Akankah tahun 1996 menjadi awal keruntuhan Ajax Amsterdam? Entahlah. Tapi yang pasti, tanda-tanda ke situ mulai muncul. Setelah sukses melakukan 52 kali pertandingan atau selama 613 menit tak terkalahkan di liga, akhirnya Ajax kalah juga, 0-1, Ahad lalu, di Stadion Gemeentelijk Sportpark Tilburg. Penakluk sang juara Eropa dan dunia adalah tim tuan rumah, Willem II.
Pertama kali serangan Ajax mentok tanpa hasil. Ini gara-gara pola bertahan total peragaan tim besutan Theo De Jong yang luar biasa. Alhasil upaya Patrick Kluivert, Ronald de Boer, Finidi George atau Nkwanko Kanu, menemui jalan buntu.
Dan sebaliknya, counter-attack yang mendadak dari Willem II - yang pernah menjuarai liga pada 1916, 1952, dan 1955 - acapkali membahayakan. Dua kali Edwin van der Sar dengan kepiawaiannya, menyelamatkan tendangan striker Arne van de Berg. Namun sepuluh menit memasuki babak kedua, tiada ampun lagi bagi Ajax.
Menerima umpan jauh dari rekannya, Henri Van der Vegt secara spekulasi menendang bola dari jarak 18 meter. Bola hasil tendangan itu mengenai Frank de Boer, yang membuat bola berbelok arah. Van der Sar pun mati langkah. Gol!
Rugi Moril
Bombardiran pasukan Ajax makin menggila di 35 menit terakhir. Tapi tetap tak menembus gawang Roland Jansen. Apalagi sesudah unggul, setiap pemain Ajax dijaga satu per satu secara ketat. Ironisnya Ajax juga pernah kalah 1-2 dari Willem II pada 7 Mei 1994. Namun pada 1994/95, Ajax membantai Willem II 4-1 dan 7-0.
"Kekalahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Untuk kami hal ini sudah lama tak terjadi. Jadi tak ada alasan untuk panik," kilah pelatih Louis van Gaal, yang juga menjadi Pelatih Terbaik Dunia 1995. Sebenarnya jika mereka lebih waspada, kekalahan 1-2 dari juara Piala Israel, Maccabi Haifa, pada partai persahabatan, tiga hari sebelumnya, bisa dijadikan cerminan. Apalagi itu merupakan kekalahan pertama Ajax dalam 75 kali penampilan di berbagai arena.
Maka tak heran, usai laga, Kluivert, Winston Bogarde, dan Michael Reiziger - yang belum pernah merasakan kekalahan selama tampil di Ajax - tampak saling bertangisan. Dengan kekalahan ini, secara moril Ajax juga cukup menderita. Borussia Dortmund, yang jadi lawan mereka di perempatfinal Piala Champion 1995/96, Maret nanti misalnya, amat diuntungkan dengan keadaan ini.
Begitu juga klub sesama anggota divisi satu Belanda lainnya, terutama PSV Eindhoven. Walau peluang mereka menggeser posisi Ajax dari puncak klasemen Eredivisie tetap sulit, namun setidaknya sudah diuntungkan oleh surutnya moril para pemain De Amsterdammers demi menyibak peluang sekecil apa pun.
(foto: skysports)
Pertama kali serangan Ajax mentok tanpa hasil. Ini gara-gara pola bertahan total peragaan tim besutan Theo De Jong yang luar biasa. Alhasil upaya Patrick Kluivert, Ronald de Boer, Finidi George atau Nkwanko Kanu, menemui jalan buntu.
Dan sebaliknya, counter-attack yang mendadak dari Willem II - yang pernah menjuarai liga pada 1916, 1952, dan 1955 - acapkali membahayakan. Dua kali Edwin van der Sar dengan kepiawaiannya, menyelamatkan tendangan striker Arne van de Berg. Namun sepuluh menit memasuki babak kedua, tiada ampun lagi bagi Ajax.
Gol emas Willem II ke gawang Ajax. |
Rugi Moril
Bombardiran pasukan Ajax makin menggila di 35 menit terakhir. Tapi tetap tak menembus gawang Roland Jansen. Apalagi sesudah unggul, setiap pemain Ajax dijaga satu per satu secara ketat. Ironisnya Ajax juga pernah kalah 1-2 dari Willem II pada 7 Mei 1994. Namun pada 1994/95, Ajax membantai Willem II 4-1 dan 7-0.
"Kekalahan bisa terjadi sewaktu-waktu. Untuk kami hal ini sudah lama tak terjadi. Jadi tak ada alasan untuk panik," kilah pelatih Louis van Gaal, yang juga menjadi Pelatih Terbaik Dunia 1995. Sebenarnya jika mereka lebih waspada, kekalahan 1-2 dari juara Piala Israel, Maccabi Haifa, pada partai persahabatan, tiga hari sebelumnya, bisa dijadikan cerminan. Apalagi itu merupakan kekalahan pertama Ajax dalam 75 kali penampilan di berbagai arena.
Maka tak heran, usai laga, Kluivert, Winston Bogarde, dan Michael Reiziger - yang belum pernah merasakan kekalahan selama tampil di Ajax - tampak saling bertangisan. Dengan kekalahan ini, secara moril Ajax juga cukup menderita. Borussia Dortmund, yang jadi lawan mereka di perempatfinal Piala Champion 1995/96, Maret nanti misalnya, amat diuntungkan dengan keadaan ini.
Begitu juga klub sesama anggota divisi satu Belanda lainnya, terutama PSV Eindhoven. Walau peluang mereka menggeser posisi Ajax dari puncak klasemen Eredivisie tetap sulit, namun setidaknya sudah diuntungkan oleh surutnya moril para pemain De Amsterdammers demi menyibak peluang sekecil apa pun.
(foto: skysports)