Internazionale Milano memang sudah lama tidak rela posisinya diambil Chievo Verona sebagai capoclassifica. Setelah empat pekan membayangi, pada tredicesima giornata, pekan ketigabelas, Ahad (2/12), Christian Vieri dkk. merengkuhnya kembali.
Bulan Desember, seperti yang sudah-sudah, selalu menjadi waktu penentuan para calon scudetto untuk memantapkan posisinya sebelum D'Inverno - jeda kompetisi di musim dingin. Momentum itu adalah ambruknya Chievo. Hebatnya kecuali Parma, semuanya sukses. Tapi, paling sukses ya Inter, yang menang tandang 4-2 atas tuan rumah Atalanta.
Inter, yang sempat tertinggal 1-2 hingga 60 menit dan tak lama menyamakan diri melalui rigore yang dilakukan Vieri, secara spektakuler menambah dua gol begitu pelatih Hector Cuper menarik Sergio Conceicao lalu memasukkan Alvaro Recoba. Lewat dua umpan bintang Uruguay ini pada Vieri dan Mohammed Kallon, pasukan Hitam-Biru itu pun berjaya.
Dengan komposisi baru format lama (4-4-2), Cuper menempatkan il capitano Javier Zanetti, Luigi Di Biagio, Oscar Cordoba, dan Vratislav Gresko melapis Francesco Toldo. Namun, dobrakan lini tengah Atalanta yang diotaki Ousmane Dabo (eks Inter) dan Cristiano Doni membuat Cristiano Zanetti, Francisco Farinos, Andres Guly, dan Conceicao keteteran.
"Kita bermain harus memakai otak. Kekalahan dari Udinese (di Piala Italia - Red.) adalah karena sikap beberapa pemain yang mencari hasil seri, padahal stamina yang dikeluarkan sama saja besarnya," jelas Cuper sebelum duel di kota Bergamo yang dijuluki Derby Lombardo, laga sesama penghuni wilayah (pegunungan) Lombardo itu.
Cuper memang cuma mengkritik para difensas-nya. Tapi mungkin juga para gelandangnya. "Mereka harus percaya pada saya. Contohlah Vieri, Ronaldo, Conceicao, dan Recoba yang mental kemenangannya tinggi. Sayang, jika mereka tak pernah mendapat umpan," seru Cuper, yang akhirnya terpaksa menaruh Recoba di tengah saat lawan Atalanta.
"Inilah (permainan) Inter sesungguhnya. Jika penyerangan lancar, maka problem kami di pertahanan selama ini akan tertutupi. Atalanta lawan yang tangguh, tapi kami menjawab kritikan tifosi kami dengan permainan menyerang dan penuh improvisasi. Saya selalu yakin Inter masih bisa lebih baik lagi," ucapnya lagi pada Datasport usai tanding.
Merasa Dicurangi
Sayang bergesernya capolista di pekan ini konkretnya diawali akibat ulah arbitri Graziano Cesari. Banyak yang setuju, Milan harusnya kalah 1-2 dari Chievo sebab dua gol kemenangan yang dibuat Filippo Inzaghi dan Andriy Shevchenko patut dipertanyakan.
Begitu teganya Cesari memberi penalti hanya karena melihat Sheva didorong Eriberto? Dari segi permainan pun, Eugenio Corini cs. mampu meladeni berbagai aksi pemain Rossoneri. Kalaupun ada yang perlu dikritik untuk pasukan Luigi Del Neri, selama ini, paling cuma kekurang-matangan menjalankan strategi. Chievo terbiasa tampil spartan 90 menit tapi tanpa dibarengi pengaturan ritme. Walhasil mereka sepertinya tak pernah main tenang.
"Jika tak ada penalti itu hasilnya akan lain. Milan tertinggal dan tertekan. Kami makin nyaman bermain. Wasit terlalu memihak tuan rumah. Padahal dia seharusnya juga memberi dua penalti lagi, satu untuk kami (Martin Laursen yang tertangkap handsball). Tapi, inilah pelajaran mahal lagi, bagaimana bisa membuat gol saat tertekan," kata Del Neri.
Kalau Del Neri membuat pengakuan begitu, itu adalah urusan dalam negerinya. Tapi ada torehan fakta yang sungguh aneh tapi nyata. Tiga kekalahan Chievo selama ini selalu berakhir dengan skor 2-3. Ketiganya dalam partai tandang dan semuanya selalu diderita Chievo lewat hukuman penalti dari tiga wasit yang berbeda!
Dua kekalahan Chievo sebelumnya saat lawan Juventus (16/9) dan Verona (18/11). Saat lawan Juventus, saat skor 2-2, Chievo dihukum wasit Cosimo Bolognino dan penalti yang diambil Marcelo Salas di menit 82 membuat mereka kalah. Demikian juga pada derby dengan Verona. Salah satu kekalahan scudetti Serie B musim lalu ini diakibatkan oleh rigore Massimo Oddo di menit ke-40 pemberian arbitri Alfredo Trentalange.
