerman-Prancis kepada bangsa Portugal. Bentrok ini sangat terkenal, dan rupanya Mou menyiapkan segala sesuatunya. Dia mengumpulkan seluruh transkrip ucapan Wenger khusus Chelsea yang sampai berjumlah 120 halaman!
"Ada beberapa orang yang, saat di rumah, punya teleskop besar untuk melihat apa yang terjadi di keluarga lain. Dia khawatir dengan kami, selalu berbicara tentang kami. Chelsea, Chelsea, Chelsea, Chelsea! Saya tidak tahu apakah dia menginginkan pekerjaan saya. Dia mencintai Chelsea," hardik Mou kala itu.
Berganti Haluan
Pasalnya Wenger lagi sensitif melihat sepak terjang Roman Abramovich. Bentroknya dengan Ferguson tengah memanas, setelah kampanye immortallity-nya terhenti di musim 2004/05 itu. Naluri militernya mengatakan Mou ingin memancing di air keruh. Ia pun bereaksi, sangat tajam. "Tatkala Anda memberi kesuksesan kepada orang-orang tolol, terkadang itu sama saja menjadikan mereka lebih tolol lagi," balas sang profesor sengit, yang tidak pernah direspons sekalipun oleh Mourinho waktu itu.
Hari-hari ke depan adalah hari-hari berhitung. "Arsene Wenger pria yang baik. Kami tak akan punya masalah lagi. Saya amat respek dengannya, dan tak mau menjudikan (hubungan) untuk setiap masalah," janji Mou, pria yang semasa aktif jadi pemain (1980-87) berposisi sebagai gelandang bertahan itu.
"Saat Anda tak berada di satu liga, tak berlaga satu sama lain, mengenal orang jadi lebih mudah, lebih mendalam. Sangat mudah berdiskusi tentang sepak bola, dan Wenger itu orang yang sangat hebat, " puji lagi lelaki kelahiran Setubal, 26 Januari 1963 itu.
Hubungan dua manajer klub London yang paling terkemuka itu membaik setelah mereka justru sering bersua dengan suasana lebih cair, atmosfir lebih baik, di rapat rutin UEFA, di EURO, di Piala Dunia. Mou mengaku kagum dan menikmati cara keterbukaan Wenger beropini soal apapun kepadanya.
Baginya kepribadian seperti itu karena dia yakin Wenger orang yang sangat berbudaya tinggi, sangat baik. "Ah, ingatan di sepak bola biasanya pendek, tiada yang berumur panjang. Publik berkali-kali lupa yang telah terjadi. Saya pikir dia tak terpengaruh itu sebab dia orang besar, sangat berpengalaman, punya harga diri. Dia juga tahu apa yang telah dilakukan, tahu apa yang sedang dikerjakan."
Mou menghormati Wenger karena bahagia di Arsenal, karena apa yang telah dilakukannya. "Seperti Anda ketahui, dia punya kesempatan pergi sebab banyak klub yang tertarik padanya. Ia menolak dan bertahan di Arsenal, karena kecintaannya, karena dia punya harapan untuk masa depan. Itu yang membuat saya menghormatinya."
Insiden #1: The Voyeur, 30 Oktober 2005
Lantaran terus kesal dengan ulah Roman Abramovich, yang sejak 2003 mengubah lanskap kekuatan dan Premier League, Wenger jadi terbiasa membahas Ch€£$ki. Uniknya, Abramovich ogah menanggapi. Barangkali, memang dia mustahil melakukannya. Tapi tidak dengan karyawan terbaiknya. Justru Mourinho si manajer Chelsea yang tersinggung.
Puncaknya ia berkomentar sinis. Voyeur adalah istilah psikologi untuk menjuluki pria yang senang mengintip wanita telanjang atau sedang mandi. Wenger langsung naik pitam karena tersinggung berat, dan mengancam menuntut Mourinho ke pengadilan bila tidak ada permintaan maaf. Mou akhirnya minta maaf. Keduanya berdamai, namun ini hanya untuk sementara.
Insiden #2: Cekcok Prestasi, 23 Februari 2007
Jelang final Carling Cup di Cardiff, Wenger merespons karakteristik manajer hebat versi sang rival. Mou bilang betapa medali Liga Champion memberinya status Great Manager. Dengan nalurinya, Wenger segera memberi opini baru. Maklum, dia telak kena sindir lantaran belum pernah meraih titel tertinggi di sepak bola Eropa itu. "Banyak manajer yang meraih trofi Liga Champion tidak patut disebut manajer hebat. Yang terpenting adalah melihat perjalanan karier seseorang 10, 15, atau 20 tahun. Kualitas apa saja yang telah Anda berikan kepada sepak bola?
