Akhirnya Genoa menjadi klub terakhir yang terlempar dari percaturan Serie A musim depan. Klub tertua di Italia ini menemani Brescia, Reggiana, dan Foggia; sama-sama kejeblos ke Serie B. Kekalahan 4-5 dari Padova lewat drama adu penalti dalam laga playoff, Sabtu (10/6) lalu, sangat memukul pendukung Genoa.
Terakhir kali Genoa merasakan kepedihan ini 11 tahun silam. Saking pedihnya, tiga orang suporter Genoa dikabarkan meninggal dunia setelah terkena serangan jantung di Firenze. Mirko Ricotti (50 tahun) dan Paolo Domenico Risso (42 tahun) langsung kojor di Stadion Artemio Franchi, kandang Fiorentina yang jadi tempat laga playoff Serie A, begitu tendangan penalti terakhir pemain Padova menembus gawang Genoa.
Sementara Giuseppe Tolmino (79 tahun) sempat kelojotan dulu lalu pingsan lama di stadion, setelah melihat sepakan Fabio Galante ditepis kiper Padova Adriano Bonaiutti, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Ada apa dengan Genoa? "Walau diakhiri oleh drama, mereka bermain lebih bagus di babak kedua sehingga kami kesulitan menembus pertahanan mereka," papar Claudio Maselli, pelatih Genoa. Jika di-review selama musim 1994/95 ini, Genoa memang pantas degradasi. Mereka masih diberi kesempatan di babak playoff untuk bisa bertahan di Serie A. Namun tetap gagal. Itulah perjalanan nasib mereka.
Di Artemio Franchi, permainan Padova lebih menawan dan para pemainnya memperlihatkan karakter dan perjuangan tidak ingin tersingkir dari Serie A. Pasukan yang dilatih oleh Gino Stacchini itu unggul cepat di menit 19 lewat Goran Vlaovic. Genoa sempat menyamakan kedudukan di menit 30 melalui terjangan kepala Tomas Skuhravy.
Aksi Lalas
"Bersyukurlah kami bisa bertahan di Serie A. Kami beruntung mengingat Skuhravy amat sulit dijaga," kata Alexi Lalas, bintang pertahanan Padova seusai laga penuh drama itu. Sebagai hadiah kesuksesan bertahan di Serie A, Padova memperpanjang kontrak pemain asal AS ini. Sebaliknya bagi Lalas, begitu tahu kontraknya diperpanjang dia langsung 'merayakan' kegembiraannya dengan cara aneh, yaitu langsung pergi ke Roma seusai berpesta kecil di Artemio Franchi.
Rupanya dia harus mengejar pesawat dari Bandara Fiumicino yang akan membawanya ke AS! Maklum, Lalas sudah ditunggu oleh tim nasional AS untuk masuk camp latihan menghadapi laga perdana melawan Nigeria di pembukaan Piala AS. Kemenangan Padova dalam drama adu penalti ditentukan oleh pemain asing lainnya yang asal Belanda, Michael Kreek. Mantan pemain Ajax Amsterdam yang sempat ikut main di Liga Champion 1994/95 sebelum tidak diduga dilepas ke Padova, sebuah klub kecil minus tradisi.
Lewat penalti terakhir, Kreek menjadi penyelamat Padova. Setelah promosi ke pada musim 1993/94 lalu, banyak yang meramal klub berjuluk Patavini itu tak bisa bertahan di Serie A, debut pertama sejak 1961/62. Dugaan itu salah, justru klub tradisional Genoa yang jadi korban keganasan persaingan di Serie A.
Terjungkalnya Brescia, Foggia, Genoa, dan Reggiana, membawa berkah bagi empat klub Serie B yang berpromosi menggantikan posisi mereka di Serie A 1995/96 mendatang. Atalanta, Piacenza, Udinese, dan Vicenza dipastikan akan bertarung di Serie A musim depan.
Atalanta, klub yang pernah diperkuat bintang Swedia Glenn Stromberg, Claudio Caniggia (Argentina), dan Frank Sauzee (Prancis) juga lolos ke Serie A via playoff di Serie B. Klub peringkat keempat itu mengalahkan Salernitana (peringkat kelima) dengan skor 2-1 di Olimpico, Roma. Dengan sukses ini berarti Atalanta hanya semusim saja main di Serie B, usai degradasi dari Serie A di 1992/93.
