Setelah melihat kiprahnya nan mengagumkan itu, the next question is... adalah tentang target utama Arsenal musim ini. Untuk meraih kekuasaaan baru Eropa atau sekedar mempertahankan hegemoni domestik? Ke arah mana Arsene Wenger membidikkan meriam perangnya?
Seperti biasa, sang moncong telah diarahkan ke empat penjuru mata angin: Liga Champion, English Premier League (EPL), Piala FA, dan Piala Liga. Hampir pasti Wenger akan mengisi mesin perang dengan amunisi berbeda-beda. Meraup semuanya di tengah persaingan kian ketat bisa dibilang sesuatu yang musykil. Jangankan quadruple winners atau treble winners, mengulangi titel dobel seperti 1997/98 dan 2001/02 untuk musim ini saja dipastikan sulit.
Malah Arsenal sering sial. Seluruh gelar bisa luput di saat-saat akhir seperti di 1998/99, 1999/00, 2000/01 dan 2002/03. Musim lalu The Gunners masih beruntung. Dari tiga ajang yang sudah 2-3 langkah lagi menuju final, akhirnya cuma juara Premiership yang diraih. Untuk Piala Liga misalnya, di arena yang kini bernama Carling Cup, Arsenal paling nothing to loose, tanpa beban. Juara syukur, gagal ya tidak apa-apa asal dampaknya positif.
Bukan sebuah rahasia jika turnamen ini adalah lahan untuk mematangkan skuad keduanya. Di sini, jika mereka bersua tim kuat berformasi inti, maka aksi menguras tenaga lawan saja bisa disebut sukses. Begitu juga di ajang tradisional Piala FA. Meski tetap ngotot lantaran punya rekor bagus, 9 kali juara, namun karena soal prestisiusnya jelas masih di bawah EPL dan Liga Champion.
Sebagian orang percaya bahwa juara Eropa-lah, dengan merebut titel Liga Champion tentunya, yang akan diuber The Gunners. Pasalnya seumur-umur Arsenal belum pernah mencicipinya. Soal ini, bisa jadi hal itu bukan obsesi Arsenal saja tetapi Londoners, masyarakat London. So, boleh diyakini bahwa mereka akan didukung penuh mayoritas penduduk. Dan itu seharusnya menambah spirit perjuangan. Amat ironis sebagai salah satu kota elite Britania bahkan Eropa, London justru belum pernah disinggahi trofi. Manchester, Nottingham, Birmingham dan Glasgow saja pernah.
Demi menghindari kesalahan serupa, Monsieur Wenger mulai bosan menjudikan kariernya. Timnya kini berada di pole position sebagai juara Eropa. Ia yakin kendala Arsenal untuk meraih mimpi Eropa tinggal mengatasi mental blok. Dan lelaki asal Strasbourg yang menerima gelar OBE (Order of British Empire) dari Ratu Elizabeth II pada 1993 itu sangat menyesal di musim lalu Arsenal bukannya disingkirkan Madrid, Milan atau Juventus, tetapi Chelsea!
Pengakuan Ljungberg
Wenger juga terobsesi oleh Ajax. Karena pernah tiga kali menjuarai Liga Champion, De Amsterdammers tetap punya reputasi Eropa walau kekuatannya kini patut dipertanyakan. Kehebatan mereka justru muncul di pentas Eropa. Ini soal tradisi, dan Arsenal sama sekali belum masuk ke situ.
"Klub besar harus memenangkan sesuatu yang besar. Tentu saja saya berusaha meraihnya. Saya menginginkannya seperti yang mereka mau. Sejak di sini, saya merasa hal itu semakin dekat tiap tahun," kata si profesor yang dalam 7 tahun di Highbury memberi London Les Rouges enam titel (tiga kali juara liga dan tiga kali juara Piala FA) itu.
Secara pribadi bahkan pria kelahiran 22 September 1949 ini mengaku belum menjadi seorang manajer sejati jika belum mengusung dan mencium trofi Eropa. Itu menjadi tantangan terbesar dalam kariernya. Untuk itu, ia siap menambah term kontraknya yang hingga Juni 2005, pada bulan ini.
