Akhirnya ketahuan juga yang menjadi sebab musabab kegagalan Roberto Baggio dalam mengeksekusi tendangan penalti sewaktu terjadi drama adu penalti di final Piala Dunia 1994 tahun lalu. Mau tahu apa penyebabnya? Gara-gara dukun!
Ya, kekuatan supranatural asal Brasil yang disebut Macumba ternyata beraksi dan sekaligus bereaksi yang membuat Baggio tak berdaya di hadapan kiper Claudio Taffarel. Silakan Anda percaya atau tidak. Lalu siapa yang mengatakan ini?
Dialah Doris Gianco, seorang peramal yang terkadang bertugas sebagai dukun. Perempuan ini mengemukakan ‘sebuah episode’ misterius yang dilihatnya melalui siaran langsung TV pada malam final itu.
“Ketika melihat TV saya mengerti bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Lalu saya mengambil kartu ramal, mengocoknya kemudian mengambil sehelai kartu. Ternyata bagus. Artinya ada keberuntungan. Namun kartu lain yang menyusul malah memiliki pertanda petaka,” kata Doris dengan semangat.
Doris juga mengungkapkan bahwa hingga sekarang Baggio masih di bawah pengaruh Black Macumba, seraya mengusulkan agar dia menangkalnya dengan Pink Macumba alias sihir merah muda. Entahlah apa artinya, rasa-rasanya kita tidak perlu tahu detil.
Pastinya setelah isu Black Macumba dipublikasikan, sang bintang tidak menanggapi bahkan menolak berkomentar yang diucapkannya dengan wajah ketus. Anehnya setelah Piala Dunia itu, Baggio langsung dihajar cedera yang semakin hari semakin parah. Apa itu tanda-tanda adanya Black Macumba? Hmm…gawat.
Misalnya Roberto Baggio yang mengasuransikan kaki dengan nilai maksimal 6 miliar lira atau sekitar Rp 9 miliar. Juga kaki Giuseppe Signori yang pertanggungannya senilai 5 miliar lira (Rp 7,5 miliar). Kedua kaki pesepak bola kelas wahid itu ternyata lebih mahal dari tubuh top-model Claudio Schiffer, yang hanya nyaris mendekati nilai Signori.
Uniknya peragawati super dari Jerman itu mengasuransikan jiwanya bukan sebagian tubuhnya. Namun soal beginian yang terhebat barangkali Ruud Gullit. Selain kakinya dilabeli pertanggungan Rp 3 miliar, si rambut gimbal ternyata juga mengasuransikan... alat vitalnya! Untuk apa dan kenapa, silakan Anda sendiri menjabarkannya. Lalu berapa nilainya? Kecil sih, hanya sekitar 300 juta lira atau setara dengan Rp 450 juta. Tapi... alamak.
Marcel Desailly misalnya. Si gelandang legam Milan asal Prancis itu langsung berlari ke sudut lapangan, memegang bendera sepak pojok dengan satu tangan sementara tangan yang lain berkecak pinggang sambil melenggokan badannya, persis banget dengan selebrasi Bati usai bikin gol! Tragisnya si ganteng dari Argentina cuma bisa melongo melihat kejadian yang di luar dugaan itu.
Hal serupa dilakukan oleh Luis Herrera, striker Cagliari asal Uruguay, sepekan kemudian. La Viola kalah lagi dengan skor serupa. Uniknya ada lagi ‘pelecehan’ kepada Batistuta yang dilakukan Herrera, sesuatu yang mirip dengan tindakan Desailly. Atas kejadian itu yang berang malah rekannya, Manuel Rui Costa. “Bati menang hebat. Kok mereka tidak malu ya padanya?” ujar Rui Costa dengan sinis dan setengah menggerutu. Lalu apa kata Batistuta sendiri? “Ternyata saya bisa juga bikin tren,” tuturnya bangga.
