Kalau ada orang yang paling berandil besar atas kesuksesan Juventus menjadi juara liga musim ini, tidak ayal lagi, dialah Marcello Lippi, 47 tahun. Lewat tangan dinginnya, klub elite Italia itu baru bisa mengulangi kejayaan terakhir besutan pelatih Giovanni Trapattoni yang memberi titel scudetto pada 1985/86.
Namun dibanding seniornya, Lippi belum apa-apa. Trapattoni sukses memberi Juventus enam gelar scudetto selama 10 tahun rezimnya, antara 1976-1986. Begitu juga Carlo Carcano yang menorehkan lima titel beruntun di era 1930-an. Lippi? Ini dia. Di Italia sendiri dia belum beroleh pujian lebih sebab pada realita, tim yang dibesut adalah warisan hebat dari Mister Trapattoni.
Pendek kata, skuad Juventus yang sekarang sudah jadi. "Sebenarnya tidak mengherankan kalau dia sukses. Soalnya komposisi mereka memang bagus. Tak heran pula andai seorang Del Piero segera menjadi bintang. Kepiawaian Lippi hanya terletak pada jiwa seninya," ungkap Omar Sivori, pengamat sepak bola Italia yang juga salah satu legenda Juventus.
Obsesi Taktik
Jiwa seni? Ya, maksudnya tentu pemilihan komposisi yang diputuskan sebelum bertanding. Banyak orang yang mengetahui keandalan pria tampan yang wajahnya mirip aktor Paul Newman itu terletak saat meramu lini tengah dan belakang. "Tidak ada pemain inti di Juve. Semuanya sama!" kata Ciro Ferrara, pemain kesayangan Lippi yang dibawa dari Napoli.
Pemikiran Ferrara, eks kapten Napoli, barangkali benar. Tengok saja waktu dia tidak dimainkan pada laga penting melawan Parma di Serie A, akhir Mei lalu. "Dalam sepak bola banyak faktor yang menentukan kemenangan sebuah tim. Tapi tentu saja soal teknis menjadi prioritas terbesar. Dan teknis tanpa taktik adalah omong kosong belaka," ujar mantan pelatih Napoli yang membawa klub warisan Diego Maradona itu tampil di Piala UEFA musim lalu, mengenai kiatnya.
Kemantapan teknis tanpa taktik adalah nonsens. Ini kata kunci kenapa Lippi langsung berjaya di musim perdananya bersama Bianconeri. Tugas pria kelahiran Viareggio, 11 April 1948 itu sekarang tinggal satu: memenangkan Coppa Italiana. Ini bukan tugas sembarang tugas. Ini tugas yang sangat bersejarah bila sanggup direalisasikan.
Jika sukses mengalahkan Parma di final Piala Italia, maka sejarah 35 tahun silam akan terulang. Saat itu di tangan pelatih Domenico Parola, Juventus merebut scudetto dan coppa sekaligus. Namun tugas berikut Lippi masih ditunggu pecinta Juve, yaitu kiprah di Piala Champion. Andai di sana juga sukses, barangkali nama Marcello Lippi baru bisa diakui kesaktiannya oleh publik Italia seperti yang dibilang Sivori.
KARIER MANAJERIAL
Musim Klub Serie
1985-86 Pontedera C2-A
1986-87 Siena C1-B
1987-88 Pistoiese C2-A
1988-89 Carrarese C1-A
1989-91 Cesena A
1991-92 Lucchese B
1992-93 Atalanta A
1993-94 Napoli A
1994- Juventus A
(foto: mapofitaly.info)
Namun dibanding seniornya, Lippi belum apa-apa. Trapattoni sukses memberi Juventus enam gelar scudetto selama 10 tahun rezimnya, antara 1976-1986. Begitu juga Carlo Carcano yang menorehkan lima titel beruntun di era 1930-an. Lippi? Ini dia. Di Italia sendiri dia belum beroleh pujian lebih sebab pada realita, tim yang dibesut adalah warisan hebat dari Mister Trapattoni.
Pendek kata, skuad Juventus yang sekarang sudah jadi. "Sebenarnya tidak mengherankan kalau dia sukses. Soalnya komposisi mereka memang bagus. Tak heran pula andai seorang Del Piero segera menjadi bintang. Kepiawaian Lippi hanya terletak pada jiwa seninya," ungkap Omar Sivori, pengamat sepak bola Italia yang juga salah satu legenda Juventus.
Obsesi Taktik
Jiwa seni? Ya, maksudnya tentu pemilihan komposisi yang diputuskan sebelum bertanding. Banyak orang yang mengetahui keandalan pria tampan yang wajahnya mirip aktor Paul Newman itu terletak saat meramu lini tengah dan belakang. "Tidak ada pemain inti di Juve. Semuanya sama!" kata Ciro Ferrara, pemain kesayangan Lippi yang dibawa dari Napoli.
Pemikiran Ferrara, eks kapten Napoli, barangkali benar. Tengok saja waktu dia tidak dimainkan pada laga penting melawan Parma di Serie A, akhir Mei lalu. "Dalam sepak bola banyak faktor yang menentukan kemenangan sebuah tim. Tapi tentu saja soal teknis menjadi prioritas terbesar. Dan teknis tanpa taktik adalah omong kosong belaka," ujar mantan pelatih Napoli yang membawa klub warisan Diego Maradona itu tampil di Piala UEFA musim lalu, mengenai kiatnya.
Kemantapan teknis tanpa taktik adalah nonsens. Ini kata kunci kenapa Lippi langsung berjaya di musim perdananya bersama Bianconeri. Tugas pria kelahiran Viareggio, 11 April 1948 itu sekarang tinggal satu: memenangkan Coppa Italiana. Ini bukan tugas sembarang tugas. Ini tugas yang sangat bersejarah bila sanggup direalisasikan.
Jika sukses mengalahkan Parma di final Piala Italia, maka sejarah 35 tahun silam akan terulang. Saat itu di tangan pelatih Domenico Parola, Juventus merebut scudetto dan coppa sekaligus. Namun tugas berikut Lippi masih ditunggu pecinta Juve, yaitu kiprah di Piala Champion. Andai di sana juga sukses, barangkali nama Marcello Lippi baru bisa diakui kesaktiannya oleh publik Italia seperti yang dibilang Sivori.
KARIER MANAJERIAL
Musim Klub Serie
1985-86 Pontedera C2-A
1986-87 Siena C1-B
1987-88 Pistoiese C2-A
1988-89 Carrarese C1-A
1989-91 Cesena A
1991-92 Lucchese B
1992-93 Atalanta A
1993-94 Napoli A
1994- Juventus A