Sebenarnya jika mau, ayah dari Leah - seorang putri hasil perkawinannya dengan Annie Brosterhous - itu bisa saja menerima rayuan Real Madrid yang memburunya hingga kini. Percayalah, tampaknya Le Boss baru mau menangani Los Galacticos setelah membawa trofi Liga Champion ke London. Jadi target utama Arsenal musim ini Liga Champion? Eit, tunggu dulu. Belum tentu! Pengakuan salah satu 'mesin perangnya' malah sebaliknya.
Dengan kata lain, kekuasaan di liga demi melanggengkan hegemoni domestik, yang baru direbut dari tangan Manchester United, masih menjadi prioritas. Prinsip ini ternyata menempel kuat di benak para pemain. "Prioritas kami adalah menguasai The Premiership, baru setelah itu menjuarai Liga Champion. Ada hasrat mencapai yang terbaik di Eropa, tetapi sukses di Inggris tetap paling penting buat saya," kata Fredrik 'Freddie' Ljungberg.
Andai ukurannya waktu, maka Wenger butuh 5-6 musim lagi bersama Arsenal. Cukup dua titel lagi, maka The Gunners akan menyamai rekor The Red Devils yang 15 kali juara liga, atau 5-6 gelar untuk mengubur rekor 18 kali punya Liverpool. "Lagipula si bos pernah bilang ia ingin sekali Arsenal menguasai Inggris, dan jika kami bisa melakukannya, sukses Eropa cepat atau lambat akan datang," beber attacking-midfielder asal Swedia yang juga sempat dirayu Real Madrid.
Percaya mana, Wenger atau Ljungberg? Bisakah keduanya berjalan berendengan? Semuanya bergantung persediaan amunisi di gudang senjata Highbury. Selama ini bombardiran Arsenal di Inggris bikin takut semua klub, 24 gol dari tujuh petualangan termasuk kala menggebuk Manchester United 3-1 di Charity Shield. Tapi kenapa di awal pentas Eropa, mereka hanya menang 1-0 di Highbury atas PSV Eindhoven, itupun lewat gol bunuh diri?
Usai pertandingan, Monsieur Wenger mengaku timnya masih dihantui trauma kala digulung Internazionale 0-3 di partai perdana musim lalu. Berikutnya, yang dinanti adalah ampuh tidaknya meriam-meriam Wenger menembaki Eropa. Jika Arsenal tersingkir sebelum waktunya, berarti rencana B pasti akan digenjot habis Le Boss. Dan itu menjadi kabar buruk bagi Chelsea, Manchester United, atau Liverpool.
Seperti biasa, sang moncong telah diarahkan ke empat penjuru mata angin: Liga Champion, English Premier League (EPL), Piala FA, dan Piala Liga. Hampir pasti Wenger akan mengisi mesin perang dengan amunisi berbeda-beda. Meraup semuanya di tengah persaingan kian ketat bisa dibilang sesuatu yang musykil. Jangankan quadruple winners atau treble winners, mengulangi titel dobel seperti 1997/98 dan 2001/02 untuk musim ini saja dipastikan sulit.
Malah Arsenal sering sial. Seluruh gelar bisa luput di saat-saat akhir seperti di 1998/99, 1999/00, 2000/01 dan 2002/03. Musim lalu The Gunners masih beruntung. Dari tiga ajang yang sudah 2-3 langkah lagi menuju final, akhirnya cuma juara Premiership yang diraih. Untuk Piala Liga misalnya, di arena yang kini bernama Carling Cup, Arsenal paling nothing to loose, tanpa beban. Juara syukur, gagal ya tidak apa-apa asal dampaknya positif.
Bukan sebuah rahasia jika turnamen ini adalah lahan untuk mematangkan skuad keduanya. Di sini, jika mereka bersua tim kuat berformasi inti, maka aksi menguras tenaga lawan saja bisa disebut sukses. Begitu juga di ajang tradisional Piala FA. Meski tetap ngotot lantaran punya rekor bagus, 9 kali juara, namun karena soal prestisiusnya jelas masih di bawah EPL dan Liga Champion.
Sebagian orang percaya bahwa juara Eropa-lah, dengan merebut titel Liga Champion tentunya, yang akan diuber The Gunners. Pasalnya seumur-umur Arsenal belum pernah mencicipinya. Soal ini, bisa jadi hal itu bukan obsesi Arsenal saja tetapi Londoners, masyarakat London. So, boleh diyakini bahwa mereka akan didukung penuh mayoritas penduduk. Dan itu seharusnya menambah spirit perjuangan. Amat ironis sebagai salah satu kota elite Britania bahkan Eropa, London justru belum pernah disinggahi trofi. Manchester, Nottingham, Birmingham dan Glasgow saja pernah.
