KIRA-KIRA setahun lalu, saya terlongo-longo dengan munculnya sosok yang semudah membalikkan telapak tangan tiba-tiba saja membeli Chelsea FC. Bak meteor liar lepas dari edarnya, secepat itu pula namanya mulai tercetak di pelbagai surat kabar sejagat hingga sekarang. Roman Abramovich, orang yang dimaksud itu, membeli saham Chelsea Village milik Ken Bates, Juli 2003, sebesar 59,3 juta pound.
Ia juga melunasi 80 juta pound utang klub kesukaan mantan PM Inggris John Major tersebut. Dalam sekejap imperium yang dibangun Bates sejak 1991 itu pun pindah tangan dan nama Che£$ki mulai berkumandang.
Mengarungi musim pertamanya, pria 37 tahun yang berwajah imut itu kembali menyuntik Chelsea dengan dana 120 juta pound untuk belanja pemain. Hasilnya runner-up liga dan semifinalis Liga Champion digapai, prestasi yang selama 22 tahun belum pernah dirasakan Bates.
London pun heboh, terutama London Stock Exchange. Inggris geger. Manchester United dan Arsenal mulai menggigil. Bos-bos Real Madrid dan AC Milan juga langsung konsolidasi diri dengan lebih sering menjamu makan malam para akuntan dan pengacaranya. Secara substansial yang dihadapi bukan lagi Frank Lampard cs. atau Jose Mourinho, melainkan si lugu yang punya "pohon uang". Menghadapi orang naif model begini, apalagi kaya raya dan berkuasa, jauh lebih berat ketimbang urusan apa pun di lapangan hijau. Siapa pun setuju.
Selama ini Abramovich sudah melecehkan dua pesaing di Inggris dan Eropa itu seolah menepuk dada. Caranya menawar tinggi Ruud van Nistelrooy, Thierry Henry, David Beckham, dan Andriy Shevchenko sekaligus! Terasa main-main, tapi tolong jangan anggap remeh keseriusannya. Red Devils paling tertikam. Bayangkan CEO-nya saja, Peter Kenyon, bisa diangkut ke Stamford Bridge.
Itu membuat eksistensi Sir Alex Ferguson atau Silvio Berlusconi terancam. Akhirnya lamunan saya berhenti setelah menyadari tindak tanduk Abramovich. Repot memang meladeni orang sok tahu. Abramovich berlagak tahu, itu bisa diperdebatkan. Tapi, secara nalar, orang terkaya ke-25 di dunia jelas tak tahu bola. Ia sangka dengan punya gudang uang, maka "Abrakadabra!", ia bisa meraih apa saja termasuk harga diri. No way, Kamerad!
Dalam wawancaranya dengan harian olah raga Spanyol Marca, Claudio Ranieri mengaku sudah tidak tahan lagi dengan perasaannya. "Bisnis tak bisa memecahkan masalah sepak bola. Sejak tiba dia sudah ngebet pada Sven," kata pria berjulukan "Si Tukang Patri" itu.
Sven-Goran Eriksson merasa tersanjung, tapi Abramovich telah menampar rasa kebanggaan dan historisnya. Ketika si naif bertemu dengan si playboy, yang muncul adalah sebuah basa-basi belaka. Aura, sikap, dan sifat keduanya tidak nyambung sama sekali. Yang ada di otak si Rusia adalah uang, sedang di benak si Swedia adalah wanita. "Saya seperti ditusuk pedang! Jika saya memberi titel juara Liga Champion pun, saya tetap dipecat," beber Ranieri.
Abramovich segera menitahkan patihnya menyiapkan cek 6 juta pound untuk pesangon Ranieri. Kalau si lugu mengerti sepak bola, tentu ia mengurungkannya saat Chelsea tengah berada di semifinal Liga Champion. "Dia tak tahu apa-apa soal sepak bola. Itu amat memalukan. Jika ia mengerti prestasi tim saya, harusnya ia memberi wewenang saya untuk menguatkan tim," tutur si Italia, yang kembali ke Valencia. Perlu juga dipikirkan bahwa jika si Roman tahu sepak bola, kenapa ia membeli bintang-bintang kelas dua, bukan pelatih kawakan?
Soal ini, Abramovich kalah telak dari Berlusconi, yang kerap mengatur strategi Rossoneri dari meja kerjanya di Milano. Tidak seperti PM Italia itu, agaknya jalan Abramovich untuk menghuni istana Kremlin makin terjal. Karakter Abramovich cuma terlihat dan terasa pada uangnya, bukan sosoknya. Dua gol di dua partai awal musim ini - bandingkan dengan 9 gol Arsenal - sudah bicara banyak. Mourinho tidak sebanding dengan Arsene Wenger. Di London, si merah tetap yakin lebih hebat dari si biru.