"Ketenangan pemain menjadi masalah kami. Mereka harus tetap berusaha keras. Tertinggal bukannya kalah. Tiga kekalahan itu selalu kami awali dengan penampilan yang baik, tapi diakhiri dengan penampilan baik lawan," sebut Del Neri yang tak mau mengomentari kepemimpinan Cesari karena merasa cuma buang energi itu. Perjalanan memang masih jauh, Mister. Tapi jangan sampai empat kali kalah dengan cara, nasib, dan skor yang sama dong!
(foto: ilnumerodieci/rai)
Luigi Del Neri mendapat pelajaran mahal. |
Inter, yang sempat tertinggal 1-2 hingga 60 menit dan tak lama menyamakan diri melalui rigore yang dilakukan Vieri, secara spektakuler menambah dua gol begitu pelatih Hector Cuper menarik Sergio Conceicao lalu memasukkan Alvaro Recoba. Lewat dua umpan bintang Uruguay ini pada Vieri dan Mohammed Kallon, pasukan Hitam-Biru itu pun berjaya.
Dengan komposisi baru format lama (4-4-2), Cuper menempatkan il capitano Javier Zanetti, Luigi Di Biagio, Oscar Cordoba, dan Vratislav Gresko melapis Francesco Toldo. Namun, dobrakan lini tengah Atalanta yang diotaki Ousmane Dabo (eks Inter) dan Cristiano Doni membuat Cristiano Zanetti, Francisco Farinos, Andres Guly, dan Conceicao keteteran.
"Kita bermain harus memakai otak. Kekalahan dari Udinese (di Piala Italia - Red.) adalah karena sikap beberapa pemain yang mencari hasil seri, padahal stamina yang dikeluarkan sama saja besarnya," jelas Cuper sebelum duel di kota Bergamo yang dijuluki Derby Lombardo, laga sesama penghuni wilayah (pegunungan) Lombardo itu.
Cuper memang cuma mengkritik para difensas-nya. Tapi mungkin juga para gelandangnya. "Mereka harus percaya pada saya. Contohlah Vieri, Ronaldo, Conceicao, dan Recoba yang mental kemenangannya tinggi. Sayang, jika mereka tak pernah mendapat umpan," seru Cuper, yang akhirnya terpaksa menaruh Recoba di tengah saat lawan Atalanta.
"Inilah (permainan) Inter sesungguhnya. Jika penyerangan lancar, maka problem kami di pertahanan selama ini akan tertutupi. Atalanta lawan yang tangguh, tapi kami menjawab kritikan tifosi kami dengan permainan menyerang dan penuh improvisasi. Saya selalu yakin Inter masih bisa lebih baik lagi," ucapnya lagi pada Datasport usai tanding.
Merasa Dicurangi
Sayang bergesernya capolista di pekan ini konkretnya diawali akibat ulah arbitri Graziano Cesari. Banyak yang setuju, Milan harusnya kalah 1-2 dari Chievo sebab dua gol kemenangan yang dibuat Filippo Inzaghi dan Andriy Shevchenko patut dipertanyakan.
Begitu teganya Cesari memberi penalti hanya karena melihat Sheva didorong Eriberto? Dari segi permainan pun, Eugenio Corini cs. mampu meladeni berbagai aksi pemain Rossoneri. Kalaupun ada yang perlu dikritik untuk pasukan Luigi Del Neri, selama ini, paling cuma kekurang-matangan menjalankan strategi. Chievo terbiasa tampil spartan 90 menit tapi tanpa dibarengi pengaturan ritme. Walhasil mereka sepertinya tak pernah main tenang.
"Jika tak ada penalti itu hasilnya akan lain. Milan tertinggal dan tertekan. Kami makin nyaman bermain. Wasit terlalu memihak tuan rumah. Padahal dia seharusnya juga memberi dua penalti lagi, satu untuk kami (Martin Laursen yang tertangkap handsball). Tapi, inilah pelajaran mahal lagi, bagaimana bisa membuat gol saat tertekan," kata Del Neri.
Kalau Del Neri membuat pengakuan begitu, itu adalah urusan dalam negerinya. Tapi ada torehan fakta yang sungguh aneh tapi nyata. Tiga kekalahan Chievo selama ini selalu berakhir dengan skor 2-3. Ketiganya dalam partai tandang dan semuanya selalu diderita Chievo lewat hukuman penalti dari tiga wasit yang berbeda!
Dua kekalahan Chievo sebelumnya saat lawan Juventus (16/9) dan Verona (18/11). Saat lawan Juventus, saat skor 2-2, Chievo dihukum wasit Cosimo Bolognino dan penalti yang diambil Marcelo Salas di menit 82 membuat mereka kalah. Demikian juga pada derby dengan Verona. Salah satu kekalahan scudetti Serie B musim lalu ini diakibatkan oleh rigore Massimo Oddo di menit ke-40 pemberian arbitri Alfredo Trentalange.
"Ketenangan pemain menjadi masalah kami. Mereka harus tetap berusaha keras. Tertinggal bukannya kalah. Tiga kekalahan itu selalu kami awali dengan penampilan yang baik, tapi diakhiri dengan penampilan baik lawan," sebut Del Neri yang tak mau mengomentari kepemimpinan Cesari karena merasa cuma buang energi itu. Perjalanan memang masih jauh, Mister. Tapi jangan sampai empat kali kalah dengan cara, nasib, dan skor yang sama dong!
(foto: ilnumerodieci/rai)