(foto: nytimes/zmnapoli)
Tendangan penalti Roberto Baggio yang menuju langit. |
Dialah Doris Gianco, seorang peramal yang terkadang bertugas sebagai dukun. Perempuan ini mengemukakan ‘sebuah episode’ misterius yang dilihatnya melalui siaran langsung TV pada malam final itu.
“Ketika melihat TV saya mengerti bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Lalu saya mengambil kartu ramal, mengocoknya kemudian mengambil sehelai kartu. Ternyata bagus. Artinya ada keberuntungan. Namun kartu lain yang menyusul malah memiliki pertanda petaka,” kata Doris dengan semangat.
Doris juga mengungkapkan bahwa hingga sekarang Baggio masih di bawah pengaruh Black Macumba, seraya mengusulkan agar dia menangkalnya dengan Pink Macumba alias sihir merah muda. Entahlah apa artinya, rasa-rasanya kita tidak perlu tahu detil.
Pastinya setelah isu Black Macumba dipublikasikan, sang bintang tidak menanggapi bahkan menolak berkomentar yang diucapkannya dengan wajah ketus. Anehnya setelah Piala Dunia itu, Baggio langsung dihajar cedera yang semakin hari semakin parah. Apa itu tanda-tanda adanya Black Macumba? Hmm…gawat.
Asuransi Gullit
Di Eropa, dunia asuransi sudah sedemikian maraknya memasuki semua unsur kehidupan sehingga para sepak bola pun dapat memanfaatkan atau menggunakannya. Di Italia beberapa pemain terkenal mengasuransikan beberapa bagian tubuhnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.Misalnya Roberto Baggio yang mengasuransikan kaki dengan nilai maksimal 6 miliar lira atau sekitar Rp 9 miliar. Juga kaki Giuseppe Signori yang pertanggungannya senilai 5 miliar lira (Rp 7,5 miliar). Kedua kaki pesepak bola kelas wahid itu ternyata lebih mahal dari tubuh top-model Claudio Schiffer, yang hanya nyaris mendekati nilai Signori.
Uniknya peragawati super dari Jerman itu mengasuransikan jiwanya bukan sebagian tubuhnya. Namun soal beginian yang terhebat barangkali Ruud Gullit. Selain kakinya dilabeli pertanggungan Rp 3 miliar, si rambut gimbal ternyata juga mengasuransikan... alat vitalnya! Untuk apa dan kenapa, silakan Anda sendiri menjabarkannya. Lalu berapa nilainya? Kecil sih, hanya sekitar 300 juta lira atau setara dengan Rp 450 juta. Tapi... alamak.
Gaya Bati Ditiru
Kekalahan tandang beruntun Fiorentina, 0-2, masing-masing dari Milan dan Cagliari, memang sangat menyakitkan jika diingat-ingat. Duka makin menyesakkan mengingat bintang pujaan mereka, Gabriel Batistuta, dilecehkan pemain lawan dalam laga di San Siro dan Sant' Ellia itu.Marcel Desailly misalnya. Si gelandang legam Milan asal Prancis itu langsung berlari ke sudut lapangan, memegang bendera sepak pojok dengan satu tangan sementara tangan yang lain berkecak pinggang sambil melenggokan badannya, persis banget dengan selebrasi Bati usai bikin gol! Tragisnya si ganteng dari Argentina cuma bisa melongo melihat kejadian yang di luar dugaan itu.
Hal serupa dilakukan oleh Luis Herrera, striker Cagliari asal Uruguay, sepekan kemudian. La Viola kalah lagi dengan skor serupa. Uniknya ada lagi ‘pelecehan’ kepada Batistuta yang dilakukan Herrera, sesuatu yang mirip dengan tindakan Desailly. Atas kejadian itu yang berang malah rekannya, Manuel Rui Costa. “Bati menang hebat. Kok mereka tidak malu ya padanya?” ujar Rui Costa dengan sinis dan setengah menggerutu. Lalu apa kata Batistuta sendiri? “Ternyata saya bisa juga bikin tren,” tuturnya bangga.