Ini episode kebencian klub-klub top Eropa. Sejak resmi dikreasi FIFA pada 1997, ajang bergengsi di pertengahan tahun ini selalu dirasuki kontroversi dan disarati kepentingan banyak pihak, mulai dari FIFA, masing-masing konfederasi, tim nasional, klub, televisi, iklan, sampai sponsor bahkan juga keluarga si pemain.
Tewasnya Marc-Vivien Foe di atas rumput Stade Gerland, Lyon, 28 Juni 2003, ternyata tak menyurutkan niat Sepp Blatter untuk melestarikan Piala Konfederasi. Foe diduga mati keletihan luar biasa akibat jadwal padat Liga Eropa, tepatnya Premier League. Siapa yang dirugikan? Tentu banyak. Lalu siapa yang diuntungkan? Kelihatannya tidak ada
Namun the show must go on. Kejuaraan ini memang dua tahunan, tepatnya di tahun ganjil, namun sifat paradoksnya beruntun dengan gelaran yang direstui FIFA sendiri, seperti Piala Eropa, Piala Afrika, Piala Amerika, sampai Piala Asia. Bayangkan dalam tahun-tahun ke depan ini bagaimana seorang Jacques Santini atau Sven-Goran Eriksson meracik timnya untuk Piala Eropa 2004, Pra-Piala Dunia 2006, Piala Konfederasi 2005, dan puncaknya Piala Dunia 2006.
Hal yang sama dirasakan Arsene Wenger (Arsenal), Carlos Quieroz (Real Madrid), Ottmar Hitzfeld (Bayern Muenchen), atau Claudio Ranieri (Chelsea). Keempat manajer top Eropa ini saling bertaut kepentingan dengan pelatih nasional Prancis itu. Idem ditto soal penyelenggaraan. FIFA masih acak-acakan menentukan tuan rumah turnamen antarjuara benua ini. Sepertinya tak ada patokan, kecuali ia sebagai host Piala Dunia. Dua 'korban' anyar adalah Korea Selatan/Jepang, dan Jerman.
Tinggal Empat
Anehnya, tahun lalu acara ini justru diadakan di Prancis. Sampai di sini, Blatter tampaknya takut pada UEFA. Bagaimana jadinya bila Belanda dan Belgia serta Portugal diberi kerja ekstra untuk menggarap Piala Konfederasi 1999 dan 2003. Mungkin FIFA berkilah bahwa Confederations Cup bisa dijadikan testing atau gladi resik menjelang pesta besar sesungguhnya. Kini yang bakal ekstra capek adalah Jerman.
Demikianlah ketetapan FIFA yang lahir dari rapat organizing committee di Zuerich, yang diketuai Chuck Blazer dari AS pada 30 Oktober silam. Ya, tuan rumah Piala Dunia 2006 itu ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Konfederasi edisi ketujuh. "Piala Konfederasi adalah ajang yang menarik sebab menjadi simbol solidaritas antarkonfederasi. Tanpa harus mengesampingkan Piala Dunia, ini juga merupakan turnamen resmi," tulis Sepp Blatter dalam pernyataannya yang dibacakan Blazer.
Turnamen yang murni lahir dari ide Blatter pada 1997 itu menurut rencana akan digulirkan tanggal 15-29 Juni di enam kota: Kaiserslautern, Hannover, Frankfurt, Leipzig, Nuernberg, dan Koeln. Kejuaraan ini akan diikuti 8 negara.
Separo pesertanya sudah tersedia. Tuan rumah Jerman, juara dunia 2002 Brasil, juara Afrika 2004, Tunisia, dan juara Concacaf 2003, Meksiko. Sisanya ditunggu dari Piala Eropa, Piala Amerika, Piala Asia, dan Piala Oseania tahun ini. Jika Brasil menjuarai Copa America 2004, yang akan digelar Juli ini di Peru, maka sang runner-up yang akan lolos ke FIFA Confederations Cup Germany 2005. Hal yang sama berlaku buat wakil Eropa andai Jerman memenangi Euro 2004.