Sampai sekarang pun banyak rakyat Inggris sulit mengerti betapa kaya rayanya pria yang belum memenuhi persyaratan life begins at 40 - yang mereka anut - itu. Sungguh mencengangkan sebab Roman si anak yatim piatu itu baru berusia 37 tahun! Di Britania Raya, Gubernur Provinsi Chukotka di Siberia itu menggusur raja susu kotak Hans Rausing, yang telah bercokol empat tahun di puncak, sebagai the Richest Person kata The Daily Mail. Kekayaannya ditaksir melebihi 7,2 miliar pound. Bisa untuk membeli Chelsea 51 kali.
*****
MENURUT Fortune, kekayaan Abramovich 10,6 miliar dolar AS dan ada lima tingkat di atas Berlusconi (10,0), di posisi ke-30, sebagai 100 world's richest people. Posisi Roman naik terus. Nomor 363 di 2001, 127 di 2002, 49 di 2003. Dan kini 25.
Di negerinya sendiri Abramovich berada di urutan dua dengan 12,5 miliar dolar AS, di bawah gurunya yang tengah dibui, Mikhail Khodorkovsky (15,2). Ini menurut Russia's Golden Hundred terbitan Forbes edisi khusus Rusia. Buku itu jadi kontroversial karena kemudian editornya, Paul Khlebnikov (41), tewas ditembak medio Juli lalu.
Pria Rusia berkewarganegaraan AS ini dikenal sebagai spesialis pembongkar dunia hitam, menjamurnya kekerasan, kekuasaan, dan uang yang di Negeri Tirai Besi. Memang sudah suratan. Andai saja Khlebnikov jago menyamar bak Val Kilmer di film The Saint.... Siapa yang menembak? Menurut Mosnews gampang saja, pasti salah satu dari 100 orang terkaya itu. Nah!
Populasi mahajutawan Rusia memang keterlaluan. Negeri ini memiliki 25 orang terjaya sedunia, ketiga terbesar setelah AS (279) dan Jerman (52). Bahkan kata Valentina Akimova, staf Kementerian Pajak Rusia, negerinya punya 84 ribu miliuner! Hitungannya, karena sejumlah itulah yang membayar pajak antara 1-10 juta rubel (340 ribu dolar AS). Ironisnya, booming ini terjadi setelah Uni Soviet ambruk pada 1991. Di era Boris Yeltsin, industri metalurgi-minyak dan gas-berjaya. Semua kecipratan rezeki, termasuk Khodorkovsky dan Abramovich.
Inggris selalu dibuat bingung oleh kekayaan. Negeri ini paling menghargai ilmu pengetahuan melalui The Royal Society, yang pernah diketuai Sir Isaac Newton sampai Stephen Hawking. Namun, sudah jadi dalil bahwa orang-orang terkaya kerap mengabaikan pendidikan. Mereka bukannya tidak pintar, malah jenius. Selain Abramovich, contohnya William Henry Gates III alias Bill Gates, yang mapan sebagai the First Richest-man in the Free World justru setelah drop-out dari Universitas Harvard.
Akan tetapi otak mereka selalu dipenuhi bisnis, yang didasari ekonomi. Ilmu ekonomi mengilhami politik. Basis ilmu politik adalah ilmu perang. Abramovich juga selalu bikin bingung lawan-lawannya. Ia tak pernah berkoar-koar dan bermain cantik, tapi bisa liar ketika menginginkan sesuatu.
Ketenangannya bak patung Lenin di tengah kota. Diam, kalem namun penuh magis. "Roman sinar mataharinya London," puji Pro Sport Magazine. Kekayaan bisa datang dari warisan atau kegigihan. Penentunya adalah luck, trick, and Machiavellism. Sejak 1974, Ivan Illich, pakar politik dan sosial paling radikal, memprotes fungsi utama sekolah lewat buku kontroversial After Deschooling, What? Begitu juga Robert Kiyosaky pada antologi Rich Dad, Poor Dad.
Cerita Abramovich terus mengalir tiada henti. Di Rusia ia telah membuat Chelsea II, yakni CSKA Moskva. Belum lagi misalnya pesawat pribadi teranyarnya, Boeing 767, yang baru dibeli dengan harga yang ditaksir 1 miliar dolar AS, yang menyamai keamanan dan kenyamanan Air-Force One.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada banyak arti roman. Ia bisa dipecah sedikitnya menjadi 15 macam, antara lain roman berangsur, bertendensi, detektif, sejarah, sosial atau psikologi dan sebagainya. Roman juga punya lima makna. Bisa wajah, cerita cinta, atau sejenis huruf. Secara definitif ia adalah kisah lengkap jalan hidup seseorang yang berhubungan dengan adat, ekonomi, sosial, lingkungan, atau pandangan hidup. Ternyata satu roman bisa mewakili multi kisah itu. Dia adalah Roman "Abrakadabra" Abramovich.