"Bagaimana konsistensi Anda saat melakukannya? Jika setiap manajer diberikan sumber daya dengan jumlah yang sama untuk masa lima tahun, lihat siapa yang paling banyak menghasilkan pemain berkualitas," ucap Wenger yang jelas sekali menohok apapun pencapaian Mourinho sejauh ini. Tak pelak ini sindiran tajam kepada Mourinho tanpa menyebut namanya, yang selalu di mata Wenger dianggap bisa meraih banyak juara karena cuma pandai merangkai kelebihan-kelebihan para pemain yang telah jadi, bintang yang paripurna; bukan membangunnya. Juga dana berlimpah, bos-bos ambisius, klub-klub yang suka menabrak moralitas demi nafsu angkara jayanya.
Insiden #3: Final Piala Carling, 24 Februari 2007
Akibat perseteruan di media itu, bara api menyergap jiwa para pemain. Erupsi meledak ketika saat pertandingan berlangsung cekcok Lampard dan Fabregas, dua musuh abadi, berubah ke konflik fisik. Efek lain, John Obi Mikel, Kolo Toure, Emmanuel Adebayor diusir dari lapangan. Baik Wenger maupun Mourinho segera lompat ke lapangan untuk menenangkan suasana. Saat itu lapangan bola nyaris menjadi medan perkelahian massal bagi dua pasukan. Jika kedua panglima ini ikut panas di lapangan, dapat dipastikan akan terjadi memalukan di sepak bola. Di akhir cerita, Mourinho yang tertawa setelah gol Didier Drogba jadi sang penentu. Bahkan di turnamen kasta ketiga saja, Mou tak mau kalah dari Wenger!
Insiden #4: Urus Diri Sendiri, 27 November 2010
Setelah 3 tahun puasa bertengkar, tiba-tiba bentrok muncul usai Wenger muak melihat siasat busuk Real Madrid. Mou menyuruh dua pemain Madrid untuk diusir wasit saat lawan Ajax, agar bisa tampil lagi di 16 besar Liga Champion. "Sayang sekali itu menimpa sebuah klub besar. Jujur saja, itu terlihat mengerikan. Anda sulit menerima kejadian seperti itu," ucap Wenger.
Malu disindir seperti itu, Mourinho sontak naik pitam dan berbicara dengan 'kejam'. Kali ini dia menyebut nama Wenger sekaligus. "Daripada ngomongin Real Madrid, Tuan Wenger seharusnya bicara tentang Arsenal saja dan jelaskan bagaimana timnya bisa kalah 0-2 pertama kali dari Braga. Cerita tentang anak-anak muda sudah berlalu sebab mereka kini telah dewasa. Sagna, Clichy, Walcott, Fabregas, Song, Nasri, Van Persie, Arshavin bukan lagi anak-anak. Mereka semua pemain top," kata Mou dengan sengit di The Sun. Komentar Mourinho semakin menyakitkan diterima Wenger sebab saat itu dia sedang berjuang mengatasi bujet transfer yang minim sejak Arsenal pindah ke Emirates.
Insiden #5: Memuji Arsenal, 24 September 2012
Keunikan terbesar pada 2012. Sadar posisi di Madrid semakin tidak aman, Mourinho kali ini berbicara baik-baik tentang Wenger. Apa maksud Mou? "Saya selalu menghormati Arsene Wenger. Hal yang normal untuk saling kritik ketika kami mengelola klub di kota dan liga yang sama. Saya suka tim Arsenal sekarang lebih dari yang sebelumnya, meski menjual beberapa pemainnya. Saya suka mereka," bebernya. Orang bilang, ini gencatan senjata sementara. Mungkin.
Insiden #6: Rebutan Jovetic, 5 Juni 2013
War over Jovetic terjadi usai Mourinho resmi dipinang sebagai pelatih Chelsea untuk kedua kali. Ketika Wenger di atas angin mendapat Stevan Jovetic, Mou iku merangsek di bursa transfer. Ini merupakan indikasi awal rivalitas baru Mourinho dengan Wenger. Uniknya, begitu Wenger menarik minatnya pada striker Fiorentina itu, Mou juga mundur. Gara-gara kondisi seperti ini akhirnya justru Manchester City yang masuk dan sukses mendapat Jovetic.
