Adakah yang berubah pada Kurniawan setelah empat bulan bermukim di Swiss? Pasti ada. Yang jelas, tingkat permainannya kian matang teruji oleh kompetisi Liga Swiss yang cukup ketat. Adakah perubahan lainnya?
Kedewasaan? Barangkali. Sudah lama ia berjuang menghilangkan sifat pemalunya. Buktinya jika sedang jalan-jalan di kota Luzern. Kurni selalu membalas orang yang menyapanya. Ia pun berani bertanya dan sekadar memberi salam dengan bahasa Jerman kepada rekan-rekannya di Hotel Waldstaetten. “Ya, saya harus memberanikan diri. Kalau tidak, malah sulit menikmati hidup di sini,” ucapnya memberi alasan.
Nama dan wajahnya juga sudah cukup dikenal di kota itu. Pernah sekali waktu, harian terbesar di kota itu, LNN Zeitung, mengulas daerah asalnya, Magelang, habis-habisan. “Borobudur itu di Magelang!” Demikian judul tulisan di harian terbesar di kota Luzern itu. Selama ini, oleh orang Swiss, Bali dan Borobudur lebih dikenal daripada nama Indonesia.
“Sering dia ke sini, kebetulan rumah saya kan dekat dengan stadion. Biasanya kalau dia sedang malas pulang atau lagi istirahat latihan,” kata Ny. Yayah Burki – yang dianggap ibu angkat oleh Kurniawan selama di Swiss. Di matanya, Kurniawan sangat penurut dan tidak rewel. “Ia sangat betah tinggal di sini. Katanya, udaranya segar dan bersih serta tempatnya tenang,” lanjut wanita Bandung yang telah 18 tahun menetap di Swiss ini.
Waktu Sedikit
Nun jauh sebelum itu, saat masih bocah, anak Magelang ini memang pernah bercita-cita menjadi pesepak bola agar bisa mengunjungi Eropa. Tanpa terasa, kini semuanya menjadi kenyataan. “Kalau ingat itu semua saya jadi terharu dan mau menangis. Ini merupakan kerja keras papa, dialah yang membuat saya seperti ini,” ungkap Kurniawan yang merindukan ciuman di keningnya seperti yang sering dilakukan sang ayah di Tanah Air jika ia ingin bertanding.
Tapi untuk melepas rindu pada kedua orangtua dan kampung halaman ternyata belum bisa terpenuhi, setidaknya untuk waktu lebih lama. Meskipun PSSI Pra-Olimpiade tengah bertanding di Jakarta, 25 Mei dan 30 Mei mendatang. “Setelah pertandingan kedua, besoknya saya harus balik lagi ke Swiss,” tuturnya. “Inilah yang membuat saya tidak bisa lama-lama dengan orangtua dan keluarga di Magelang.”
Maka bisa dipastikan, minggu-minggu ini hatinya sedang galau. “Sehari setelah melawan Hong Kong, saya diharuskan balik ke Swiss oleh pihak Luzern. Jadi saya tidak punya waktu banyak di Indonesia,” jelas ujung tombak PSSI Pra-Olimpiade.
Menurut rencana, tim PSSI Pra-Olimpiade baru menuju Tanah Air pada 17 Mei mendatang. Dua hari kemudian beruji coba di Jakarta. Lawan pertama yang dihadapi adalah Korea Selatan, kemudian baru Hong Kong. Away baru dimulai 22 Agustus di Seoul dan empat hari kemudian di Hong Kong.
Hasil seri yang dicapai Luzern 0-0 lawan Lausanne, Sabtu (6/5), tak banyak memberi kesan. Padahal beberapa peluang masih muncul untuknya. Pada pertandingan itu, Kurniawan bermain hingga menit ke-72 sebelum diganti oleh Patrick Koh.
“Tapi di satu momen, kalau saja Agent Sawu memberikan umpan pada Kurniawan, saya yakin bakal gol. Para penonton juga jadi kecewa melihat itu,” jelas Yayah, yang menonton langsung di stadion Allmend. Dengan hasil itu, Luzern kini menduduki urutan ketiga klasemen sementara babak play-off Liga Swiss.
