Ya, the speedy team, tim yang cepat. Paling tidak itu komentar sejumlah orang tentang Suriah, juga masyarakat yang menyaksikan langsung anak-anak muda Timur Tengah, kepada tim penakluk Arab Saudi di babak kualifikasi itu, tatkala membungkam Irak 2-1, Selasa malam lalu di Stadion Utama Senayan.
Bahkan tidak melulu penonton, bukan pula sederetan wartawan sepak bola yang berdecak kagum dengan performa Nihad Boshi dkk. Mereka begitu percaya diri sehingga lepas bermain dan sukses meraih tujuan. "Mereka cepat, permutasi bolanya jalan. Antar-lini juga bagus, seperti rantai," aku pelatih Irak, Akram Ahmed Salman, yang tampak pasrah dan menerima kekalahan timnya dari sesama negeri jiran di Timur Tengah itu.
Bagaimana pernampilan anak-anak muda Suriah itu di mata orang Indonesia. Nama yang satu ini dirasa cukup untuk melukiskannya. "Dibanding tim-tim dari kawasan Arab lainnya, Suriah di atas. Saya pun melihat nilai lebih lain: possession football mereka bagus sekali, mulus," timpal M. Teguh Andy, mantan pelatih PSSI Garuda yang kini sedang menyiapkan tim untuk Piala Pelajar Asia, 21-28 Oktober depan di Jakarta.
Makanya, jangan main-main dengan Suriah. Tim ini bahkan menancap target jadi finalis, dan lolos ke Piala Dunia junior, hal yang pernah dicapai Suriah dua kali beruntun. Tahun 1989 di Arab Saudi, mereka cuma sampai penyisihan grup. Namun pada tahun 1991 di Portugal, Suriah melesat bahkan hingga ke perempatfinal dengan sederet kejutan.
Di sana, Inggris yang sempat ketinggalan 0-1 dalam 65 menit, kemudian membalikkan keadaan, dan menghentikan langkah Suriah. Kini? "Sekali lagi, kami ke final, dan kami yakin bisa mencapainya," ujar Ahmad Hajjir, pimpinan rombongan Suriah.
Keyakinan tim yang dilatih orang Rusia, Anatoli Baidatchnyi itu tampaknya beralasan. "Persiapan kami sangat cukup. Kami dua bulan di Rusia, di kota Minks," jelasnya. Di penyisihan grup, Suriah menggilas Hong Kong 7-0, membekap Bangladesh 2-0, dan menang 5-4 atas Arab Saudi. Melawan Indonesia? "Ini pertandingan yang menarik," ujarnya penuh harap. Terus terang, kita mesti waspada tingkat tinggi jika tidak ingin dipermalukan.
(foto: Tjandra)
Bahkan tidak melulu penonton, bukan pula sederetan wartawan sepak bola yang berdecak kagum dengan performa Nihad Boshi dkk. Mereka begitu percaya diri sehingga lepas bermain dan sukses meraih tujuan. "Mereka cepat, permutasi bolanya jalan. Antar-lini juga bagus, seperti rantai," aku pelatih Irak, Akram Ahmed Salman, yang tampak pasrah dan menerima kekalahan timnya dari sesama negeri jiran di Timur Tengah itu.
Bagaimana pernampilan anak-anak muda Suriah itu di mata orang Indonesia. Nama yang satu ini dirasa cukup untuk melukiskannya. "Dibanding tim-tim dari kawasan Arab lainnya, Suriah di atas. Saya pun melihat nilai lebih lain: possession football mereka bagus sekali, mulus," timpal M. Teguh Andy, mantan pelatih PSSI Garuda yang kini sedang menyiapkan tim untuk Piala Pelajar Asia, 21-28 Oktober depan di Jakarta.
Makanya, jangan main-main dengan Suriah. Tim ini bahkan menancap target jadi finalis, dan lolos ke Piala Dunia junior, hal yang pernah dicapai Suriah dua kali beruntun. Tahun 1989 di Arab Saudi, mereka cuma sampai penyisihan grup. Namun pada tahun 1991 di Portugal, Suriah melesat bahkan hingga ke perempatfinal dengan sederet kejutan.
Di sana, Inggris yang sempat ketinggalan 0-1 dalam 65 menit, kemudian membalikkan keadaan, dan menghentikan langkah Suriah. Kini? "Sekali lagi, kami ke final, dan kami yakin bisa mencapainya," ujar Ahmad Hajjir, pimpinan rombongan Suriah.
Keyakinan tim yang dilatih orang Rusia, Anatoli Baidatchnyi itu tampaknya beralasan. "Persiapan kami sangat cukup. Kami dua bulan di Rusia, di kota Minks," jelasnya. Di penyisihan grup, Suriah menggilas Hong Kong 7-0, membekap Bangladesh 2-0, dan menang 5-4 atas Arab Saudi. Melawan Indonesia? "Ini pertandingan yang menarik," ujarnya penuh harap. Terus terang, kita mesti waspada tingkat tinggi jika tidak ingin dipermalukan.
(foto: Tjandra)