Prospek 2013/14: Ke Depan
Usai Sir Alex Ferguson pensiun, sangat terbuka peluang untuk Jose Mourinho dan Arsene Wenger untuk mengontrol Premier League. Setelah kegagalan di Real Madrid, kini daya tawar Mou otomatis melemah di Inggris. Strategi Mou sepertinya ingin membangun dinasti baru, mencontek apa yang dulu dibuat Sir Alex Ferguson.
Opini Wenger tentang Mourinho sedikit berubah, minimal kulit luarnya saja. Bukan kepada intinya. "Saya pikir Chelsea sudah punya pelatih hebat di diri Rafa Benitez. Namun jika tetap berpisah, Jose Mourinho menjadi solusi yang baik. Mourinho salah satu yang terbaik di dunia," puji Wenger pada The Guardian. Wenger punya ambisi tersendiri. Namun reputasi hebatnya dalam mengembalikan dan membangun klub harus diimbangi oleh nafsu untuk meraih gelar untuk tim yang dilatihnya. Delapan tahun tanpa gelar harus segera diakhiri.
(foto: picturesdotnews/101greatgoals.com/sportkeeda/umaxit/reuters/empics/eurosport.fr)
Nama keduanya saling menghantui kapan saja berada di London. |
Mourinho menyadari, atas nama fakta, ternyata hanya dirinya dan Arsene Wenger, yang berpengalaman juara setelah tidak ada lagi Ferguson, Roberto Mancini dan Carlo Ancelotti. David Moyes dan Manuel Pellegrini jelas pesaing terberatnya. Tapi dirinya tak pernah mau menyingkirkan Wenger begitu saja. Nama ini selalu menghantuinya bila mana berada di London. Lantas bagaimana dua lagi?
Andres Villas-Boas selalu menjadi muridnya. Brendan Rodgers, pernah diminta Mou jadi salah satu pembantunya sewaktu memanajeri tim cadangan Chelsea di 2006. Tak ayal kalau semua media massa mengangkat pujian Mou untuk Wenger. The Sun memasang judul Weng' n Me Big Mates. Merangkul Wenger sebagai strategi baru memenangi kompetisi? Karena sesama Londoner, pria 175 cm itu pasti lebih menghitung AW dari yang lain.
Pengakuan Mou santer dipublikasikan media massa di Inggris. Entah kenapa dia ingin merangkul Wenger, menghormatinya sebagai senior seperti halnya Wenger kepada Ferguson dulu. Dari lubuk hati yang terdalam, tampaknya Mou memang ingin berhubungan baik dengan sang profesor, karena butuh advis Wenger untuk meminta kiatnya agar dia bisa menjadi pelatih Chelsea selama 17 tahun ke depan.
Mou mengakui ternyata Wenger orang yang menyenangkan dan mau berbagi. Dia mengaku hubungan buruknya di masa lalu dengan Wenger akibat tekanan pekerjaan yang berimbas ke masalah pribadi. Hubungan personal mereka kini membaik setelah beberapa pertemuan UEFA di Swiss, bahkan beberapa kali semeja saat santap malam dengan suasana yang harmonis.
Tidak seperti dengan Ferguson, seumur-umur Wenger dan Mourinho cuma sekali berseteru hebat secara personal. Itu tak lama setelah Special One menangani Chelsea di 2004. Penyebabnya, gara-gara Mou lambat laun karisma Wenger memudar di London.
Ketika ingin mencari tahu, masalah pun muncul dan membesar. Mou tak senang Wenger menganalisis Chelsea lebih jauh. Responsnya kelewatan sebab memakai kata voyeur kepada Wenger. Voyeur adalah istilah seksual sebagai tukang intip. Wenger murka dan siap menuntut ke pengadilan seraya memaki Mou sebagai stupid people.
Ingatan di sepak bola biasanya pendek, tiada yang berumur panjang. |
"Ada beberapa orang yang, saat di rumah, punya teleskop besar untuk melihat apa yang terjadi di keluarga lain. Dia khawatir dengan kami, selalu berbicara tentang kami. Chelsea, Chelsea, Chelsea, Chelsea! Saya tidak tahu apakah dia menginginkan pekerjaan saya. Dia mencintai Chelsea," hardik Mou kala itu.
Berganti Haluan
Pasalnya Wenger lagi sensitif melihat sepak terjang Roman Abramovich. Bentroknya dengan Ferguson tengah memanas, setelah kampanye immortallity-nya terhenti di musim 2004/05 itu. Naluri militernya mengatakan Mou ingin memancing di air keruh. Ia pun bereaksi, sangat tajam. "Tatkala Anda memberi kesuksesan kepada orang-orang tolol, terkadang itu sama saja menjadikan mereka lebih tolol lagi," balas sang profesor sengit, yang tidak pernah direspons sekalipun oleh Mourinho waktu itu.