(foto: tabsernews/calciovecchio)
Terakhir kali Genoa merasakan kepedihan ini 11 tahun silam. Saking pedihnya, tiga orang suporter Genoa dikabarkan meninggal dunia setelah terkena serangan jantung di Firenze. Mirko Ricotti (50 tahun) dan Paolo Domenico Risso (42 tahun) langsung kojor di Stadion Artemio Franchi, kandang Fiorentina yang jadi tempat laga playoff Serie A, begitu tendangan penalti terakhir pemain Padova menembus gawang Genoa.
Sementara Giuseppe Tolmino (79 tahun) sempat kelojotan dulu lalu pingsan lama di stadion, setelah melihat sepakan Fabio Galante ditepis kiper Padova Adriano Bonaiutti, sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Ada apa dengan Genoa? "Walau diakhiri oleh drama, mereka bermain lebih bagus di babak kedua sehingga kami kesulitan menembus pertahanan mereka," papar Claudio Maselli, pelatih Genoa. Jika di-review selama musim 1994/95 ini, Genoa memang pantas degradasi. Mereka masih diberi kesempatan di babak playoff untuk bisa bertahan di Serie A. Namun tetap gagal. Itulah perjalanan nasib mereka.
Di Artemio Franchi, permainan Padova lebih menawan dan para pemainnya memperlihatkan karakter dan perjuangan tidak ingin tersingkir dari Serie A. Pasukan yang dilatih oleh Gino Stacchini itu unggul cepat di menit 19 lewat Goran Vlaovic. Genoa sempat menyamakan kedudukan di menit 30 melalui terjangan kepala Tomas Skuhravy.
Aksi Lalas
"Bersyukurlah kami bisa bertahan di Serie A. Kami beruntung mengingat Skuhravy amat sulit dijaga," kata Alexi Lalas, bintang pertahanan Padova seusai laga penuh drama itu. Sebagai hadiah kesuksesan bertahan di Serie A, Padova memperpanjang kontrak pemain asal AS ini. Sebaliknya bagi Lalas, begitu tahu kontraknya diperpanjang dia langsung 'merayakan' kegembiraannya dengan cara aneh, yaitu langsung pergi ke Roma seusai berpesta kecil di Artemio Franchi.
Rupanya dia harus mengejar pesawat dari Bandara Fiumicino yang akan membawanya ke AS! Maklum, Lalas sudah ditunggu oleh tim nasional AS untuk masuk camp latihan menghadapi laga perdana melawan Nigeria di pembukaan Piala AS. Kemenangan Padova dalam drama adu penalti ditentukan oleh pemain asing lainnya yang asal Belanda, Michael Kreek. Mantan pemain Ajax Amsterdam yang sempat ikut main di Liga Champion 1994/95 sebelum tidak diduga dilepas ke Padova, sebuah klub kecil minus tradisi.
Lewat penalti terakhir, Kreek menjadi penyelamat Padova. Setelah promosi ke pada musim 1993/94 lalu, banyak yang meramal klub berjuluk Patavini itu tak bisa bertahan di Serie A, debut pertama sejak 1961/62. Dugaan itu salah, justru klub tradisional Genoa yang jadi korban keganasan persaingan di Serie A.
Terjungkalnya Brescia, Foggia, Genoa, dan Reggiana, membawa berkah bagi empat klub Serie B yang berpromosi menggantikan posisi mereka di Serie A 1995/96 mendatang. Atalanta, Piacenza, Udinese, dan Vicenza dipastikan akan bertarung di Serie A musim depan.
Atalanta, klub yang pernah diperkuat bintang Swedia Glenn Stromberg, Claudio Caniggia (Argentina), dan Frank Sauzee (Prancis) juga lolos ke Serie A via playoff di Serie B. Klub peringkat keempat itu mengalahkan Salernitana (peringkat kelima) dengan skor 2-1 di Olimpico, Roma. Dengan sukses ini berarti Atalanta hanya semusim saja main di Serie B, usai degradasi dari Serie A di 1992/93.
(foto: tabsernews/calciovecchio)