Tukang bobol gawang paling ulung di Italia saat ini, Gabriel Batistuta, ternyata tidak bisa melewati hadangan razia jalan raya. Baru-baru ini, Batistuta kena tilang dan harus bayar denda sebanyak 250.000 lira serta diharuskan mengikuti ujian SIM lagi. Seperti dilakukan pada wasit di lapangan bola, Bati pun protes kepada polisi bahwa SIM-nya adalah SIM internasional.
Namun penegak hukum itu tetap tak bergeming sambil mengatakan SIM itu akan diberikan kalau dia sudah kembali ke negerinya. Karena dongkol, idola Fiorentina itu pun bergurau: “Wah, arloji pak polisi ternyata buatan Inter ya..." Artinya? Maksud Batistuta tiada lain adalah kelakuan atau keputusan polisi itu benar-benar "ketinggalan zaman".
Belum terdengar reaksi dari Interisti, tifosi Inter hingga kini. Namun anehnya, tak lama kemudian, fotokopi SIM Batistuta beredar di pusat kota, seperti di tembok apartemen atau pertokoan. Waduh... jangan-jangan polisi tadi memang seorang Interisti.
Nasib mujur, ternyata si pemilik rumah, Liano Crema, adalah ketua Reggiolo, klub kecil yang berkota sama dengan Reggiana, yaitu Reggio Emilia. Hari berikutnya, Crema membawa Otoe ke tempat latihan. Rupanya dia punya bakat bola yang mumpuni. Sepak bola adalah impian sejati hidup Otoe, bukan menjadi pedagang asongan seperti sekarang. Kini Otoe masuk dalam tim utama Reggiolo yang dilatih Sergio Eberini. Impian bermain sepak bola di Italia pun kesampaian.
Rupa-rupanya si tunanetra ini ingin menunjukkan kecintaannya pada klub itu, yaitu dengan menjadi contoh yang baik bagi para tifosi lain, agar beramai-ramai membeli tiket langganan. Maklum keuangan klub itu sedang sekarat. Saat pertandingan itu saja tiket yang baru terjual baru laku 551 buah. Seperti diketahui tiket terusan merupakan "nafas bantuan" bagi klub-klub kecil untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Alias tetap bisa berkompetisi.
(foto: cosasdeautos/zmnapoli)
Namun penegak hukum itu tetap tak bergeming sambil mengatakan SIM itu akan diberikan kalau dia sudah kembali ke negerinya. Karena dongkol, idola Fiorentina itu pun bergurau: “Wah, arloji pak polisi ternyata buatan Inter ya..." Artinya? Maksud Batistuta tiada lain adalah kelakuan atau keputusan polisi itu benar-benar "ketinggalan zaman".
Belum terdengar reaksi dari Interisti, tifosi Inter hingga kini. Namun anehnya, tak lama kemudian, fotokopi SIM Batistuta beredar di pusat kota, seperti di tembok apartemen atau pertokoan. Waduh... jangan-jangan polisi tadi memang seorang Interisti.
Rejeki Nomplok Pedagang Asongan
Rejeki datangnya memang tak diduga serta tanpa pandang bulu. Dikontraknya Sunday Oliseh oleh Reggiana memberi angin segar para pemuda Afrika lainnya untuk mewujudkan impian yang sama. Jado Otoe, seorang pedagang keliling asal Nigeria, benar-benar ketiban berkah. Apa pasal? Ketika dia sedang menjajakan dagangan dengan mengetuk pintu kliennya, bukan barangnya saja yang ditawarkan, tapi juga sambil memperlihatkan poster klub Reggiana sambil menanyakan informasi tentang Oliseh.Nasib mujur, ternyata si pemilik rumah, Liano Crema, adalah ketua Reggiolo, klub kecil yang berkota sama dengan Reggiana, yaitu Reggio Emilia. Hari berikutnya, Crema membawa Otoe ke tempat latihan. Rupanya dia punya bakat bola yang mumpuni. Sepak bola adalah impian sejati hidup Otoe, bukan menjadi pedagang asongan seperti sekarang. Kini Otoe masuk dalam tim utama Reggiolo yang dilatih Sergio Eberini. Impian bermain sepak bola di Italia pun kesampaian.
Teladan Si Buta Dari Empoli
Ini yang namanya jauh di mata dekat di hati. Seorang tunanetra telah memesan tiket terusan untuk pertandingan klub Empoli (pernah di Serie A 1986/87 dan kini di Serie C1) selama semusim. Padahal di Italia, untuk orang semacam dia ketika keluar masuk stadion tak bakalan dikenakan bayaran alias gratis total.Rupa-rupanya si tunanetra ini ingin menunjukkan kecintaannya pada klub itu, yaitu dengan menjadi contoh yang baik bagi para tifosi lain, agar beramai-ramai membeli tiket langganan. Maklum keuangan klub itu sedang sekarat. Saat pertandingan itu saja tiket yang baru terjual baru laku 551 buah. Seperti diketahui tiket terusan merupakan "nafas bantuan" bagi klub-klub kecil untuk membiayai kelangsungan hidupnya. Alias tetap bisa berkompetisi.
(foto: cosasdeautos/zmnapoli)