(foto: istimewa)
Ia juga melunasi 80 juta pound utang klub kesukaan mantan PM Inggris John Major tersebut. Dalam sekejap imperium yang dibangun Bates sejak 1991 itu pun pindah tangan dan nama Che£$ki mulai berkumandang.
Mengarungi musim pertamanya, pria 37 tahun yang berwajah imut itu kembali menyuntik Chelsea dengan dana 120 juta pound untuk belanja pemain. Hasilnya runner-up liga dan semifinalis Liga Champion digapai, prestasi yang selama 22 tahun belum pernah dirasakan Bates.
London pun heboh, terutama London Stock Exchange. Inggris geger. Manchester United dan Arsenal mulai menggigil. Bos-bos Real Madrid dan AC Milan juga langsung konsolidasi diri dengan lebih sering menjamu makan malam para akuntan dan pengacaranya. Secara substansial yang dihadapi bukan lagi Frank Lampard cs. atau Jose Mourinho, melainkan si lugu yang punya "pohon uang". Menghadapi orang naif model begini, apalagi kaya raya dan berkuasa, jauh lebih berat ketimbang urusan apa pun di lapangan hijau. Siapa pun setuju.
Selama ini Abramovich sudah melecehkan dua pesaing di Inggris dan Eropa itu seolah menepuk dada. Caranya menawar tinggi Ruud van Nistelrooy, Thierry Henry, David Beckham, dan Andriy Shevchenko sekaligus! Terasa main-main, tapi tolong jangan anggap remeh keseriusannya. Red Devils paling tertikam. Bayangkan CEO-nya saja, Peter Kenyon, bisa diangkut ke Stamford Bridge.
Itu membuat eksistensi Sir Alex Ferguson atau Silvio Berlusconi terancam. Akhirnya lamunan saya berhenti setelah menyadari tindak tanduk Abramovich. Repot memang meladeni orang sok tahu. Abramovich berlagak tahu, itu bisa diperdebatkan. Tapi, secara nalar, orang terkaya ke-25 di dunia jelas tak tahu bola. Ia sangka dengan punya gudang uang, maka "Abrakadabra!", ia bisa meraih apa saja termasuk harga diri. No way, Kamerad!
Dalam wawancaranya dengan harian olah raga Spanyol Marca, Claudio Ranieri mengaku sudah tidak tahan lagi dengan perasaannya. "Bisnis tak bisa memecahkan masalah sepak bola. Sejak tiba dia sudah ngebet pada Sven," kata pria berjulukan "Si Tukang Patri" itu.
Sven-Goran Eriksson merasa tersanjung, tapi Abramovich telah menampar rasa kebanggaan dan historisnya. Ketika si naif bertemu dengan si playboy, yang muncul adalah sebuah basa-basi belaka. Aura, sikap, dan sifat keduanya tidak nyambung sama sekali. Yang ada di otak si Rusia adalah uang, sedang di benak si Swedia adalah wanita. "Saya seperti ditusuk pedang! Jika saya memberi titel juara Liga Champion pun, saya tetap dipecat," beber Ranieri.
Abramovich segera menitahkan patihnya menyiapkan cek 6 juta pound untuk pesangon Ranieri. Kalau si lugu mengerti sepak bola, tentu ia mengurungkannya saat Chelsea tengah berada di semifinal Liga Champion. "Dia tak tahu apa-apa soal sepak bola. Itu amat memalukan. Jika ia mengerti prestasi tim saya, harusnya ia memberi wewenang saya untuk menguatkan tim," tutur si Italia, yang kembali ke Valencia. Perlu juga dipikirkan bahwa jika si Roman tahu sepak bola, kenapa ia membeli bintang-bintang kelas dua, bukan pelatih kawakan?
Soal ini, Abramovich kalah telak dari Berlusconi, yang kerap mengatur strategi Rossoneri dari meja kerjanya di Milano. Tidak seperti PM Italia itu, agaknya jalan Abramovich untuk menghuni istana Kremlin makin terjal. Karakter Abramovich cuma terlihat dan terasa pada uangnya, bukan sosoknya. Dua gol di dua partai awal musim ini - bandingkan dengan 9 gol Arsenal - sudah bicara banyak. Mourinho tidak sebanding dengan Arsene Wenger. Di London, si merah tetap yakin lebih hebat dari si biru.
