Fenomena baru terus terjadi pada persepak bolaan Spanyol. Setelah meroketnya Atletico Madrid, lalu stabilnya Espanyol, kini muncul lagi kekuatan baru, Compostela. Kehadiran tiga klub ini di papan atas klasemen, cukup mencengangkan karena seolah-olah mengubur tiga nama besar lainnya yang lebih berkarat: Real Madrid, Barcelona, dan Deportivo La Coruna.
Atletico, yang dipunyai lelaki gendut Jesus Gil, si maniak ambisius, dan dilatih oleh orang Kroasia, Radomir Antic, meski ditahan 1-1 oleh Albacete, Sabtu lalu, namun terus berkibar di puncak klasemen La Liga 1995/96. Ini jadi sebuah panorama paling menarik pekan ini. Komposisi starting line up utama Atleti cukup untuk bersaing meladeni Tiga Besar menjadi juara. Mereka adalah 1-Jose Francisco Molina; 20-Delfi Geli, 4-Roberto Solozabal, 6-Santi Krkela, 3-Toni Pinkila; 14-Diego Simeone, 8-Juan Vizcaino, 21-Jose Luis Caminero, 10-Milinko Pantic; serta duet penyerang, 9-Lyuboslav Penev dan 19-Kiko Narvaez.
Paling mengkilap dan mengejutkan, tentu saja, Compostela. yang tak diduga melesat ke urutan kedua. Dalam duel sesama tim naik daun lainnya, Espanyol mereka menang 2-1. Ini kemenangan kesembilan mereka dari 11 penampilan di kandang sendiri.
Mereka juga hanya kehilangan dua angka. Tak ada yang bisa memukul mereka di sini. Compostela selalu mengandalkan empat pemain asingnya, yaitu Fabiano Soares Pessoa (Brasil), Franck Passi (Prancis), Christopher Nusa Ohenhen (Nigeria), dan Bent Rene Christensen (Denmark).
"Compostela muncul sebagai kekuatan baru di saat yang tepat. Kami masih lelah," kata pelatih Espanyol, Jose Antonio Camacho, usai laga. Dia tak habis pikir kenapa empat andalannya, Francisco Javier Lopez Alfaro serta tiga penyerang; Ismael Urzaiz Aranda, Jordi Lardin Cruz, Miguel Angel Benitez Pavon (Paraguay), tampil tidak seperti biasanya.
Real Madrid, sang juara bertahan, posisinya masih belum beranjak dari papan tengah. Partai terakhir Minggu lalu, mereka nyaris kalah dari Real Zaragoza. Dua gol yang dibuat oleh Ivan Zamorano dan Juan Amavisca, tujuh menit menjelang bubaran, akhirnya berhasil menyamakan skor 2-2 sekaligus menyelamatkan reputasi mereka di hadapan 70.000 pendukungnya sendiri di Stadion Santiago Bernabeau.
Klub elite lain, Barcelona, juga bermain imbang 1-1 dengan La Coruna, sehingga mempersulit peluang masing-masing. Keduanya, ditambah Madrid, tampaknya tidak bisa menanggulangi tiga generasi baru - Atletico, Compostela, dan Espanyol - yang sedang menemukan bentuk terbaiknya sekaligus siap menggondol gelar juara baru Liga Spanyol. Pantau terus kiprah mereka hingga Mei mendatang.
(foto: colgadosporelfutbol)
Atletico, yang dipunyai lelaki gendut Jesus Gil, si maniak ambisius, dan dilatih oleh orang Kroasia, Radomir Antic, meski ditahan 1-1 oleh Albacete, Sabtu lalu, namun terus berkibar di puncak klasemen La Liga 1995/96. Ini jadi sebuah panorama paling menarik pekan ini. Komposisi starting line up utama Atleti cukup untuk bersaing meladeni Tiga Besar menjadi juara. Mereka adalah 1-Jose Francisco Molina; 20-Delfi Geli, 4-Roberto Solozabal, 6-Santi Krkela, 3-Toni Pinkila; 14-Diego Simeone, 8-Juan Vizcaino, 21-Jose Luis Caminero, 10-Milinko Pantic; serta duet penyerang, 9-Lyuboslav Penev dan 19-Kiko Narvaez.
Paling mengkilap dan mengejutkan, tentu saja, Compostela. yang tak diduga melesat ke urutan kedua. Dalam duel sesama tim naik daun lainnya, Espanyol mereka menang 2-1. Ini kemenangan kesembilan mereka dari 11 penampilan di kandang sendiri.
Mereka juga hanya kehilangan dua angka. Tak ada yang bisa memukul mereka di sini. Compostela selalu mengandalkan empat pemain asingnya, yaitu Fabiano Soares Pessoa (Brasil), Franck Passi (Prancis), Christopher Nusa Ohenhen (Nigeria), dan Bent Rene Christensen (Denmark).
"Compostela muncul sebagai kekuatan baru di saat yang tepat. Kami masih lelah," kata pelatih Espanyol, Jose Antonio Camacho, usai laga. Dia tak habis pikir kenapa empat andalannya, Francisco Javier Lopez Alfaro serta tiga penyerang; Ismael Urzaiz Aranda, Jordi Lardin Cruz, Miguel Angel Benitez Pavon (Paraguay), tampil tidak seperti biasanya.
Real Madrid, sang juara bertahan, posisinya masih belum beranjak dari papan tengah. Partai terakhir Minggu lalu, mereka nyaris kalah dari Real Zaragoza. Dua gol yang dibuat oleh Ivan Zamorano dan Juan Amavisca, tujuh menit menjelang bubaran, akhirnya berhasil menyamakan skor 2-2 sekaligus menyelamatkan reputasi mereka di hadapan 70.000 pendukungnya sendiri di Stadion Santiago Bernabeau.
Klub elite lain, Barcelona, juga bermain imbang 1-1 dengan La Coruna, sehingga mempersulit peluang masing-masing. Keduanya, ditambah Madrid, tampaknya tidak bisa menanggulangi tiga generasi baru - Atletico, Compostela, dan Espanyol - yang sedang menemukan bentuk terbaiknya sekaligus siap menggondol gelar juara baru Liga Spanyol. Pantau terus kiprah mereka hingga Mei mendatang.
(foto: colgadosporelfutbol)