(foto: stefan sihombing)
Kedewasaan? Barangkali. Sudah lama ia berjuang menghilangkan sifat pemalunya. Buktinya jika sedang jalan-jalan di kota Luzern. Kurni selalu membalas orang yang menyapanya. Ia pun berani bertanya dan sekadar memberi salam dengan bahasa Jerman kepada rekan-rekannya di Hotel Waldstaetten. “Ya, saya harus memberanikan diri. Kalau tidak, malah sulit menikmati hidup di sini,” ucapnya memberi alasan.
Nama dan wajahnya juga sudah cukup dikenal di kota itu. Pernah sekali waktu, harian terbesar di kota itu, LNN Zeitung, mengulas daerah asalnya, Magelang, habis-habisan. “Borobudur itu di Magelang!” Demikian judul tulisan di harian terbesar di kota Luzern itu. Selama ini, oleh orang Swiss, Bali dan Borobudur lebih dikenal daripada nama Indonesia.
“Sering dia ke sini, kebetulan rumah saya kan dekat dengan stadion. Biasanya kalau dia sedang malas pulang atau lagi istirahat latihan,” kata Ny. Yayah Burki – yang dianggap ibu angkat oleh Kurniawan selama di Swiss. Di matanya, Kurniawan sangat penurut dan tidak rewel. “Ia sangat betah tinggal di sini. Katanya, udaranya segar dan bersih serta tempatnya tenang,” lanjut wanita Bandung yang telah 18 tahun menetap di Swiss ini.
Waktu Sedikit
Nun jauh sebelum itu, saat masih bocah, anak Magelang ini memang pernah bercita-cita menjadi pesepak bola agar bisa mengunjungi Eropa. Tanpa terasa, kini semuanya menjadi kenyataan. “Kalau ingat itu semua saya jadi terharu dan mau menangis. Ini merupakan kerja keras papa, dialah yang membuat saya seperti ini,” ungkap Kurniawan yang merindukan ciuman di keningnya seperti yang sering dilakukan sang ayah di Tanah Air jika ia ingin bertanding.
Tapi untuk melepas rindu pada kedua orangtua dan kampung halaman ternyata belum bisa terpenuhi, setidaknya untuk waktu lebih lama. Meskipun PSSI Pra-Olimpiade tengah bertanding di Jakarta, 25 Mei dan 30 Mei mendatang. “Setelah pertandingan kedua, besoknya saya harus balik lagi ke Swiss,” tuturnya. “Inilah yang membuat saya tidak bisa lama-lama dengan orangtua dan keluarga di Magelang.”
Maka bisa dipastikan, minggu-minggu ini hatinya sedang galau. “Sehari setelah melawan Hong Kong, saya diharuskan balik ke Swiss oleh pihak Luzern. Jadi saya tidak punya waktu banyak di Indonesia,” jelas ujung tombak PSSI Pra-Olimpiade.
Menurut rencana, tim PSSI Pra-Olimpiade baru menuju Tanah Air pada 17 Mei mendatang. Dua hari kemudian beruji coba di Jakarta. Lawan pertama yang dihadapi adalah Korea Selatan, kemudian baru Hong Kong. Away baru dimulai 22 Agustus di Seoul dan empat hari kemudian di Hong Kong.
Hasil seri yang dicapai Luzern 0-0 lawan Lausanne, Sabtu (6/5), tak banyak memberi kesan. Padahal beberapa peluang masih muncul untuknya. Pada pertandingan itu, Kurniawan bermain hingga menit ke-72 sebelum diganti oleh Patrick Koh.
“Tapi di satu momen, kalau saja Agent Sawu memberikan umpan pada Kurniawan, saya yakin bakal gol. Para penonton juga jadi kecewa melihat itu,” jelas Yayah, yang menonton langsung di stadion Allmend. Dengan hasil itu, Luzern kini menduduki urutan ketiga klasemen sementara babak play-off Liga Swiss.
(foto: stefan sihombing)