Inggris dinyatakan tetap menjadi tuan rumah Piala Eropa 1996, meski suporternya membuat ulah dan anarkis di Stadion Lansdowne Road, Dublin, dalam laga persahabatan melawan tuan rumah Irlandia, 15 Februari lalu. Hal ini ditegaskan oleh Presiden FIFA Joao Havelange, dua hari kemudian di markas FIFA di Zuerich, Swiss.
“Inggris tidak boleh mundur sebagai tuan rumah Piala Eropa karena masalah ini. Meski ini opini saya, tapi bisa berarti juga pendapat FIFA secara keseluruhan,” kata orang tua kelahiran 8 Mei 1916 itu. Ia tidak asal bicara. Buktinya, meski selalu tidak sependapat dengan UEFA (Federasi Sepak Bola Eropa), melalui pernyataan resmi, ucapan Havelange mendapat dukungan. “Kami tidak ingin ada yang terus mendramatisasi kerjadian itu,” sambung Sekjen UEFA Gerhard Aigner.
Padahal beberapa federasi sepak bola negara di Eropa banyak yang tidak sependapat. Belgia dan Belanda misalnya amat suka kalau Inggris dipertimbangkan lagi untuk menjadi penyelenggara. “Kelakuan anarkis itu menakutkan kami. Mereka mengingatkan orang pada kejadian di Heysel 1985,” kata seorang juru bicara dari Federasi Sepak Bola Belgia (RSFA).
Tidak kurang dari PM Inggris John Major sampai meminta maaf pada PM Irlandia John Brutton, begitu kelakuan hooligans pendukung Inggris kembali terjadi. Pers menyebut kerusuhan di Dublin itu sebagai ‘Wabah Inggris’, yang untungnya tidak sampai menimbulkan kematian.
Tercatat 50 orang cedera ringan dan berat, sementara yang ditahan ada 40 orang. Kebanyakan korban berjatuhan dari pihak Irlandia, akibat serangan sporadis para hooligan dengan cara melempar pecahan botol dari jarak jauh, dan mengayunkan potongan kayu dari jarak dekat.
Serangan ini diduga tidak ada sangkut pautnya dengan dendam dua kelompok, apalagi antarnegara. Tragedi langsung muncul begitu saja setelah di menit 22, Irlandia mencetak gol, ironisnya melalui kaki bek kanan Leeds United, Gary Kelly. Setelah gol ini kerusuhan menjadi-jadi hingga mengganggu jalannya pertandingan. Akibatnya wasit Denis Jol (Belanda) langsung menghentikan laga.
Kabar baik datang ketika kepolisian Irlandia dan FA Irlandia mengidentifikasi ke-40 orang yang jadi biang kerok kerusuhan melalui rekaman video. Kedua badan otoritas ini juga bekerja sama dengan FA Inggris. “Kami telah mengidentifikasi melalui gambar video langsung di tempat kejadian dan foto-foto dari koran.
Identitas mereka akan cacat seumur hidup di seluruh (stadion) di Eropa. Kami sudah mengambil data diri mereka untuk disebarkan ke otoritas sepak bola dan kepolisian di seluruh Eropa,” ujar juru bicara FA Inggris, Mike Parry.
(foto: independent.ie)
“Inggris tidak boleh mundur sebagai tuan rumah Piala Eropa karena masalah ini. Meski ini opini saya, tapi bisa berarti juga pendapat FIFA secara keseluruhan,” kata orang tua kelahiran 8 Mei 1916 itu. Ia tidak asal bicara. Buktinya, meski selalu tidak sependapat dengan UEFA (Federasi Sepak Bola Eropa), melalui pernyataan resmi, ucapan Havelange mendapat dukungan. “Kami tidak ingin ada yang terus mendramatisasi kerjadian itu,” sambung Sekjen UEFA Gerhard Aigner.
Padahal beberapa federasi sepak bola negara di Eropa banyak yang tidak sependapat. Belgia dan Belanda misalnya amat suka kalau Inggris dipertimbangkan lagi untuk menjadi penyelenggara. “Kelakuan anarkis itu menakutkan kami. Mereka mengingatkan orang pada kejadian di Heysel 1985,” kata seorang juru bicara dari Federasi Sepak Bola Belgia (RSFA).
Tidak kurang dari PM Inggris John Major sampai meminta maaf pada PM Irlandia John Brutton, begitu kelakuan hooligans pendukung Inggris kembali terjadi. Pers menyebut kerusuhan di Dublin itu sebagai ‘Wabah Inggris’, yang untungnya tidak sampai menimbulkan kematian.
Tercatat 50 orang cedera ringan dan berat, sementara yang ditahan ada 40 orang. Kebanyakan korban berjatuhan dari pihak Irlandia, akibat serangan sporadis para hooligan dengan cara melempar pecahan botol dari jarak jauh, dan mengayunkan potongan kayu dari jarak dekat.
Serangan ini diduga tidak ada sangkut pautnya dengan dendam dua kelompok, apalagi antarnegara. Tragedi langsung muncul begitu saja setelah di menit 22, Irlandia mencetak gol, ironisnya melalui kaki bek kanan Leeds United, Gary Kelly. Setelah gol ini kerusuhan menjadi-jadi hingga mengganggu jalannya pertandingan. Akibatnya wasit Denis Jol (Belanda) langsung menghentikan laga.
Kabar baik datang ketika kepolisian Irlandia dan FA Irlandia mengidentifikasi ke-40 orang yang jadi biang kerok kerusuhan melalui rekaman video. Kedua badan otoritas ini juga bekerja sama dengan FA Inggris. “Kami telah mengidentifikasi melalui gambar video langsung di tempat kejadian dan foto-foto dari koran.
Identitas mereka akan cacat seumur hidup di seluruh (stadion) di Eropa. Kami sudah mengambil data diri mereka untuk disebarkan ke otoritas sepak bola dan kepolisian di seluruh Eropa,” ujar juru bicara FA Inggris, Mike Parry.
(foto: independent.ie)