1992 Arab Saudi Argentina
1995 Arab Saudi Denmark
1997 Arab Saudi Brasil
1999 Meksiko Meksiko
2001 Korea-Jepang Prancis
2003 Prancis Prancis
2005 Jerman ?
(foto: rediff)
Prancis juara 2003 di hadapan arwah Marc-Vivien Foe. |
Namun the show must go on. Kejuaraan ini memang dua tahunan, tepatnya di tahun ganjil, namun sifat paradoksnya beruntun dengan gelaran yang direstui FIFA sendiri, seperti Piala Eropa, Piala Afrika, Piala Amerika, sampai Piala Asia. Bayangkan dalam tahun-tahun ke depan ini bagaimana seorang Jacques Santini atau Sven-Goran Eriksson meracik timnya untuk Piala Eropa 2004, Pra-Piala Dunia 2006, Piala Konfederasi 2005, dan puncaknya Piala Dunia 2006.
Hal yang sama dirasakan Arsene Wenger (Arsenal), Carlos Quieroz (Real Madrid), Ottmar Hitzfeld (Bayern Muenchen), atau Claudio Ranieri (Chelsea). Keempat manajer top Eropa ini saling bertaut kepentingan dengan pelatih nasional Prancis itu. Idem ditto soal penyelenggaraan. FIFA masih acak-acakan menentukan tuan rumah turnamen antarjuara benua ini. Sepertinya tak ada patokan, kecuali ia sebagai host Piala Dunia. Dua 'korban' anyar adalah Korea Selatan/Jepang, dan Jerman.
Tinggal Empat
Anehnya, tahun lalu acara ini justru diadakan di Prancis. Sampai di sini, Blatter tampaknya takut pada UEFA. Bagaimana jadinya bila Belanda dan Belgia serta Portugal diberi kerja ekstra untuk menggarap Piala Konfederasi 1999 dan 2003. Mungkin FIFA berkilah bahwa Confederations Cup bisa dijadikan testing atau gladi resik menjelang pesta besar sesungguhnya. Kini yang bakal ekstra capek adalah Jerman.
Demikianlah ketetapan FIFA yang lahir dari rapat organizing committee di Zuerich, yang diketuai Chuck Blazer dari AS pada 30 Oktober silam. Ya, tuan rumah Piala Dunia 2006 itu ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Konfederasi edisi ketujuh. "Piala Konfederasi adalah ajang yang menarik sebab menjadi simbol solidaritas antarkonfederasi. Tanpa harus mengesampingkan Piala Dunia, ini juga merupakan turnamen resmi," tulis Sepp Blatter dalam pernyataannya yang dibacakan Blazer.
Turnamen yang murni lahir dari ide Blatter pada 1997 itu menurut rencana akan digulirkan tanggal 15-29 Juni di enam kota: Kaiserslautern, Hannover, Frankfurt, Leipzig, Nuernberg, dan Koeln. Kejuaraan ini akan diikuti 8 negara.
Separo pesertanya sudah tersedia. Tuan rumah Jerman, juara dunia 2002 Brasil, juara Afrika 2004, Tunisia, dan juara Concacaf 2003, Meksiko. Sisanya ditunggu dari Piala Eropa, Piala Amerika, Piala Asia, dan Piala Oseania tahun ini. Jika Brasil menjuarai Copa America 2004, yang akan digelar Juli ini di Peru, maka sang runner-up yang akan lolos ke FIFA Confederations Cup Germany 2005. Hal yang sama berlaku buat wakil Eropa andai Jerman memenangi Euro 2004.
Piala Konfederasi sejak 1992
Tahun Tuan rumah Juara1992 Arab Saudi Argentina
1995 Arab Saudi Denmark
1997 Arab Saudi Brasil
1999 Meksiko Meksiko
2001 Korea-Jepang Prancis
2003 Prancis Prancis
2005 Jerman ?
(foto: rediff)