Demi menghindari kesalahan serupa, Monsieur Wenger mulai bosan menjudikan kariernya. Timnya kini berada di pole position sebagai juara Eropa. Ia yakin kendala Arsenal untuk meraih mimpi Eropa tinggal mengatasi mental blok. Dan lelaki asal Strasbourg yang menerima gelar OBE (Order of British Empire) dari Ratu Elizabeth II pada 1993 itu sangat menyesal di musim lalu Arsenal bukannya disingkirkan Madrid, Milan atau Juventus, tetapi Chelsea!
Pengakuan Ljungberg
Wenger juga terobsesi oleh Ajax. Karena pernah tiga kali menjuarai Liga Champion, De Amsterdammers tetap punya reputasi Eropa walau kekuatannya kini patut dipertanyakan. Kehebatan mereka justru muncul di pentas Eropa. Ini soal tradisi, dan Arsenal sama sekali belum masuk ke situ.
"Klub besar harus memenangkan sesuatu yang besar. Tentu saja saya berusaha meraihnya. Saya menginginkannya seperti yang mereka mau. Sejak di sini, saya merasa hal itu semakin dekat tiap tahun," kata si profesor yang dalam 7 tahun di Highbury memberi London Les Rouges enam titel (tiga kali juara liga dan tiga kali juara Piala FA) itu.
Secara pribadi bahkan pria kelahiran 22 September 1949 ini mengaku belum menjadi seorang manajer sejati jika belum mengusung dan mencium trofi Eropa. Itu menjadi tantangan terbesar dalam kariernya. Untuk itu, ia siap menambah term kontraknya yang hingga Juni 2005, pada bulan ini.
Sebenarnya jika mau, ayah dari Leah - seorang putri hasil perkawinannya dengan Annie Brosterhous - itu bisa saja menerima rayuan Real Madrid yang memburunya hingga kini. Percayalah, tampaknya Le Boss baru mau menangani Los Galacticos setelah membawa trofi Liga Champion ke London. Jadi target utama Arsenal musim ini Liga Champion? Eit, tunggu dulu. Belum tentu! Pengakuan salah satu 'mesin perangnya' malah sebaliknya.
Dengan kata lain, kekuasaan di liga demi melanggengkan hegemoni domestik, yang baru direbut dari tangan Manchester United, masih menjadi prioritas. Prinsip ini ternyata menempel kuat di benak para pemain. "Prioritas kami adalah menguasai The Premiership, baru setelah itu menjuarai Liga Champion. Ada hasrat mencapai yang terbaik di Eropa, tetapi sukses di Inggris tetap paling penting buat saya," kata Fredrik 'Freddie' Ljungberg.
Andai ukurannya waktu, maka Wenger butuh 5-6 musim lagi bersama Arsenal. Cukup dua titel lagi, maka The Gunners akan menyamai rekor The Red Devils yang 15 kali juara liga, atau 5-6 gelar untuk mengubur rekor 18 kali punya Liverpool. "Lagipula si bos pernah bilang ia ingin sekali Arsenal menguasai Inggris, dan jika kami bisa melakukannya, sukses Eropa cepat atau lambat akan datang," beber attacking-midfielder asal Swedia yang juga sempat dirayu Real Madrid.
Percaya mana, Wenger atau Ljungberg? Bisakah keduanya berjalan berendengan? Semuanya bergantung persediaan amunisi di gudang senjata Highbury. Selama ini bombardiran Arsenal di Inggris bikin takut semua klub, 24 gol dari tujuh petualangan termasuk kala menggebuk Manchester United 3-1 di Charity Shield. Tapi kenapa di awal pentas Eropa, mereka hanya menang 1-0 di Highbury atas PSV Eindhoven, itupun lewat gol bunuh diri?
Usai pertandingan, Monsieur Wenger mengaku timnya masih dihantui trauma kala digulung Internazionale 0-3 di partai perdana musim lalu. Berikutnya, yang dinanti adalah ampuh tidaknya meriam-meriam Wenger menembaki Eropa. Jika Arsenal tersingkir sebelum waktunya, berarti rencana B pasti akan digenjot habis Le Boss. Dan itu menjadi kabar buruk bagi Chelsea, Manchester United, atau Liverpool.