Hari-hari ke depan adalah hari-hari berhitung. "Arsene Wenger pria yang baik. Kami tak akan punya masalah lagi. Saya amat respek dengannya, dan tak mau menjudikan (hubungan) untuk setiap masalah," janji Mou, pria yang semasa aktif jadi pemain (1980-87) berposisi sebagai gelandang bertahan itu.
"Saat Anda tak berada di satu liga, tak berlaga satu sama lain, mengenal orang jadi lebih mudah, lebih mendalam. Sangat mudah berdiskusi tentang sepak bola, dan Wenger itu orang yang sangat hebat, " puji lagi lelaki kelahiran Setubal, 26 Januari 1963 itu.
Hubungan dua manajer klub London yang paling terkemuka itu membaik setelah mereka justru sering bersua dengan suasana lebih cair, atmosfir lebih baik, di rapat rutin UEFA, di EURO, di Piala Dunia. Mou mengaku kagum dan menikmati cara keterbukaan Wenger beropini soal apapun kepadanya.
Mengakui ternyata Wenger orang yang menyenangkan dan mau berbagi. |
Mou menghormati Wenger karena bahagia di Arsenal, karena apa yang telah dilakukannya. "Seperti Anda ketahui, dia punya kesempatan pergi sebab banyak klub yang tertarik padanya. Ia menolak dan bertahan di Arsenal, karena kecintaannya, karena dia punya harapan untuk masa depan. Itu yang membuat saya menghormatinya."
Panorama Rivalitas Wenger vs Mourinho
Kalau dengan Ferguson butuh 17 tahun, maka dengan Mourinho, Wenger cukup tiga musim menjadi musuh profesionalnya. Saking bencinya, kedua pria beda generasi ini melanjutkan rivalitasnya ketika pria Portugal itu melatih Internazionale dan Real Madrid. Bergabungnya kembali Mou ke Chelsea pada awal musim 2013/14 diramalkan akan melahirkan babak baru persaingan mereka.Insiden #1: The Voyeur, 30 Oktober 2005
Lantaran terus kesal dengan ulah Roman Abramovich, yang sejak 2003 mengubah lanskap kekuatan dan Premier League, Wenger jadi terbiasa membahas Ch€£$ki. Uniknya, Abramovich ogah menanggapi. Barangkali, memang dia mustahil melakukannya. Tapi tidak dengan karyawan terbaiknya. Justru Mourinho si manajer Chelsea yang tersinggung.
Puncaknya ia berkomentar sinis. Voyeur adalah istilah psikologi untuk menjuluki pria yang senang mengintip wanita telanjang atau sedang mandi. Wenger langsung naik pitam karena tersinggung berat, dan mengancam menuntut Mourinho ke pengadilan bila tidak ada permintaan maaf. Mou akhirnya minta maaf. Keduanya berdamai, namun ini hanya untuk sementara.
Insiden #2: Cekcok Prestasi, 23 Februari 2007
Jelang final Carling Cup di Cardiff, Wenger merespons karakteristik manajer hebat versi sang rival. Mou bilang betapa medali Liga Champion memberinya status Great Manager. Dengan nalurinya, Wenger segera memberi opini baru. Maklum, dia telak kena sindir lantaran belum pernah meraih titel tertinggi di sepak bola Eropa itu. "Banyak manajer yang meraih trofi Liga Champion tidak patut disebut manajer hebat. Yang terpenting adalah melihat perjalanan karier seseorang 10, 15, atau 20 tahun. Kualitas apa saja yang telah Anda berikan kepada sepak bola?
"Bagaimana konsistensi Anda saat melakukannya? Jika setiap manajer diberikan sumber daya dengan jumlah yang sama untuk masa lima tahun, lihat siapa yang paling banyak menghasilkan pemain berkualitas," ucap Wenger yang jelas sekali menohok apapun pencapaian Mourinho sejauh ini. Tak pelak ini sindiran tajam kepada Mourinho tanpa menyebut namanya, yang selalu di mata Wenger dianggap bisa meraih banyak juara karena cuma pandai merangkai kelebihan-kelebihan para pemain yang telah jadi, bintang yang paripurna; bukan membangunnya. Juga dana berlimpah, bos-bos ambisius, klub-klub yang suka menabrak moralitas demi nafsu angkara jayanya.
