Benar, Rumania adalah Gheorghe Hagi! Saksikan bagaimana bintang berjuluk Maradona dari Carpathian ini menghancur-luluhkan Argentina, yang ditinggalkan Maradona asli. Dijamin Anda tidak akan meragukan bahwa Hagi adalah segala-galanya bagi negeri Balkan itu. Kepercayaan diri yang melekat kuat di dirinya telah mengangkat reputasi Rumania di Amerika.
Mula-mula, simaklah apa yang dilakukannya di menit ke-17, ketika dari sayap kanan ia menggebrak pertahanan Argentina. Walaupun dikawal ketat, ia masih sanggup mengirimkan umpan ke arah Ilie Dumitrescu di tengah. Umpan itu begitu matang, sehingga Dumitrescu mampu menyongsongnya dengan tepat, kemudian membuat sontekan pelan untuk menggetarkan gawang Luis Islas.
Lalu di menit ke-57. Dumitrescu menggiring bola di sepanjang rusuk kiri, mendekati kotak penalti Argentina. Sampai di sini, dia melepaskan umpan menyusur tanah kepada Hagi yang tiba-tiba muncul dari sayap kanan.
Umpan manis ini diselesaikan Hagi dengan sebuah tendangan keras yang sangat akurat. Maka, tepatlah bila dia punya julukan baru, disebut-sebut sebagai Maradona dari Carpathian, sebuah pegunungan yang membelah wilayah Balkan, atau apalah namanya.
Yang jelas, seperti halnya Maradona, dia adalah inspirator tim. Si nomor 10, dan juga pencetak gol yang tidak perlu diragukan kemampuannya. Lebih dari itu, Hagi memang memiliki banyak kesamaan dengan sang megabintang yang kini terpuruk karena kasus doping.
Ia, misalnya, punya tendangan kaki kiri yang amat berbahaya. Kreator irama permainan, playmaker. Pengamatan lapangannya baik sekali. Umpan-umpannya sangat terukur, dan dalam hal tendangan bebas, Hagi selalu menjadi pemain yang paling diandalkan.
Real Madrid
Hagi yang lahir pada 5 Februari 1965 ini pernah menjadi pemain kesayangan Nicolae Ceaucescu semasa diktator Rumania tersebut berkuasa. Dengan sendirinya, ia menjadi "tidak tersentuh" oleh siapa saja kecuali sang penguasa.
Namun di sisi lain hal ini tidaklah menyenangkan. Ceaucescu membuat kemungkinannya untuk bergabung dengan klub- klub luar negeri tertutup. Ia seolah-olah dipaksa bermain selamanya untuk Steaua Bucuresti, klub yang dimiliki sang diktator.
Untungnya rezim Ceaucescu terguling. Ia berkesempatan untuk hijrah ke negara lain, kompetisi lain. Itu terjadi di tahun 1990, ketika Hagi ditransfer ke Real Madrid dengan bayaran 3,5 juta dolar AS. Namun di klub barunya ini Hagi kurang bersinar.
Pada musim kompetisi pertamanya, dia hanya mencetak 3 gol dan musim berikutnya meningkat menjadi 12, dan tetap tidak memuaskan petinggi Madrid. Tahun 1992 ia dibeli Brescia, anggota Serie A yang kurang berbobot. Dengan klub Italia inilah hingga sekarang ia bergabung.
Hagi sebetulnya termasuk pemain yang temperamental. April silam, ia memukul gelandang Irlandia Utara, Phillip Gray, dalam laga persahabatan di Belfast. Negaranya merasa malu. Akibatnya, ia dihukum ketua Federasi Sepak Bola Rumania, Mircea Sandu, dengan larangan tampil di dua pertandingan internasional.
Namun peristiwa itu memberinya pelajaran berharga, dan melihat negaranya amat butuh perannya di pentas internasional, Hagi mulai memperbaiki mentalitasnya. Maka lihatlah perubahan pada Piala Dunia 1994 ini, ia bukan hanya amat cemerlang, tetapi juga selalu bermain bersih.
Maka sangat layak jika Rumania merasa bangga dan terus berharap banyak darinya. Dengan penampilan seperti itu, Hagi memang pantas diharapkan mampu memukul Swedia untuk mengambil tempat di semifinal. Sanggupkah Hagi?
(foto: dpa)