Sampai sekarang pun banyak rakyat Inggris sulit mengerti betapa kaya rayanya pria yang belum memenuhi persyaratan life begins at 40 - yang mereka anut - itu. Sungguh mencengangkan sebab Roman si anak yatim piatu itu baru berusia 37 tahun! Di Britania Raya, Gubernur Provinsi Chukotka di Siberia itu menggusur raja susu kotak Hans Rausing, yang telah bercokol empat tahun di puncak, sebagai the Richest Person kata The Daily Mail. Kekayaannya ditaksir melebihi 7,2 miliar pound. Bisa untuk membeli Chelsea 51 kali.
*****
MENURUT Fortune, kekayaan Abramovich 10,6 miliar dolar AS dan ada lima tingkat di atas Berlusconi (10,0), di posisi ke-30, sebagai 100 world's richest people. Posisi Roman naik terus. Nomor 363 di 2001, 127 di 2002, 49 di 2003. Dan kini 25.
Di negerinya sendiri Abramovich berada di urutan dua dengan 12,5 miliar dolar AS, di bawah gurunya yang tengah dibui, Mikhail Khodorkovsky (15,2). Ini menurut Russia's Golden Hundred terbitan Forbes edisi khusus Rusia. Buku itu jadi kontroversial karena kemudian editornya, Paul Khlebnikov (41), tewas ditembak medio Juli lalu.
Pria Rusia berkewarganegaraan AS ini dikenal sebagai spesialis pembongkar dunia hitam, menjamurnya kekerasan, kekuasaan, dan uang yang di Negeri Tirai Besi. Memang sudah suratan. Andai saja Khlebnikov jago menyamar bak Val Kilmer di film The Saint.... Siapa yang menembak? Menurut Mosnews gampang saja, pasti salah satu dari 100 orang terkaya itu. Nah!
Populasi mahajutawan Rusia memang keterlaluan. Negeri ini memiliki 25 orang terjaya sedunia, ketiga terbesar setelah AS (279) dan Jerman (52). Bahkan kata Valentina Akimova, staf Kementerian Pajak Rusia, negerinya punya 84 ribu miliuner! Hitungannya, karena sejumlah itulah yang membayar pajak antara 1-10 juta rubel (340 ribu dolar AS). Ironisnya, booming ini terjadi setelah Uni Soviet ambruk pada 1991. Di era Boris Yeltsin, industri metalurgi-minyak dan gas-berjaya. Semua kecipratan rezeki, termasuk Khodorkovsky dan Abramovich.
Inggris selalu dibuat bingung oleh kekayaan. Negeri ini paling menghargai ilmu pengetahuan melalui The Royal Society, yang pernah diketuai Sir Isaac Newton sampai Stephen Hawking. Namun, sudah jadi dalil bahwa orang-orang terkaya kerap mengabaikan pendidikan. Mereka bukannya tidak pintar, malah jenius. Selain Abramovich, contohnya William Henry Gates III alias Bill Gates, yang mapan sebagai the First Richest-man in the Free World justru setelah drop-out dari Universitas Harvard.
Akan tetapi otak mereka selalu dipenuhi bisnis, yang didasari ekonomi. Ilmu ekonomi mengilhami politik. Basis ilmu politik adalah ilmu perang. Abramovich juga selalu bikin bingung lawan-lawannya. Ia tak pernah berkoar-koar dan bermain cantik, tapi bisa liar ketika menginginkan sesuatu.
Ketenangannya bak patung Lenin di tengah kota. Diam, kalem namun penuh magis. "Roman sinar mataharinya London," puji Pro Sport Magazine. Kekayaan bisa datang dari warisan atau kegigihan. Penentunya adalah luck, trick, and Machiavellism. Sejak 1974, Ivan Illich, pakar politik dan sosial paling radikal, memprotes fungsi utama sekolah lewat buku kontroversial After Deschooling, What? Begitu juga Robert Kiyosaky pada antologi Rich Dad, Poor Dad.
Cerita Abramovich terus mengalir tiada henti. Di Rusia ia telah membuat Chelsea II, yakni CSKA Moskva. Belum lagi misalnya pesawat pribadi teranyarnya, Boeing 767, yang baru dibeli dengan harga yang ditaksir 1 miliar dolar AS, yang menyamai keamanan dan kenyamanan Air-Force One.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada banyak arti roman. Ia bisa dipecah sedikitnya menjadi 15 macam, antara lain roman berangsur, bertendensi, detektif, sejarah, sosial atau psikologi dan sebagainya. Roman juga punya lima makna. Bisa wajah, cerita cinta, atau sejenis huruf. Secara definitif ia adalah kisah lengkap jalan hidup seseorang yang berhubungan dengan adat, ekonomi, sosial, lingkungan, atau pandangan hidup. Ternyata satu roman bisa mewakili multi kisah itu. Dia adalah Roman "Abrakadabra" Abramovich.
(foto: istimewa)