Insiden #3: Final Piala Carling, 24 Februari 2007
Akibat perseteruan di media itu, bara api menyergap jiwa para pemain. Erupsi meledak ketika saat pertandingan berlangsung cekcok Lampard dan Fabregas, dua musuh abadi, berubah ke konflik fisik. Efek lain, John Obi Mikel, Kolo Toure, Emmanuel Adebayor diusir dari lapangan. Baik Wenger maupun Mourinho segera lompat ke lapangan untuk menenangkan suasana. Saat itu lapangan bola nyaris menjadi medan perkelahian massal bagi dua pasukan. Jika kedua panglima ini ikut panas di lapangan, dapat dipastikan akan terjadi memalukan di sepak bola. Di akhir cerita, Mourinho yang tertawa setelah gol Didier Drogba jadi sang penentu. Bahkan di turnamen kasta ketiga saja, Mou tak mau kalah dari Wenger!
Insiden #4: Urus Diri Sendiri, 27 November 2010
Setelah 3 tahun puasa bertengkar, tiba-tiba bentrok muncul usai Wenger muak melihat siasat busuk Real Madrid. Mou menyuruh dua pemain Madrid untuk diusir wasit saat lawan Ajax, agar bisa tampil lagi di 16 besar Liga Champion. "Sayang sekali itu menimpa sebuah klub besar. Jujur saja, itu terlihat mengerikan. Anda sulit menerima kejadian seperti itu," ucap Wenger.
Malu disindir seperti itu, Mourinho sontak naik pitam dan berbicara dengan 'kejam'. Kali ini dia menyebut nama Wenger sekaligus. "Daripada ngomongin Real Madrid, Tuan Wenger seharusnya bicara tentang Arsenal saja dan jelaskan bagaimana timnya bisa kalah 0-2 pertama kali dari Braga. Cerita tentang anak-anak muda sudah berlalu sebab mereka kini telah dewasa. Sagna, Clichy, Walcott, Fabregas, Song, Nasri, Van Persie, Arshavin bukan lagi anak-anak. Mereka semua pemain top," kata Mou dengan sengit di The Sun. Komentar Mourinho semakin menyakitkan diterima Wenger sebab saat itu dia sedang berjuang mengatasi bujet transfer yang minim sejak Arsenal pindah ke Emirates.
Insiden #5: Memuji Arsenal, 24 September 2012
Keunikan terbesar pada 2012. Sadar posisi di Madrid semakin tidak aman, Mourinho kali ini berbicara baik-baik tentang Wenger. Apa maksud Mou? "Saya selalu menghormati Arsene Wenger. Hal yang normal untuk saling kritik ketika kami mengelola klub di kota dan liga yang sama. Saya suka tim Arsenal sekarang lebih dari yang sebelumnya, meski menjual beberapa pemainnya. Saya suka mereka," bebernya. Orang bilang, ini gencatan senjata sementara. Mungkin.
Insiden #6: Rebutan Jovetic, 5 Juni 2013
War over Jovetic terjadi usai Mourinho resmi dipinang sebagai pelatih Chelsea untuk kedua kali. Ketika Wenger di atas angin mendapat Stevan Jovetic, Mou iku merangsek di bursa transfer. Ini merupakan indikasi awal rivalitas baru Mourinho dengan Wenger. Uniknya, begitu Wenger menarik minatnya pada striker Fiorentina itu, Mou juga mundur. Gara-gara kondisi seperti ini akhirnya justru Manchester City yang masuk dan sukses mendapat Jovetic.
Prospek 2013/14: Ke Depan
Usai Sir Alex Ferguson pensiun, sangat terbuka peluang untuk Jose Mourinho dan Arsene Wenger untuk mengontrol Premier League. Setelah kegagalan di Real Madrid, kini daya tawar Mou otomatis melemah di Inggris. Strategi Mou sepertinya ingin membangun dinasti baru, mencontek apa yang dulu dibuat Sir Alex Ferguson.
Opini Wenger tentang Mourinho sedikit berubah, minimal kulit luarnya saja. Bukan kepada intinya. "Saya pikir Chelsea sudah punya pelatih hebat di diri Rafa Benitez. Namun jika tetap berpisah, Jose Mourinho menjadi solusi yang baik. Mourinho salah satu yang terbaik di dunia," puji Wenger pada The Guardian. Wenger punya ambisi tersendiri. Namun reputasi hebatnya dalam mengembalikan dan membangun klub harus diimbangi oleh nafsu untuk meraih gelar untuk tim yang dilatihnya. Delapan tahun tanpa gelar harus segera diakhiri.
(foto: picturesdotnews/101greatgoals.com/sportkeeda/umaxit/reuters/empics/eurosport.fr)